Aku melihat Alfon duduk di depanku. Setelah dua tahun tak bertemu, pria tua ini memborbardirku dengan banyak pertanyaan.
Aku menyuruh beberapa pelayan meninggalkan kami.
"Nona, anda yakin semua akan baik-baik saja?", tanya Ficaso.
Aku meyakinkan semua ada dibawah kendaliku. "Pergilah. Alfon tak akan melukaiku."
Mendengar ucapanku, Ficaso segera pergi meninggalkan kami.
Dari arah lain, datang seorang pralayan dengan segelas minuman. Ia meletakkannya di depan Alfon. Setelah pelayan itu pergi, barulah kami mulai bicara.
"Kau tahu? Tak ada yang berani membeli barang illegal." kata Alfon membuka pembicaraan kami. Ia meletakkan kalung mermaid tears yang kuberikan kepadanya sesaat sebelum aku pergi dua tahun lalu.
Aku mengambil kalung itu dan mengamatinya. Di bawah sinar lampu, benda ini masih terlihat sama.
"Kalaupun ada yang mencoba menawar, mereka benar-benar hanya membayar sepersekian dari harga aslinya. Jadi aku putuskan untuk menyimpannya dan berharap kau kembali!"
Alfon mengatur nafas sebelum kembali mengoceh
"Astaga! Kau menghilang dua tahun. Aku tak bisa menghubungimu sama sekali. Dan sekarang kau.." Alfon menghentikan kata-katanya.
Aku hanya terdiam tanpa sebuah ekspresi. Mengamat-amati wajaih tua Alfon. Dia memang terlihat begitu letih. Semua perasaan bercampur aduk dikepalanya saat ini.
"Aku tak memahamimu Reveline." gerutunya lagi.
Aku mengambil minuman di depanku dan meneguknya.
"Alfon" Kataku lembut namun penuh wibawa,
"Terima kasih."
Alfon menghela nafas dan mengat-amati minuman di depannya. Ia tampak tak berminat menyentuhnya sama sekali.
"Bisakah setidaknya, kau beri tahu aku apa yang telah terjadi?" pinta sahabatku itu.
Aku memainkan gelas berisi minuman di tanganku. Aku mencoba berfikir, apakah aku harus mengatakan kebenarannya atau harus menyimpan semua rahasia ini baik-baik.
"Jika kau ragu, aku bisa menahan rasa ingin tahuku." kata Alfon.
Aku membuka mata. Seseorang datang mendekatiku. Aku bisa measakan kehadirannya.
"Dan selamat atas pernikahanmu." katanya. Alfon menagangkat minuman di depannya dan meyapa seseorang yang mendekatiku.
"Gold?", sapaku dengan terkejut.
Ia membawa Miracle, gadis kecilnya. Ia menggendong anak berambut panjang dengan wajah campuran itu.
Alfon spontan berdiri dan memperkenalkan diri. Sementara aku masih duduk dengan tenang di sofa berwarna cokelat di halama belakang rumah Gold.
Setelah berkenalan, Alfon mengeluarkan sebuah hadiah untuk Miracle. Sebuah kalung emas.
"Boleh aku pakaikan?" tanya Alfon pada Gold.
Gold spontan mengatakan, "Mintalah izin pada ibunya." sambil menatap ke arah ku.
Menyadari hal itu, Alfon segera menatapku. "Tentu saja boleh. Miracle ucapankan terimaksih pada Paman Alfon."
Tentu saja Miracle yang masih berusia satu tahun belum bisa mengucapkan hal itu. Gold berinisiatif mengucapkan terimaksih.
"Thank you Uncle"
Setelah memakaikan kalung itu, Alfon merasa canggung. Gold yang melihat keadaan ini segera pamit untuk pergi ke sisi lain halaman belakang. Mereka sedang merayakan ulang Tahun Miracle di sana.
Setelah Gold pergi Alfon kembali ke tempat duduknya dan bicara.
"Aku turut bahagia kau akhirnya menemukan suami yang tepat. Semoga ini bukan seperti yang aku pikirkan."