Regina kecewa. Keinginan sebenarnya masuk rumah itu bukan sekedar ingin ketemu ibunya Maya, tetapi juga karena ingin bertemu Isaac, kakek tirinya. Bagaimanapun ia merasa bangga memiliki seorang kakek kaya raya yang bisa di banggakannya. Orang-orang akan memandang hormat dan tunduk kepadanya karena memiliki seseorang yang sangat berpengaruh. Sungguh ia tak mengira, ia bakal di tolak dan di usir begitu saja.
Regina meronta-ronta dari para security yang membawanya keluar dari ruang tamu. Ia berteriak-teriak menanggil ibunya. Tetapi ibunya tidak keluar membantunya. Regina merasa sakit hati. Mengapa ibunya tega mengabaikannya dan membiarkannya dipermalukan di tempat itu.
Tetapi apa benar ibunya masih di sana? Regina tak percaya kecewa kalau ibunya bakal tega kepadanya.
Di ruang makan Maya Agustin berdiri ingin keluar menolong Regina. Ayahnya Isaac mengangkat tangannya. Melarangnya keluar.
Regina berhenti meronta ketika ia melihat Shasha melintas di ruang tamu. "Ngapain anak itu disini?" Regina bertanya dalam hati. Ia menyeringai sendiri. Baguslah. Pastikah ia disini sebagai pembantu. Regina bisa puas menindasnya kalau begitu. Regina tak tahu kalau pada kenyataannya dirinyaa lah yang kelak bakal merasa tertindas.
Regina keluar dari area villa. Rasa kecewanya itu sedikit terobati. Keberadaan Shasha sebagai pembantu di tempat itu membahagiakannya. Kalau Shasha jadi pembantu di tempat kakeknya, berarti dia juga bisa menjadikan Shasha sebagai pembantunya. Regina tersesat di angan-angannya.