"Apa itu, Om?" Haris membenarkan posisi duduknya, berusaha menanggapi ucapan Rudie dengan serius. Padahal kepalanya sudah terasa setengah pusing akibat kebanyakan minum.
Rudie mengulum senyum sebelum berkata, "Pindahkan salah satu karyawan kamu ke perusahaan Om. Sebab dia anak teman Om yang harus dibantu." Rudie mengarang cerita.
"Om sudah tawarkan padanya untuk bekerja di perusahaan Om, tapi katanya dia bingung bagaimana alasannya untuk resign dari sana. Sedangkan pekerjaannya masih sangat banyak," sambung Rudie kemudian meneguk minumannya lagi.
Haris mengernyitkan alisnya. Permintaan Rudie terlalu aneh baginya dan sangatlah tidak penting. Dan lagi, untuk mengatakan permintaan itu, mengapa Rudie capek-capek membuat janji temu segala dengannya? Bukannya semua itu bisa saja dikatakan oleh asistennya? Tidak perlu dia sendiri yang melakukan semua itu.
Haris semakin penasaran. "Siapa Om? Biar nanti aku lihat dulu."