Chereads / Sebuah Kesepakatan (Dealing With) / Chapter 57 - Keberuntungan

Chapter 57 - Keberuntungan

Rencana penangkapan mereka semakin mudah ketika Sergei, menghubungi pihak kepolisian. Beruntung ia memilih Cadilac, kepala polisi sahabat Gold untuk mendukung aksinya. Dengan iming-iming satu milliar dolar, Cadilac menyetujui peran pembantunya. Tapi tentu saja, Cadilac lebih menginginkan sahabatnya dari pada uang satu milliar.

Kini semuanya semakin jelas. Jika Carl si keras kepala itu tak penasaran pada Gold, mungkin kami tak akan pernah selamat dari tangan Frada. Kami beruntung Carl masih penasaran padaku.

Walaupun ia sudah menikahi wanita Timur Tengah itu, ia diam-diam masih penasaran pada apa yang kulakukan. Mungkin sebenarnya saat di Perancis, tembakannnya tidak meleset. Tapi memang dia tak arahkan tepat padaku. Carl memiliki nyali yang besar untuk melakukan semua ini. Mengingat ia sudah bergabung dengan kelompok militan dari negri antah berantah.

Jika ketahuan berada di pihakku, entah apa yang akan mereka lakukan pada Carl. Mungkin Carl akan segera di eksekusi mati di tempat. Melihat kenyataan sampai sekarang ia bisa mengirim surat ini, itu berarti Carl masih baik-baik saja.

Sepertinya Carl memang pahlawan dalam hidup kami.

Kembali ke kertas yang ku pegang. Jujur kertas ini terlipat sangat rapi. Ketebalannya cukup baik. Berwana kuning muda. Sayang, tak ada satu tulisan pun di dalamnya. Aromanya adalah aroma kayu manis.

Apa yang ada di dalam benak Carl sebenarnya?

Dalam kebingungan aku bangkit dan menuju ruang pesta. Melihatku datang Gold langsung menghampiriku. Ia memegang minuman di tangan kirinya. Tangan kanannya ia lingkarkan di pinggangku. Aksinya tentu saja menarik perhatian siapa saja yang ada di ruangan tersebut. Mereka mulai berbisik satu sama lain.

Ia mencium pipiku sambil berbisik, "Apa ada masalah?'

"Suratnya kosong." kataku pelan sambil menunjukkan surat itu padanya.

"Aku mengerti." jawabnya. Kami berjalan perlahan dan menemui beberapa orang. Gold melepaskan ku saat ia melihat Cherin menghampiriku.

Setelah kami berbicara sejenak, aku melihat Jacob datang dengan segelas air putih pada nampan.

"Air Anda Nyonya", katanya kepadaku. Aku terlihat bingung. Aku mengundurkan diri dari Cherin.

Tak sadar mataku mencari Gold yang sedang bicara dengan seseorang yang tak aku kenal.

"Kertas itu cukup tebal, akan lebih bijak jika kita masukkan ke dalam gelas ini. Mungkin akan terbaca suatu tulisan", jelas Jacob kepadaku.

Tanpa pikir panjang aku mencelupkan surat itu ke dalam air. Jacob segera pergi dan meletakkan gelas di meja. Ia sendiri berdiri dan menjaga gelas itu.

Sepuluh menit tak ada hasil, Jacob memanggil Ficaso. Entah apa yang mereka bicarakan, Ficaso pergi beberapa saat kemudian. Seorang pelayan datang dengan gelas kosong dan tissue. Jacob menuangkan air di gelasnya ke gelas kosong yang pelayan itu bawa.

Ia mengambil tissue dan mengeringkannya. Tak lama kemudia, Ficaso datang dengan pematik api.

Ia tampak mengerikan kertas surat yang dibawanya dengan api.

Aku mendekati mereka berdua.

"Jika air tak bisa mungkin api akan mengeluarkan tulisannya." terang Jacob kepadaku.

Dan benar saja mulai terlihat garis-garis hitam di atas kertas itu. Tak ingin menghilangkan privasiku atas isi surat tersebut, Jacob segera menyerahkan kertas itu kepadaku.

"Silahkan Nyonya", katanya lalu pergi begitu saja.

Aku berjalan meninggalkan halaman belakang rumah ini pergi ke tempat yang lebih sepi. Gold melihatku tanpa bertanya apa pun.

Aku mencoba membaca tulisan tangan Carl.

"Aku senang bisa melihatmu hari ini, Semoga bahagia selamanya."

Tulisan tangan Carl berhenti sampai di situ. Aku menoleh ke arah kerumunan orang yang berpesta. Apakah Carl ada di sana? Itu tidak mungkin.

Dengan inisiatif, aku berjalan menuju rumah dan menuju halaman rumah Gold. Ada banyak mobil yang terparkir di sana. Aku berdiri mematung di halaman, melihat orang melakukan penurunan dan penjemputan.

Beberapa mobil mewah terparkir. Tiba-tiba mataku silau karena pantulan cahaya matahari dari spion mobil merah yang terparkir. Mobil itu menyalakan mesinnya dan berputar di halaman saat mendekatiku, kaca jendelnya mulai terbuka.

"Bahagia selamanya!", kata orang di balik pengemudi itu. Mata kami sempat saling menatap, saat ia melambatkan mobilnya.

Aku langsung tau dia adalah Carl. Melihatku menyadarinya, ia segera menaikkan jendelanya kembali dan pergi meninggalkan rumah ini.

~Tamat~