Revia berkeliling kamar Derby, tidak ada hal spesial dari kamar bernuansa putih abu-abu ini.
Sedangkan si pemilik kamar tengah keluar, untuk ukuran seorang pria Derby cukup rapih.
Banyak terdapat buku tentang hukum yang tertata rapih dalam rak kayu jati.
Sampai tanpa sengaja Revia menarik satu buku dan ternyata itu merupakan kunci ruang rahasia.
Sebuah cermin berukuran seperti pintu bergeser ke arah samping.
Gelap, ruangan rahasia itu sangat gelap.
Jujur Revia merasa sangat terkejut mendapatkan sebuah fakta suaminya memiliki sebuah ruang rahasia seperti ini.
Revia mengenal Derby selama lima tahun, sedikit banyak Revia tahu kalo Derby termasuk pria penuh pesona, bersikap dingin, cuek akan hal-hal sekitarnya dan penuh rahasia.
Bahkan Revia sempat mengira pria itu pasti manusia berhati dingin, jarang bersikap ramah ataupun tersenyum.
Bertindak semau-nya, sampai akhirnya dia melihat sendiri sisi lain dari pria itu ,begitu lembut juga penuh kasih sayang saat berhadapan dengan adik tersayang-nya, Chamel.
Revia kembali menutup pintu rahasia tersebut , meski sangat penasaran dengan isi dalam ruang itu.
Revia sadar bahwa ruangan tersebut merupakan salah satu privasi Derby , dia tidak berhak untuk mengetahui-nya kecuali sang pemilik langsung mengizinkan.
Revia memutuskan untuk keluar kamar, membantu ibu mertua-nya yang bersiap membuat makan siang.
Banyak sekali hal-hal seru yang dibicarakan antara menantu juga mertua selama proses memasak, sesekali tawa menghiasi obrolan mereka.
"Jadi Derby waktu kecil suka maling belimbing tetangga, ma. Terus sering kepergok sama pemiliknya tapi gak pernah kapok."
"iya, padahal mama udah bilang maling itu perbuatan dosa tapi dia selalu bilang dosa itu kalo maling uang orang atau barang yang secara nilai berharga kan ini cuma buah. Untung aja tetangga kami baik dan sangat menyanyangi Derby layak-nya anak mereka sendiri alhasil membiarkan dia melakukan itu."
Revia menggeleng kepala, menggerutkan dahi.
Revia masih sibuk mengaduk perkedel jagung lalu memasak-nya " Derby itu dari kecil udah nyebelin ya, ma."
Sekarang Revia menoleh pada ibu mertua-nya, tersenyum.
"haha... Begitulah, tapi kamu tahu gak?belimbing-belimbing segar dan besar yang diambil sebagian besar dijual dan uang hasil penjualan ditabung sama Derby."
"Dulu keluarga kami belum semapan sekarang, Via.
Bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja sudah bersyukur. Jadi Derby gak bisa seperti anak-anak kecil seusia-nya yang bisa gampang membeli mainan atau minta uang buat main playstastion.
Dia lebih memilih belajar, bantuin orangtua dan waktu segang dipakai bermain sepak bola sama teman-teman dia, dilapangan belakang sana."
Mella melirik ke belakang, dan tepat dibalik jendela dapur ada lapangan sepak bola besar dan kebetulan tengah ramai dipakai anak-anak kecil.
Mella mematikan kopor listrik, menaburkan bawang goreng diatas sayur sop ayam.
Sedangkan Via, mengangkat perkedel jagung terakhir dan meniriskannya ke dalam jaringan sebelum memasukan ke dalam piring.
Dan Sambel terasi juga sudah selesai Revia buat.
"Sambel buatan kamu enak, pedesnya kerasa. Derby pasti suka banget, sambelnya mantep kayak gini. Perkedelnya juga gak kalah enak rasanya, Derby beruntung dapet istri udah cantik, cerdas dan jago masak kayak kamu." puji Mella setelah mencicipi perkedel jagung pake sambel, meski siang ini menunya hanya sayur sop ayam, perkedel jagung dan sambel tapi terasa menyenangkan.
"Makasi, ma." balas Revia, Tersipu malu.
****
"Ini pasti buatan Revia."
Ujar Rezha tersenyum, mengambil perkede dengan sambel lalu memakan-nya dengan lahap.
"Enak banget ,mantep." puji Rezha.
"Makasi Pah, sop ayam cobain juga dong pah. Mama yang buat, rasa-nya enak banget." dengan hati-hati Revia mengambil sop ayam ke dalam mangkuk lalu memberikan pada ayah mertua-nya itu.
"Masakan mama sih paling papa suka."
Mella tersenyum mendengar rayuan sang suami yang memiliki wajah mirip Derby tapi versi tua meski begitu Rezha masih terlihat gagah dan keren.
"Dasar kamu mas, bisa aja kamu gombal-nya. Awas ya kamu gombalin atau sampai memiliki perempuan lain, aku potong-potong kamu terus dibikin sop ." seru Mella sambil sibuk menyuapi Chamel.
Mereka semuapun tertawa kecuali Derby, dia sibuk makan.
"Ma,pa. Derby duluan ya." pamit Derby setelah menyelesaikan makan siang-nya dengan sikap cuek lalu pergi masuk ke dalam kamar.
Rezha dan Mella sudah hafal watak anak mereka.
"Via, kamu harus sabar ya mengehadapi Derby. Meski mood-nya kapanpun bisa berubah kayak bunglon tapi dia bukan buaya darat sama kayak papa."
Mendengar ucapan ayah mertua-nya Revia tertawa kecil, "Iya pa."
Mella menggeleng kepala melihat tingkah Derby, kembali menyuapi anak bungsu-nya.
"jadwal penerbangan kalian ke bali besok pagi kan?" masih fokus menyuapi putri bungsu-nya Mella memastikan jadwal penerbangan bulan madu mereka berdua.
Revia mengangguk, "iya. Oh iya malam ini aku yang masak ya ,ma?"
Mella menoleh pada Revia disertai senyum hangat, "Boleh, justru mama senang kalo bisa bebas jadi koki sekalian mau mencicipi masakan versi full menantu mama ini."
Sebuah tawa kembali menghiasi bibir Revia.
-
-
"By, pakaian lo udah gue kemasin."
Derby menoleh pada koper milik-nya yang terdapat tepat disamping koper Revia.
Melepaskan kaos sehingga topless, tanpa sungkan Derby duduk di samping Revia.
Hanya memakai celana jean ,jujur rangkaian otot yang terdapat pada lengan dan perut suami-nya baru kali pertama Revia lihat.
Bagaimanapun saat mereka dulu melakukan hal itu sama-sama dalam keadaan terdesak jadi mana sempat memperhatikan detail tubuh mereka satu sama lain.
Revia mengalihkan pandangan ke tempat lain.
"Lo kemasin barang-barang gue? Termasuk daleman?" jujur Derby benar-benar terkejut.
Tanpa sepengentahuan Revia, Derby tersenyum puas sudah berhasil menggoda istri-nya ini.
Revia sedikit salting, berdehem mencoba tetap santai.
Menyilangakan kaki,membetulkan rambut.
" iya tapi dibantu mama kata mama gue harus mulai membiasakan diri nanti kan gue yang bakal nyiapin segala keperluan lo. "
Derby berpura-pura batuk, "oh jadi cerita-nya lo mau jadi istri yang baik ?" bisik Derby ,membuat Revia merasa kikuk.
"Whatever, bisa gak lo jaga jarak dari gue?" protes Revia masih enggan menoleh ke samping,merasa risih karena jarak mereka sangat dekat.
"Jaga jarak, oke." balas Derby santai.
Setelah Revia merasa Derby memang sudah menjauh dari-nya segera dia menoleh ke arah suami-nya itu.
Tapi tiba-tiba Derby menarik teguk leher Revia dan mencium lembut bibir merah perempuan cantik itu, membuat Revia terkejut pada Awal-nya .
Kedua mata Derby sudah terpejam, bahkan sekarang ciuman lembut pria tampan itu membuat Revia tanpa sadar ikut memejamkan mata lalu membalas.
Kedua-nya sudah benar-benar terhanyut dalam suasana, tubuh Derby bahkan sudah berada di atas Revia.
Sebelah tangan kekar Derby mengusap lembut sebelah pipi Revia
Kemudian perlahan turun kebawah,entah kenapa Revia tidak bisa berkata apapun ataupun berniat untuk mengakhiri kegiatan mereka.
Kedua saling berpandangan sesaat, kemudian kembali melanjutkan aktivitas mereka bahkan kali ini ciuman mereka semakin terasa liar.
Kedua tangan Revia sudah melingkar pada leher Derby , Kedua-nya sudah benar-benar merasa terhanyut dalam suasana.
Kliiiik...
Tiba-tiba pintu terbuka, refleks mereka berdua menghentikan aktivitas mereka.
Bersamaan menoleh pada pintu, tetap dengan pose kedua tangan Revia masih melingkar pada leher Derby sedangkan satu tangan Derby menompang leher Revia dan satu lagi memegang leher perempuan cantik itu.
Posisi Revia yang tengah di bawah Derby.
Oby terkejut, menelan saliva.
Menggaruk kepala sambil nyengir kuda.
"Sorry guys,next time kunci pintu dong." ucap Oby santai lalu kabur ,menutup kembali pintu kamar mereka berdua.
Dengan sikap salting Derby beranjak dari ranjang, memakai kaos dan menyusul Oby dengan tampang kesal.
Revia sendiri memilih untuk sementara waktu berada dalam kamar.
"Oby, sini lo. Dasar temen Kampret emang lo gak bisa ketuk pintu dulu!" protes Derby setengah berteriak dari suara-nya jelas pria itu benar-benar tengah kesal.
Revia hanya tersenyum malu, menutupi wajah dengan telapak tangan.
Tbc