Aku menoleh saat Gold ingin bicara dengan denganku. Ia tampak menggendong Miracle di tangannya. Tak ingin pembicaraan kami terganggu, Gold menyerahkan Miracle pada Lia, pengasuh Miracle yang baru sejak Arna memutuskan untuk pergi.
Dengan cekatan Lia mengajak Miracle pergi. Kami pun segera memiliki ruang uantuk bicara berdua.
"Ini", kata Gold mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
Aku mengambil secaraik kertas yang masih terlipat rapi. "Tadi pagi Jacob menyerahkan surat itu kepadaku. Itu surat dari Carl"
Mendegar nama pengirim surat itu, aku menjadi ragu.
"Bacalah, aku tak akan menyinggungmu akan hal ini." kata Gold melihat raut wajahku yang ragu.
Memang sejak kami menikah, Gold sama sekali tak pernah memaksakan apa pun padaku. Bila aku boleh jujur, pernikahan kami seperti sebuah kesepakatan kontrak kerjasama antar negara. Tanpa ada rasa cinta.
Kami berusaha tak saling mengubah, tak saling menyakiti juga tak saling mengganggu urusan masing-masing. Namun kami lebih melakukan segala sesuatunya dengan logika. Karena bagi kami, cinta itu tidak pernah buta.
Pandangan sesimple itulah yang membuat kami setuju menandatangi akta nikah satu tahu lalu setelah Ia menceraikan Frada.
Aku perlahan membuka kertas dari Carl.
"Menurutmu, apakah kita harus membuat sebuah pesta pernikahan di sini? Untuk membersihkan namamu?
Aku mendongak melihat Gold. Sepertinya para tamu yang hadir mulai bergosip tentang kami. Dan hal itu sepertinya sudah sampai ke telinga Gold.
"Tidak perlu, biarkan mereka berspekulasi. " Kataku dengan santai. "Dan terimakasih".
Mendengar jawabanku, Gold mengangguk ringan.
"Aku akan memberimu ruang untuk mempelajari isi surat itu. Jika ada yang perlu dibicarakan aku ada di ruang pesta." katanya kemudian meninggalkan ku.
"Baiklah, terimakasih"
Baru beberapa meter meninggalkanku Gold tiba-tiba kembali dan menciumbibirku.
Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi tentu saja sebagai istri yang baik, aku harus memberikan respon positif layaknya wanita dewasa yang mencintai suaminya.
Setalah beberapa menit, Gold melepasakan ku. Ia mengamati wajahku dan menyingkapkan rambut yang menghalangi wajahku. Ia tersenyum dan pergi.
Saat ia pergi, aku melihat Alfon mengamati kami. Aku mengerti sekarang. Mungkin Gold kesal dengan Alfon yang tampak kurang memercayai pernikahan kami. Apa yang Gold lakukan barusan akan menjadi bukti bagi Alfon atas kecurigaannya.
Aku membalikkan badan dan mengamat-amati surat dari Carl. Aku kembali duduk di sofa cokelat.
Entah mengapa tiba-tiba aku ingat kejadian satu tahun yang lalu saat nyawa kami hampir terenggut. Usai tragedi pengejarankau, Gold tiba-tiba muncul. Saat itu, baik aku mauapun Jacob dan Ficaso bertanya-tanya dari mana dan bagaimana Gold bisa sampai di tempat ini.
Saat usai penyerangan dan semuanya sudah aman, aku kembali menjalani perawatan di rumah sakit akibat infeksi selama satu bulan. Aku ingat saat itu Gold tiba-tiba masuk dan bertanya beberapa hal mengenai Carl.
Gold juga bertanya apa alasanku mau mengambil kesepakatan kontrak dengan oang tuanya.
Saat aku menjelaskan, Gold tiba-tiba mengeluarkan hasil tes DNA. Hasilnya menunjukkan Miracle adalah darah dagingnya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, Ibunya bukanlah Frada melainkan aku. Aku bingung dan semakin tak mengerti. Dalam surat perjanjian mengatakan aku hanya akan mengandung anaknya, buka memberikan kontribusi menyumbangkan sel telur.
Saat diselediki, teryata semua itu ulah Nyonya dan Tuan Servine. Mereka meminta pihak rumah sakit mengembangkan sperma dengan indung telur milikku secara diam-diam. Mereka melakukanya bukan tanpa alasan. Hal ini mereka lakukan karena mereka berharap, aku dan anak yang ku kandung nanti tetap memiliki hubungan yang baik.
Alasan lainnya karena, mereka curiga Frada sengaja menggugurkan kandungannya setiap kali melakukan proses bayi tabung.