Chereads / Wanita dititik Terendah / Chapter 14 - Murka

Chapter 14 - Murka

Tanpa mempersiapkan diri Hans pergi bergegas, bukan ingin ke kantor melainkan ingin mencari siluman pengacaunya, Achiera. Naluri ingin segera melihat gadis utu timbul entah dari mana.

Dari jendela sepasang mata dengan marah memperhatikan Hans yang pergi dengan buru-buru itu.

"Sialan, apa yang dimiliki wanita jalang itu, sehingga bisa menggantikan posisiku!!!" ucap Hazel dengan marah.

Hans menjalankan mobilnya dan melaju pelan-pelan sambil melihat sekelilingnya.

"Aku yakin kau belum jauh," gumamnya berkali-kali seakan-akan seperti mantra untuk menemukan keberadaan Achiera.

Beberapa KM dia mengemudi, dia melihat sosok yang dikenalnya tentunya Achiera. Namun, gadis itu tidak seorang diri, ada seorang lelaki yg bersandar di mobil mewah bermerek Koenigsegg CCXR Trevita berdiri tepat di depan Achiera.

Darah Hans mendidih melihat hal itu, terlebih ketika lelaki itu menyentuh lembut rambut Achiera tanpa penolakan dari sipemilik rambut.

Mendadak dia teringat nama lelaki yang dipanggil Achiera didalam tidurnya.

"Steven ....! oh jadi ini Steven yang dia tangisi dalam tidurnya di atas ranjangku? Kurang ajar berani-beraninya kau mengkhianatiku dibalik mataku, akan ku balas kau!!" gumamnya dan langsung membuka pintu mobilnya dengan kasar.

"ACHIERA GREY!!!" panggilnya memulai amarahnya.

Tanpa menunggu jawaban dari Achiera, ditariknya tangan wanita itu dengan paksa menuju mobilnya.

"Bolehkah anda bersikap sopan terhadap seorang wanita? lihat kau menyakitinya," ujar lelaki yang berdiri di depan Achiera tadi, Steven scott.

Steven Scott, seorang pria berdarah spanyol blasteran inggris yang tingginya 188cm bertubuh sixpack, memiliki warna bola mata biru khas yang menandakan dia lelaki berkebangsaan Spanyol.

Anak tertua dari Raja Spanyol yg memiliki peluang besar menjadi penerus tahta kerajaan spanyol. Tetapi malah terjun ke dunia bisnis sejak umur 18 tahun dan berhasil mendirikan perusahan yang masuk dalam salah satu perusahaan terbesar di Eropa dan sudah memiliki cabang diberbagai negara. Dan sekarang tengah merintis perusahaan barunya di negara F ini. (Ini hanya merupakan sudut pandang author, maaf sebelumnya jika ada menyangkut nama atau status dari seseorang atau negarašŸ™ )

Namun, Steven Scott ini sangat Low Profil, jika ada konferensi pers atau sejenis wawancara atau pertemuan-pertemuan yang menyangkut publik dia selalu pakai topeng.

"Anda siapa? anda tidak perlu mengajari bagaimana saya bersikap pada barang yang telah saya beli," jawab Hans sambil menatap tajam Steven lalu melangkah pergi.

"Tunggu sebentar, nama saya Steven, kau tidak boleh menyakitinya," cegah Steven .

"Steven??"

Mata Hans terbelalak mendengar nama lelaki itu, sudah berapa lama hubungan Achiera dengan lelaki ini sampai-sampai Achiera menangis dalam tidurnya untuk lelaki ini? seberapa istimewanya lelaki ini di hati Achiera? membayangkan itu membuat Hans semakin marah tak terkendali.

Di genggamnya tangan Achiera sekuat tenaganya, menunjukkan kekesalannya. "Saya telah membelinya, kalaupun saya menyakitinya itu adalah konsekuensinya dan itu hak saya. Atau anda ingin memungut barang bekas saya?" tanya Hans sinis dan pergi.

Mendengar ucapan dan penghinaan dari Hans, hati Achiera sangat sakit. Dia tersenyum sinis menertawakan kebodohannya yang telah terlena pada Hans.

'Achiera Grey, itulah nilai dirimu,' gumamnya sambil menjatuhkan dua butir air murni dari matanya namun segera di sekanya.

Hans melempar Achiera ke mobil dengan sangat kasar, hingga wanita itu merintih kesakitan.

Ditancapkannya gas mobil itu, lalu berlaju sangat kencang seakan dia mengejar sesuatu.

Dia menghentikan mobilnya, di sebuah villa besar miliknya. Ditarik tangan Achiera dengan kasar dan dicampakkannya Achiera di ranjangnya begitu sampai.

Amarahnya tak kunjung mereda mengingat-ingat tangan pria yang menyentuh rambut panjang Achiera, bahkan terus naik hingga sampai ke ubun-ubunnya.

Entah kenapa, tetapi ada rasa sakit tersendiri di dalam hatinya. Apakah dia sudah benaran mencintai wanita polos ini?

"Ingat kodratmu!! Jangan pernah berharap bisa menemukan lelaki lain di luar sana! Kau adalah wanitaku,Ā dan aku lelakimu!" ucap Hans sambil memakai bajunya.

"Norman, jaga dia dan jangan biarkan dia keluar. Infokan buat seluruh pekerja, hari ini boleh berlibur dan biarkan wanita itu yang mengerjakan seluruh pekerjaan mereka serta memasak buat kalian semua," ucap Hans sengaja kuat-kuat agar didengar oleh Achiera dan berlalu pergi.

Secepat kilat dia melangkah ke lemari mencari baju mana yang boleh digunakan.

Di sibaknya lemari yang ada di kamar, yang dia bisa itu adalah kamar milik Hans untuk mencari baju yang cocok untuknya, ternyata tidak ada baju wanita didalamnya. Mau tidak mau dia memakai baju kemeja yang diduganya baju Hans.

Tidak berapa lama dia turun untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah yang diperintahkan Hans.

Salah seorang asisten itu mencibir Achiera.

"Ngapain itu badan harus ditutup-tutupi, bukannya seorang pelacur biasa telanjang?" ucap Nila, asisten rumah tangga yang mengejek Achiera, dia merupakan asisten yang ditakuti para asisten-asisten lain.

"Kau pikir kau nyonya di rumah ini, sehingga kau sesuka hati memakai baju tuan muda kami?" ucap Nila lagi.

Serasa memakai earphone dia mengabaikan ucapan-ucapan sindiran para asisten itu yang sengaja ditujukan kepadanya.

Dia mop semua floor rumah itu, walau kadang-kadang dia gemes melihat tingkah para asisten itu yang mempersulitnya, yang berulang-ulang mengotori lantai atau sengaja menumpahkan air bekas cucian pel dilantai.

Dan siapa yang menyangka itu semua adalah atas perintah Hans.

Tepat jam 2 siang dia selesai mengerjakan semuanya, dia sudah sangat lelah mop floor, merapikan setiap rumah, membersihkan debu setiap sudut kaca termasuk furniture yang berbau kaca dirumah itu. Yang entah kenapa rumah itu sangat kotor dan berdebu seperti setahun sudah tak ditempati.

'Bukankah di sini ada banyak penjaga rumah dan para asisten, lantas mengapa rumah ini sangat kotor?' tanyanya dalam hati.

Disaat para penjaga rumah dan para asisten rumah tangga itu makan, dengan sengaja Nila menumpahkan kuah sayur kepada Achiera dan mengenai baju Hans yang dipakainya.

"Astaga, wanita sialan! berani-beraninya kau mengotori baju tuan muda kami," jerit Nila itu.

"Benar, kau itu terlalu berani! kau tau harganya baju itu?" sambung asisten wanita yang lain.

"Cukup...!!!! kau bilang aku mengotori baju tuan muda mu? itu aku atau kau? kau yang dengan sengaja menumpahkan kuah sayur itu padaku, kan?" ucap Achiera marah.

"Lihat wanita ini berani sekali menuduhku, jelas-jelas dia yang menumpahkannya dan malah membentak ku," jerit Nila membela diri.

'Achiera di sini kau tidak memiliki kawan, percuma dijelaskan pun, walau mereka tau yang sebenarnya tetap saja kau akan dipersalahkan. Ini trik mereka,' ucapan itu seakan timbul dari hati Achiera memperingatinya.

Dengan malas Achiera pergi, Namun tangannya yang tadi digenggam Hans kuat ditarik oleh Nila hingga dia memekik kesakitan.

"Tidak pernah ada orang yang mengabaikanku ketika aku berbicara," kata Nila lantang dan melemparkan tangan Achiera yang digenggamnya kuat.

Hal itu semakin memimbulkan rasa sakit yang luar biasa dirasakan Achiera. Tadi pun saat dia bekerja dia memaksakan tangannya untuk bekerja alasan agar tidak tunjuk pada kelemahannya.

Dengan amarah yang sudah ditahan sedari tadi, dia mengepalkan tangannya dan mendaratkan tamparan keras ke pipi kiri Nila.

"Aku memang ingin mengabaikanmu lantas kenapa? Kau pikir kau siapa, ha....? Aku atau kau yang lebih berharga? Hans masih dengan suka rela membeli aku untuk memuaskan hasratnya, lah kau ... lihat dirimu? Aku tau betapa besar niatmu ingin naik ke ranjang Hans, tidak perlu dibayar, gratis pun kau mau asal kau boleh naik keranjangnya dan tidur dengannya!! apakah kau berhasil?" perkataan itu diucapkan Achiera dengan penuh emosi dan lantang membuat Nila bagaikan dipermalukan di depan umum.

"Kau....!! berani-berani nya kau!!!" teriak Nila dan ingin menampar Achiera, tapi di tangkap oleh Achiera. Sebenarnya tangannya sudah tak sanggup menahan tangan asisten kasar ini, tapi amarahnya terlalu besar sehingga tidak memperdulikan sakit di lengannya.

"Kau hanya seorang asisten rendahan yang bahkan telanjang pun tidak akan bisa membuat Hans menyerahkan dirinya padamu!!!" ucap Achiera sambil melayangkan sebuah tamparan lagi ke pipi kanan Nila membuat gadis itu sampai terjatuh akibat kuatnya tamparan Achiera.

"Itu tamparan karena kau telah menghinaku, jika kau mau lagi kau boleh terus menghinaku!!!" Achiera memperingati Nila sambil menunjuk-nunjuk nila.

Ketika Achiera ingin naik ke atas dia di halangi para pria penjaga rumah itu, dipegangnya tangan Achiera untuk menahannya.

Di sisi lain, dengan gusar Hans baru mengingat baju Achiera yang telah dirobeknya dan tidak ada baju ganti di rumah itu.

"Damn! Di sana tidak ada baj Achiera, dan tadi aku sudah merobek bajunya. Apa yang akan ia kenakan? Bagaimana mungkin aku membiarkannya memakai baju robek itu? " ucapnya berulang-ulang seakan-akan takut Achiera bertingkah bodoh.

Dia pergi ke sebuah toko baju bermerek Gucci dan memilihkan baju yang cocok untuk Achiera. Setelah dapat beberapa baju yang cocok dia tersenyum-senyum membayangkan siluman pengacaunya memakai baju itu. 'Pasti akan sangat menarik kalau dipakai dia,' gumam Hans.

Tak ingin mengulur waktu Hans langsung bergegas ke villanya itu untuk memberi baju itu. Namun, begitu sampai di sana, yang dia lihat adalah Achiera dikerumuni oleh para lelaki penjaga rumah itu, yang satu memegang wajah Achiera sementara yang lainnya memegang tangan Achiera mengerumuninya layaknya Achiera mangsa.

"Ada apa ini...?" tanya Hans tiba-tiba dan berhasil mengejutkan semua orang.

"Akh ... tuan muda selamat datang," ucap semuanya hampir serempak.

"Kenapa berkumpul disini?" tanya Hans lagi dengan kuat.

"Begini tuan, ini nona Achiera sengaja menumpahkan kuah sayur itu ke bajunya tepat di dadanya dan menggoda mereka secara tidak langsung. Hal itu menimbulkan hasrat para penjaga lelaki di rumah ini dan berencana ingin pergi keatas, saya sudah melarangnya tetapi dia malah menampar saya." Nila yang menjawab dengan mulus tanpa ada rasa gugup, seperti sudah terbiasa berbohong dan mengarang sebuah kebohongan.

"Achiera Grey...?" panggil Hans dingin sambil melotot tajam.

"Apa itu benar? semua yang dia katakan benar?" tanya Hans mengintimidasi.

'Apa?? Hans kau mempertanyakan apakah itu benar atau tidak? bukankah kau tahu, aku tidak akan pernah melakukan hal sekeji itu? tetapi kau masih mempertanyakan kebenarannya? Hans seberapa besar kau mengenalku? dan kau anggap wanita macam apa aku ini,' batin Achiera. Dia kecewa atas perlakuan Hans.

Dari segala yang sudah terjadi hari ini, hal inilah yang paling menyakitkannya. Airmatanya kembali turun tak terbendung dari kedua matanya, membasahi pipi mungilnya.

"Heee---heemp,"

Di tariknya napas dalam-dalam serasa menghempaskan kesesakan yang menyumbat pernapasannya itu.

"Benar tuan muda Hans, itu sangat benar," jawabnya dengan senyuman masam tersiut di wajahnya.

Tanpa berpikir jernih dan hanya di isi oleh amarah yang menggebu-gebu dia bagaikan disambar petir mendengarkan pengakuan Achiera tersebut.

Walau sebenarnya jika dia berpikir dengan kepala dinginnya, seorang Achiera tidak akan pernah melakukan hal se-hina itu, tetapi saat ini dia tidak menggunakan logika akal sehat nya. Amarah nya terlalu memenuhi hati dan pikirannya.

Dengan menjerit dia mendekat ke arah Achiera.

"Dasar jalang! apakah aku tidak cukup memuaskanmu sampai-sampai kau harus meminta lelaki lain memuaskanmu?" ucapnya kasar dan langsung menampar Achiera.

Dengan sisa tenaga yang di miliki Achiera dia tidak terlalu kuat untuk menopang dirinya dari tamparan Hans, hingga dia menyerah dan jatuh. Kepalanya terbentur oleh sisi tangga rumah itu. Dia melihat seluruhnya buram dan pingsan!