Chereads / My Boss And His Past (18+) / Chapter 10 - 9 Hal yang tidak mungkin terjadi

Chapter 10 - 9 Hal yang tidak mungkin terjadi

Instagram: gorjesso boleh mampir mampir ๐Ÿ˜ณ๐Ÿ˜ณ๐Ÿ˜ณ

"Nayara."

Naya terperanjat dan menoleh pada Fazran yang tetap berada di posisinya.

"Batalkan rencana makan malam kamu dengan pria tadi. Dan ikut saya."

Naya tidak bisa menyembunyikan kernyitan bingung di wajahnya. Dia terdiam bahkan setelah 1 menit dia tidak bisa mengurai kalimat atasannya itu.

Merasa tidak ada tanggapan dari Naya, Fazran menoleh ke belakangnya dan menemukan mata Naya yang berwarna coklat juga menatapnya.

"Saya ingin kamu menemani saya menemui klien. Satu jam lagi saya akan menjemput kamu di depan kamar."

Setelah mengatakan kalimat yang Naya yakini penuh dengan perintah mutlak, Fazran membalikkan tubuhnya kemudian berjalan keluar karena lift sudah sampai di lantai tujuan mereka. Naya ingin sekali mengumpat saat ini. Bagaimana mungkin Fazran memberi perintah mendadak dan hanya waktu satu jam?

Dan satu lagi, dimana mereka akan bertemu klien? Jelas, hal ini menjadi pertimbangnan penting karena ia harus tahu busana seperti apa yang harus dia kenakan.

Sesampainya di kamar, Naya segera membongkar isi kopernya yang tadinya tertata sangat rapi. Pakaian yang kiranya sedikit formal tinggal satu dan akan di pakainya untuk acara besok penutupan pelatihan. Menggigit bibir sebagai ungkapan frustasi, Naya juga berjalan bolak-balik di kamarnya berpikir tentang pakaian apa yang harus dia kenakan. Namun pikiranya buyar ketika mendengar kamarnya diketuk, Naya berharap itu bukan Fazran karena ini bahkan belum ada 15 menit ia masuk ke kamarnya.

Naya menemukan dua orang pegawai hotel mendorong troli pakaian di depan kamarnya. Naya menaikan alisnya menatap dua pegawai itu penuh tanya.

"Atas perintah Pak Fazran, kami menyiapkan beberapa gaun untuk dikenakan oleh Naya, dan juga aksesori serta make up." Ujar Salah satu pegawai hotel memberi penjelasan.

"Untukku?"

Pegawai hotel itu mengangguk tegas.

Naya menyingkir dari ambang pintu dan membiarkan dua pegawai itu masuk ke kamarnya. Troli pakaian yang dibawa oleh salah satu pegawai menjadi perhatian Naya. Itu bukan beberapa tapi mungkin ada selusin gaun dengan warna berbeda, lalu ada 4 set perhiasan yang Naya yakin adalah koleksi terbaru dari Messica Jewelry yang sedang dia incar untuk ia jadikan koleksi. Lalu make up yang Naya yakin hanya akan ia gunakan lipstiknya saja, terlalu banyak tapi ya sudah, ia pun akhirnya menemukan solusi atas kefrustasian yang melanda sejak Fazran memberi perintah.

"Apa perlu kami membantu nona merias diri?" Tanya pegawai hotel itu.

Naya menggelengkan kepalanya, dia masih bisa mengatasi soal hal ini. Jadi dia menolak dan membiarkan dua pegawai hotel itu pergi dari kamarnya.

Naya mendekat ke arah troli pakaian dan menyentuh gaun-gaun yanga da disana dengan tangannya. Ia kemudian menyadari bahwa ini adalah gaun pesta ketimbang gaun formal yang digunakan untuk sekadar menemui klien.

Namun karena waktu 1 jam yang di berikan Fazran, Naya segera memilih gaun dan pilihannya jatuh kepada sebuah gaun hitam yang berbahan satin. Ia yakin gaun itu akan membuatnya tampak elegan.

Usai membersihkan diri, Naya duduk di kursi rias menghadap cermin. Disana sudah ada peralatan make-upnya sendiri. Segera saja dia melakukan prosedur base make up untuk sedikit membuat wajah lelahnya tersamarkan dan mengaplikasikan natural make up namun tetap glowing. Naya memilih lipstik berwarna merah muda sedikit kemerahan agar tidak tampak mencolok di wajahnya yang hanya disapu natural saja. Saat dia memakai haunnya sebagai langkah akhir, Naya terkejut mendapati gaun itu sangat metampakan belahan dadanya, pundaknya pun terlihat sangat jelas karena memang gaun itu tidak berlengan sama sekali dan satu lagi kejutan dari gaun itu adalah ada potongan di samping gaun yang panjangnya sampai setengah pahanya. Naya dilema apakah dia harus mengganti gaun ini, karena dia sudah jatuh cinta begitu dia melihatnya tadi.

Masa bodoh, Naya segera menata rambutnya yang ia gerai lurus saja agar selurus dengan warna gaunnya yang menonjolkan aura sexy dan tegas. Masih ada 10 menit sebelum Fazran menjemputnya, Naya meraih clutch dan mengisinya dengan ponsel dan kartu kredit, serta tanda pengenal siapa tahu di butuhkan nantinya.

Tepat, 10 menit kemudian ada ketukan di pintu kamarnya yang segera membuat Naya bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu kamar. Naya dan Fazran berhadapan ketika pintu kamar terbuka. Mereka saling menilai penampilan masing-masing. Dimana Naya melihat Fazran merubah lagi gayanya dengan tidak berdasi dan rambut yang di tata sedemikian rupa. Warna jasnya juga sama degan warna gaunnya. Secara keseluruhan Fazran memang layak mendapat predikat tampan dalam jajaran rangking di majalah bisnis terkemuka dunia.

Tidak mengatakan apapun, Fazran segera berjalan mendahuluinya menyusuri lorong hotel lantai kamar mereka. Namun sekelebat tadi, dia melihat Fazran seperti mendengus marah, entah karena apa.

Di dalam mobil menuju tempat acara Fazran dan Naya pun hanya menciptakan keheningan. Suasana malam yang tidak terlalu ramai tampak dari jendela dan menjadi perhatian Naya, dia juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Hingga tak lebih dari 15 menit kemudian mereka sampai di sebuah gedung yang luas dengan tinggi kira-kira 4 lantai. Sepertinya masih berada di dalam komplek hotel tempatnya melakukan pelatihan. Karena jaraknya tidak terlalu jauh dari hotel.

Supir membukakan pintu untuk Fazran dan Naya. Dan Naya tidak menyangka Fazran akan menunggunya dan menawarkan diri dengan mengulurkan lenganya. Naya sebenarnya ragu untuk mengaitkan tangannya pada lengan Fazran, namun demi kesopanan dia pun melakukannya. Tapi mungkin karena gugup Naya tanpa sengaja menjatuhkan clutchnya. Dia melepas lagi kaitan tangannya dan mengambil barangnya yang terjatuh. Dan saat itulah Fazran dapat melihat potongan di gaun Naya yang sangt tinggi menurutnya, karena hampir bisa mengekspos setengah paha wanita itu.

Setelah mengambil clucthnya, Naya kembali menghadap Fazran dan saat itulah dia melihat Fazran dengan mata tajam yang mengarah ke pahanya. Yang membuat Naya tersadar dengan potongan gaunnya kini terbuka. Ia segera membenarkan gaun dan tersenyum kaku melihat atasannya itu kemudian menatapnya tajam.

"Pak Fazran, anda sudah ditunggu."

Kontak mata mereka terputus ketika salah satu orang kepercayaan Fazran menghampiri mereka berdua. Fazran langsung saja berjalan tanpa menghiraukan Naya, dan melupakan bahwa tadi pria itu menawarkan lengannya pada Naya. Dengan pasrah Naya hanya mengikuti Fazran dengan berjalan di belakang pria itu karena dia pun sadar posisinya hanyalah pegawai di perusahaan pria itu.

Naya melangkahkan kakinya memasuki ballroom dengan dekorasi warna merah dan emas yang tampak membuat ballroom itu sangat megah. Hiasan bunga-bunga warna emas tampak di pasang di sudut-sudut ruangan dan juga kursi-kursi dengan nama-nama orang yang diundang ke tempat ini. Naya terkesima, hanya beberapa kali dia pernah mendatangi pesta atau pertemuan seperti ini, mewah dan sangat berkelas. Paling-paling dia hanya pergi ke pesta yang diadakan sekelas manajer yang pastinya tidak semewah ini. Dan di depan dimana terdapat dekorasi paling indah dengan hiasan emas yang paling mencolok dengan angka 50 menunjukan usia seseorang kemudian ada tulisan yang menunjukan bahwa pesta ini adalah perayaan ulang tahun seorang pengusaha juga dalam rangka ulang tahun pernikahan yang ke 25 tahun. Sangat pantas bila pestanya dibuat semewah ini.

Naya masih berjalan di belakang Fazran yang beberapa kali berhenti untuk menyapa tamu yang dikenal pria itu. Naya dan seorang pria kepercayaan Fazran tetap di belakang dengan menunduk atau terkadang tidak ingin terlihat mendengar percakapan demi kesopanan. Namun sesekali Naya melirik stand makanan, dia lupa dia belum makan malam dan sekrang hampir jam 9 malam, belum ada makanan apapun yang mampir ke lambungnya. Ia takut besok dia tidak akan kuat menghadiri acara penutupan bila anemianya kambuh karena belum makan apapun malam ini.

Naya kembali berjalan karena Fazran juga kembali berjalan. Namun karena tidak melihat Fazran yang berhenti melangkah, dia menabrak Fazran dan hampir saja membuat mereka jatuh bersama.

"Maaf, pak." Kata Naya takut-takut.

Fazran diam saja, namun kemudian pria itu berjalan ke sisi kanannya dan tubuh Naya menegang kala merasakan tangan pria itu di pinggangnya. Dengan kaku Naya beralan menuruti Fazran yang mengarahkannya menuju sepasang suami istri yang menjadi tokoh utama dalam acara ini. Naya yakin karena sejak tadi kerumunan di sekitar sepasang suami istri itu tidak kunjung bubar.

"Oh, Fazran!"

Fazran berjalan menghampiri tokoh pria pesta ini karena dengan ramah memanggil Fazran untuk mendekat. Kemudian saat sampai, dengan hormat Fazran membungkukan tubuhnya namun melepas dulu tangannya dari pinggang Naya sebelumnya. Lalu kembali meraih pinggang Naya dalam rangkulannya begitu selesai memberi hormat. Sepasang suami istri itu tampak sangat senang melihat Fazran. Bahkan tak segan memberi Fazran ruang tersendiri untuk mengobrol dengan mereka sehingga orang-orang yang tadi berkumpul di sekitar mereka membubarkan diri secara otomatis. Naya yakin Fazran mempunyai hubungan khusus dengan sepasang suami istri ini.

"Selamat datang, Fazran.." Sang istri memberi kecupan di pipi pada Fazran dan tersenyum kepada Naya dengan ramah ketika mereka bertatapan mata.

"Terimakasih karena menyambut kami. Dan selamat atas bertambahnya usia anda dan ulang tahun pernikahan tuan dan nyonya." Ujar Fazran dengan nada bicara yang lugas dan sopan.

"Ya ampun..nggak perlu terlalu resmi seperti itu, Fazran.. Tapi terimakasih.." Kata seorang yang di panggil Fazran "Tuan" dengan tersenyum lalu menepuk pundak Fazran pelan sebagai ungkapan terimakasih.

"Tapi kamu tahun ini tidak sendiri, Fazran?" Tanya si nyonya dengan kerlingan mata menggoda Fazran yang untuk pertama kali terlihat bersama seorang wanita menghadiri ulang tahun pernikahan dirinya dan suaminya.

Fazran tersenyum, dia tahu maksudnya, namun dia tidak ingin membahas lebih lantjut. Jadi dia hanya akan memperkenalkan Naya secara singkat.

"Ini Nayara, salah satu staff HRD di perusahaan yang saya pimpin sekarang." Jelas Fazran, memperkenalkan Naya.

Dengan sopan Naya menundukan kepalanya sesaat lalu tersenyum. "Nayara Iva Pratista, senang bertemu anda."

"Aku juga senang bertemu denganmu, cantik. Aku Marlina dan suamiku ini Damar." Balas Marlina, kemudian melihat Naya secara keseluruhan dan tampak terpukau dengan wujud wanita itu. "Aku yakin Fazran akan sangat kewalahan menjagamu dari mata pria-pria yang ada di ruangan ini." Lanjut Marlina, sekali lagi menggoda Fazran. Dan pria itu hanya tersenyum menanggapinya.

Sedangkan Naya merasakan dirinya berdiri kaku ketika merasakan tangan Fazran yang meremas pinggangnya erat ketika mendengar kalimat Marlina seolah pria itu membenarkan kalimat itu.

Tapi jelas itu tidak mungkin. Batin Naya.

Setelah berbasa-basi sedikit, Fazran membiarkan Naya dengan meninggalkannya di sebuah meja yang sudah dikhususkan untuk pria itu bersama relasinya. Sedangkan Fazran sudah pergi bersama orang kepercayaannya untuk menemui klien lain. Sepertinya perkataan Fazran di lift tadi memang benar, pria itu begitu sibuk menanggapi banyak orang yang silih berganti berjumpa dngan dirinya di pesta ini. Well, jelas koneksi Fazran sangatlah banyak. Dan lagi pula Naya sudah kelaparan sejak tadi, jadi karena Fazran meninggalkannya dia akan segera menjelajah stand makanan.

Naya memutuskan untuk memilih ayam goreng yang ukurannya dipotong untuk bisa dimakan sekali suap, Naya tanpa pertimbangan langsung mengambilnya karena ia butuh makanan berat. Di stand itu juga sepi, karena sepertinya orang-orang disini tidak ingin memakan makanan berkabohidrat. Setelah menikmati cita rasa ayam berlumur tepung krispi, Naya masih ingin mencari makanan berat lain berupa cake dengan coklat di dalamnya yang lembut, lagi-lagi di stand itu sepi hanya ada beberapa orang. Setelah merasa kenyang, Naya menghampiri stand minuman dan memilih koktail.

Saat ia hendak berbalik untuk duduk sembari menikmati makanannya, dia bertabrakan dengan seseorang dan minuman yang di bawa di tangan kanannya tumpah.

"Maaf!" Pekik Naya, dia lalu meletakan kembali minuman itu ke meja stand dan meraih sapu tangan yang ada di clutchnya lalu dengan refleks mengusap pakaian yang basah milik orang yang ditabraknya.

"Eh.. nggak papa!" Kata pria itu, segera menghentikan tangan Naya dengan menggenggamnya. Namun Naya langsung melepaskan tangannya dari genggaman pria itu saat sadar pria itu mengusap tangannya dengan cara yang aneh.

Naya mundur selangkah untuk menciptakan jarak. Dan kembali meminta maaf kepada pria itu. "Maaf, maafkan saya."

"Tidak apa-apa, karena yang menabrak saya juga ternyata wanita secantik dirimu." Kata pria itu memuji.

Namun bukannya merasa senang, Naya justru merasa jijik mendengar dirinya dipuji oleh pria itu. Apalagi pria itu beberapa kali tertangkap olehnya melirik kepada dada dan pahanya yang tadi sempat terekspos. Sekarang entah mengapa dia menyesal mengenakan gaun ini.

"Tapi jika ingin mengusap lagi bajuku yang basah, aku persilahkan." Kata pria itu yang kemudian mendekat ke arah Naya dan meraih tangan Naya untuk diarahkan ke bagian baju yang basah, tepatnya di sebelah dada kanan kiri pria itu.

Naya berusaha menolak dengan lembut melepas tangannya dari pria itu, namun pria itu malah mencengkram tangannya dengan kencang dan itu mulai membuat Naya panik. Matanya berkeliling mencari bantuan, namun di sudut ini sepi karena pesta perayaan akan masuk ke puncak dan orang-orang berkerumun di bagian depan.

"Tolong, lepaskan." Kata Naya memohon. Dia semakin panik ketika pria itu menarik tubuhnya dan kini mereka berdempetan. "Saya tidak ingin membuat keributan disini."

"Bajuku basah karnamu, nona.. jadi bantu aku keringkan dulu bajuku. Baru akan ku lepasโ€”"

"Nayara."

Naya menolehkan kepalanya dan matanya langsung bersinar penuh harap ketika melihat siapa yang memanggilnya.

"Pa-pak Fazran." Ucap Naya dengan harapan Fazran bisa melepaskannya dari situasi ini.

Dan Fazran bergerak mendekat kearah Naya, melepaskan tangan pria yang tadi langsung merasa terintimidasi dengan kehadiran Fazran. Lalu menarik Naya menjauh dari pria itu. Mereka sampai di pintu depan gedung, Fazran berhenti dan menoleh kepada Naya yang kini berdiri dengan kepala tertunduk dalam. Dengan cekatan Fazran melepas jasnya dan memakaikannya pada Naya.

Naya spontan mendongak merasakan seorang meletakan jas di pundaknya. Dan ia menemukan Fazran yang melakukan itu. Naya tampak takjub dengan perlakuan Fazran. Namun semua itu buyar ketika dia mendengar Fazran berkata pelan namun dengan nada yang sangat dingin.

"Apa kamu sungguh ingin menarik perhatian semua pria dengan gaun yang sama sekali tidak bisa menutupi aset priabadimu?"

Naya terperangah mendengar perkataan Fazran. Pria itu baru saja menghinanya?

Dengan marah Naya segera melepaskan jas pria itu dari pundaknya dan pergi dari sekitar pria itu kala Fazran hendak masuk ke dalam mobil yang baru saja diambilkan oleh vallet boy.

Naya berjalan cepat tanpa memperdulikan Fazran yang memanggil namanya. Dengan sakit hati atas penghinaan Fazran padanya tadi, Naya nekat untuk pulang kembali ke hotelnya sendirian. Terserah jika dia akan tersesat, itu lebih baik ketimbang dia harus bertatap muka dengan pria itu. Yang artinya tidak mungkin, pria itu atasannya dan mereka jelas akan sering bertemu.

Tapi setidaknya malam ini dia ingin terhindar dari pria itu. Ya, malam ini saja.

///

Instagram: gorjesso

Purwokerto, 9 Juli 2019

Tertanda,

Orang yang sedang perang batin