"Ini semua gara-gara ide sialan lo malam itu! Kenapa waktu itu lo nggak pake pengaman si?"
Teriak Revia penuh emosi, bahkan tangisan-nya semakin keras.
Dia terus memukul dada bidang pria di depan-nya ini, tidak mempedulikan betapa Derby merasakan sakit akibat perbuatan perempuan itu.
"Gue benci elo! Benci banget, dasar brengsek! Gue nggak mau hamil...gue nggak mau hamil,By." Lanjut perkataan Revia, Dan demi Tuhan Derby sungguh bingung juga stres.
Bukan hanya Revia yang merasakan belum siap untuk menjadi orangtua.
Sejujur-nya Derby juga sama.
Derby menghentikan perbuatan Revia, memeluk erat Revia meskipun awal-nya perempuan cantik ini memberontak tapi lama-kelamaan Revia lelah sendiri dan berhenti.
Beruntungnya ruang dokter kedap suara, dokter Sandra juga menyadari bahwa kedua orang di hadapan-nya perlu waktu sendiri lalu dengan penuh pengertian langsung pergi meninggalkan mereka berdua untuk menenangkan diri beberapa saat.
Derby terus mengelus rambut Revia, tanpa berkata apapun.
Sementara tangisan Revia mulai mereda, kedua-nya pun tengelam dalam pikiran masing-masing.
"Gue nggak mau hamil,By! Gue nggak mau hamil!" Cicit Revia terus menerus , memdengarkan cicit Revia membuat Derby semakin merasa pilu.
"Gue juga belum siap untuk menjadi orangtua,Vi. Sama kayak elo, tapi Tuhan udah kasih kita kepercayaan menitipkan ciptaan-nya. Kewajiban kita buat menjaga dan melindungi anak ini. Gue bakal tanggung jawab, stop crying,please" Perkataan Derby berhasil membuat Revia menjadi lebih tenang, dalam hati menyadari bahwa ini bukan hanya kesalahan Derby seorang.
Mereka sama-sama korban serta terpaksa melakukan hal itu.
Lima tahun bekerja dalam satu perusahaan ,sedikit banyak-nya Revia tahu bahwa Derby bukan pria bajingan atau player seperti rata-rata pria pada umum-nya.
"Elo mau nggak nikah sama gue?" Pertanyaan mendadak Derby berhasil membuat Revia syok , jantung kali ini Revia berdetak lebih keras.
Dan Revia yakin Derby bisa merasakan-nya.
"Gue nggak mau anak kita lahir diluar ikatan pernikahan, gue janji bakal jadi suami dan ayah bisa dibanggakan. Meskipun gue tahu mustahil menikah tanpa ada rasa saling cinta dan sayang di antara kita berdua, tapi mau nggak elo nikah sama gue?"
Perkataan Derby itu sejujur-nya membuat Revia terharu, memuji pria dihadapan-nya ini dalam hati, Sebagai sosok bertanggung jawab dan bijaksana.
Revia mengusap air mata-nya, melepaskan diri dari dekapan Derby.
Memandang Derby dengan tatapan sendu, " Gue mau pernikahan kita nanti , harus ada puding coklat. Gue suka puding coklat soalnya."
Derby tertawa kecil, "Beres."
~~~~•••~~~~
Setelah selesai meeting, Derby langsung pulang ke rumah.
Beruntung besok off kerja karena masuk weekends jadi dia bisa beristirahat untuk menenangkan diri sekaligus mengumpulkan keberanian memberitahukan kedua orangtua-nya mengenai keinginan untuk menikah.
Setelah mandi juga berganti pakaian, pria ini memutuskan menelepon si penyebab kekacauan.
Siapa lagi kalau bukan Oby.
Derby menekan angka 5 pada layar ponsel.
"Yes Bro, what's wrong?" Sapa Oby dari seberang, Derby ingin sekali berteriak dan mengatakan ini semua gara-gara elo brengsek.
Tapi dia sadar dia bukan lagi anak remaja yang tidak bisa menahan emosi.
"Selamat berkat keusilan lo masukin obat laknat itu ke dalam kaleng beer gue, sekarang gue jadi bapak! Puas lo?!"
Oby syok....
Revia hamil!
"Tunggu , Revia hamil?" Suara Oby terdengar sangat terkejut,memastika dia tidak salah dengar.
"Ya, jalan sebulan. Dasar temen brengsek emang lo ya bikin gue dalam masalah aja ." balas Derby kesal.
Ya harus diakui ini semua berawal dari keusilan Oby dan dia juga ngerasa menyesal atas perbuatannya dulu.
"Sorry, By. Gue emang salah lagian kan lo udah mukul gue juga. Terus sekarang gimana?" dengan perasaan masih bersalah pria itu hanya bisa berdoa semoga Derby benar-benar sudah memaafkannya.
Tanpa sepengetahuan Oby, sekarang Derby tersenyum puas karena berhasil membuat sahabat usilnya menjadi down.
Sesekali Oby perlu mendapatkan pelajaran agar bertobat.
"Gue bakal bertanggung jawab, gue bakal nikahi Revia. Dan lo sama Lala harus jadi saksi dalam pernikahan kita."
"Siap, jangan kan saksi . Gantiin lo di malam pertama gue juga nggak keberatan hahahaha."
"Mau lo, enak aja. Ya udah gue mau tidur dulu ngantuk." Derby memastikan sambungan telpon, tak lama kemudian pria itu tertidur lelap.
-
-
-
Pagi ini Derby sengaja bangun pagi-pagi dan membuat sarapan untuk kedua orangtua-nya.
Untuk mengumumkan berita besar ini pada kedua orangtuanya ini.
Setelah semua sudah berkumpul dan menyelesaikan sarapan pagi.
Mereka berkumpul di ruang Keluarga.
Chamel tengah asik bersama baby sitter sedang beredam, Papa dan mama-nya juga tengah asik ngobrol mengenai acara di Tv.
"Kapan ya pa, kita punya cucu?mama kan pengen banget kayak temen-temen mama bisa bawa cucu kalau lagi kumpul." Celutuk Mella penuh pengharapan, Derby tersenyum bahagia karena sebentar lagi dia bakal mewujudkan apa yang di harapkan oleh sang mama.
"Duh , ma. Kita kan udah punya Chamel. Lagipula anak kita kan masih jomblo boro-boro ngasih cucu, menantu aja belum mampu." Ledek Rezha telak membuat Derby sedikit merasa kesal, bisa-bisa-nya seorang ayah menghina anak sendiri seru batin Derby
"Benar juga, percuma ya pa punya tampang dan karir okey tapi nggak laku-laku . Nasib-nasib." tambal Mella lalu melempar pandangan jengkel pada sang putra.
Derby masih bersikap stay cool, saat kedua orangtua-nya jelas-jelas tengah meledek diri-nya.
"Papa sama-mama tenang aja, sebentar lagi kalian bakal punya cucu kok." Ucap Derby santai, meletakan majala yang bekas dibaca-nya di atas meja lalu tersenyum manis.
"Apa? Cucu?" Secara bersamaan Rezha dan Mella membalas pernyataan sang anak.
Tampak jelas raut terkejut mereka.
"Iya cucu, aku mau minta izin nikah sama papa-mama. Revia lagi mengandung anak Derby sekarang."
Mella beranjak dari sisi sang suami, duduk di sebelah anak-nya. "Kok bisa?Kalian pacaran?"
Derby menggelengkan kepala, "Nggak, kita nggak pernah pacaran bahkan deket aja nggak."
Pernyataan Derby semakin membuat kedua orangtua-nya bingung.
Tapi...
Rezha tiba-tiba merangkul pundak sang putra, "Oh Jadi perempuan yang berhasil ngambil keperjakaan anak papa beberapa waktu lalu itu Revia."
Rezha tertawa mengingat kembali saat Derby ketangkap basah.
Derby diam malas menaggapi ayah-nya ini. Mella melotot.
"Papa, ngomong apaan si kamu." Protes Mella kesal, mendengar perkataan sang suami.
Derby tertawa, bahkan masih cuek saat Rezha telak menggoda-nya. "Jadi papa-mama izinin nggak aku nikah?"
"Kamu ya.. " Mella menjewer kuping putranya ini hingga kesakitab dan minta dilepas.
"Sebenarnya mama marah kaena kamu ngamilin anak orang luar nikah! bikin malu aja."
melepas jewerannya..
menarik nafas lalu menghembuskannya.
Rezha dan Mella saling berpandangan dan tersenyum bahagia dan secara bersamaan kembali mereka berkata.
"Kapan kamu mau kami melamar Revia?"
Tbc