Chereads / Shasha Gadis Pendorong Gerobak / Chapter 15 - Surat Dari Gubernur

Chapter 15 - Surat Dari Gubernur

Rapat baru saja di mulai ketika utusan dari kecamatan datang membawa surat resmi yang ditujukan kepada Shasha Nur Fadila, perihal pemberian penghargaan pemuda berprestasi sebagai pelopor pendidikan luar sekolah, acaranya dilaksanakan besok pagi.

Seluruh peserta rapat bertepuk tangan gembira, mereka sangat senang Shasha mendapatkan penghargaan itu. "Jadi acara silaturrahmi dengan bapak walikota kita tunda, karena beliau juga hadir di pertemuan itu", kata ketua rapat bunda Rustina, beliau adalah kepala PAUD Tunas Harapan, yang juga penasehat sekolah alam.

Shasha merenungi diri, ia tak tahu apakah harus bergembira atau bersedih dengan penghargaan itu, keberadaannya semakin di kenal dan semakin dekat pula dengan ayahnya, Ir Rahmat, bapak walikota. Hal yang tidak di ketahui oleh Shasha, acara itu juga di hadiri oleh unsur pejabat lainnya, ada ayahnya, Ir Rahmat, ibunya Maya Agustin, anggota DPRD, Kakeknya Isaac Ibrahim, yang mendapat penghargaan tokoh berpengaruh penggerak ekonomi kerakyatan, dan Zakaria, peraih penghargaan tokoh pemuka adat setempat, yang merupakan, kakek Shasha dari pihak ayahnya.

Siapa mengira, kalau besok terjadi pertemuan besar, bukan saja acara penghargaan tingkat provinsi tetapi juga acara keluarga yang tak pernah bertemu sekian lama.

Tanpa ada prasangka dari masing-masing orang yang di undang, mereja tidak mengetahui siapa saja yang di undang, dan siapa saja yang mendapat penghargaan tingkat provinsi itu.

Shasha akan didampingi neneknya, jadi tanpa diduganya acara besok adalah hari reuni keluarga.

Undangan itu terasa mendadak bagi Shasha, ia segera pamit pulang menemui neneknya. Shasha sama sekali tidak punya baju yang pantas untuk di pakai untuk acara besok.

Tetapi sebelum ia melangkah keluar dari tempat rapat itu, utusan kecamatan memberikan 2 buah tas. "Ini hadiah dari kecamatan, ini adalah batik khas daerah untuk di pakai mba Shasha besok. Bapak camat berterima kasih atas prestasi mbak Shasha". Shasha bengong. "Iya terima kasih ya!" bunda Rustina mewakili Shasha menerimanya, karena Shasha tak bergerak menyambut hadiah itu.

"Hahaha...jangan bengong begitu...orangnya sudah pergi" ucap bunda Rustina di sambut tawa yang lainnya.

Di sebuah restoran, Regina melihat ibunya bertemu seseorang yang tak lain adalah Isaac Ibrahim, ayahnya Maya Agustin. Regina tahu orang itu sangat terkenal dan merupakan orang paling kaya dan berpengaruh di kota ini.

Regina membayar karyawan restoran mencuri dengar pembicaraan mereka, tetapi tidak berhasil. "Saya hanya mendengar ibu Maya memanggilnya ayah" jawab karyawan itu.

Tetapi pernyataannya ini menjadi sangat penting bagi Regina, kalau hal itu benar, maka dugaannya selama ini adalah tidak salah. Orang tua itu ayah kandung ibunya. Regina pernah mendengar percakapan ibu dan ayahnya di rumah tentang ayah kandung ibunya yang ternyata orang kaya di kota ini.

Regina tersenyum bahagia berarti ia adalah cucu orang kaya, orang paling terkenal dan berpengaruh. Hebat. Luar biasa. Regina mengagumi keberadaannya ini. Bangganya dia. Tetapi ibunya berhutang banyak penjelasan padanya.

Sementara di rumah nenek Shasha, orang tua itu terkejut terharu campur bahagia, menyambut kesuksesan cucunya.

Tetapi dia sendiri juga bingung besok mau pakai baju apa. Dia tidak punya pakaian yang pantas untuk di kenakan besok. Untunglah bunda Rustina datang membawakan dagangannya sesuai kebutuhan nenek dan cucu itu. Memang insting bedagang nya sangat kuat untuk memenuhi keinginan pelanggannya.

Ternyata Maya Agustin dia tidak bisa hadir acara besok itu, karena dia besok berangkat ke Jakarta, dia akan menjadi juri kontes dangdut, ajang pencarian artis penyanyi pendatang baru, khusus dangdut. Hal ini bagus untuk Shasha karena ia tidak terlalu siap bertemu ibunya.

Tetapi Maya sekali lagi melepaskan kesempatan yang diberikan ayahnya barusan agar mempertemukannya dengan cucunya Shasha dan nenek Shasha secara resmi. Sebagai syarat peluncuran dana kampanyenya. Hal ini menjadi penyesalannya kemudian.

Ternyata kesempatan ini justru di peroleh Ir Rahmat, tanpa kerja keras keberuntungannya di dapatnya yakni mendapat simpati dari mantan mertuanya itu.