Chereads / Wanita dititik Terendah / Chapter 11 - Jatuh Cinta

Chapter 11 - Jatuh Cinta

"If you want to get a woman's heart, get her body first"

-Hans Matthew-

๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ

Hari sudah gelap ketika Achiera tiba di rumah, suasana rumah selalu seperti yang di prediksi olehnya. Gelap dan sepi, terasa seperti lorong yang tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya.

Sebenarnya suasana seperti ini sangatlah tidak disukai, tetapi lebih tidak nyaman lagi jika harus berada di dekat orang-orang yang melihatnya dengan tatapan iri dengki karena statusnya yang menjadi simpanan pria idola para wanita-wanita, termasuk para asisten rumah Hans.

"Kau sudah pulang?"ย ย 

Sumber suara itu sontak membuat Achiera kaget. Dan lebih kaget lagi ketika mengetahui bahwa Hans dengan setelan jas-nya sudah berada di meja makan yang dilengkapi dengan begitu banyaknya makanan mewah dan makanan kesukaan Achiera. Serta lilin yang memperindah tampilan meja makan itu layaknya candle light dinner.

"Sampai kapan kau berencana mau berdiri mematung di situ?"

Teguran itu langsung menyadarkan Achiera dari kekagetannya.

Sebelum dia sempat menjawab, Hans sudah berdiri di dekat Achiera dan menariknya untuk duduk di meja makan.

"Silakan duduk, Mrs Matthew," ucap Hans sambil menarik kursi untuk Achiera.

Tanpa sepatah kata, Achiera duduk dengan patuh.

"Mau makan dulu atau minum, Mrs Matthew? Aku akan mengambilkannya untukmu," lanjut Hans.

"Hmm ... aku mau minum."

"Wine or mineral water?" tanya Hans lagi.

"Mineral Water," jawab Achiera setelah berhasil mengendalikan dirinya.

"Hans .... apa-apaan maksud dari semua ini?" tanya Achiera setelah meminum mineral-nya.

"Apa lagi, aku sedang mengejarmu lah," jawab Hans santai. "Apa kau keberatan dengan kejutanku, Mrs Matthew?" lanjut Hans.

"Akh ... tidak tidak, tapi ini terlalu berlebihan. Aku sedikit terkejut, ini pertama kalinya aku mendapatkan perlakuan dengan sangat manis," jelas Achiera sambil menundukkan kepalanya dan meremas-remas tangannya sendiri.

Hans menarik tangan Achiera, menciumnya dengan lembut seakan ingin memberikan kenyamanan pada sang pemilik tangan.

"Achiera, aku akui bahwa pertemuan kita karena sebuah kecelakaan dan membuat kejengkelan di hati kita masing-masing, tapi bukan berarti kejengkelan itu tidak bisa berubah setelah kita selalu bersama. Apa kau tidak merasa bahwa satu antara lain kita saling membutuhkan? Karena aku merasakan hal itu, aku sangat membutuhkan mu," terang Hans sambil menatap dalam ke mata Achiera.

"Aku 'Hans Matthew' berjanji padamu bahwa mulai saat ini sampai selanjutnya, aku akan memperlakukanmu dengan sangat baik dan manis. Ini janjiku padamu, Mrs. Matthew."

"Hmmm Hans, tolong jangan panggil aku dengan sebutan Mrs Matthew. Aku-"

Achiera belum selesai dengan perkataannya, Hans sudah memotong dan berkata, "Apa yang salah dengan panggilan itu? Di masa depan nanti juga kau akan jadi Nyonya Matthews!" ucap Hans dengan santai.

Achiera terkejut mendengar perkataan Hans seperti itu, jantungnya berdetak kuat tak terkendali. Hal itu terlihat jelas dengan ketika dia menjatuhkan wine yang di dekat tangannya. Wine itu tumpah membasahi bajunya.

"Achiera... wine itu terkena bajumu. Kau gak kenapa-napa, kan?" tanya Hans khawatir sambil mengelap baju Achiera yang basah tertumpah wine.

"Eh Hans, aku tidak kenapa-napa. Kau tidak perlu melakukan itu, aku akan bersihkan di toilet," jawab Achiera langsung berdiri.

"Baik, aku tunggu di kamar yaa," jerit Hans.

๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ๐Ÿ‘ฃ

Achiera terbangun sendirian, dia tidak melihat adanya Hans di sisi ranjang itu.

"Yaah ... Hans mungkin pergi pagi-pagi sekali kembali ke rumahnya sebelum berangkat ke kantor. Dia kan punya rumah, tidak mungkin terus-terusan berada di apartement ini,' gumam Achiera.

Namun, entah mengapa dia merasa ada yang kosong, setelah beberapa kali terbangun dengan Hans di sisinya. Seperti ada yang kurang saat dia terbangun sendirian sekarang.

"Bodoh! Apa yang kau pikirkan? Ingat Achiera, kau hanyalah wanita yang dibeli untuk memuaskan nafsunya. Tolong jaga perasaanmu!" Perkataan itu terdengar jelas di telinga Achiera, memperingatinya.

Ketika mengaca dan menurunkan selimut, Achiera mengernyit. Dari leher, buah dada sampai perutnnya, semuanya penuh dengan bekas ciuman Hans. Lelaki itu seolah sengaja meninggalkan jejak kepemilikannya di mana-mana.

"Dasar Lelaki pyscho! Siapa pun yang melihat akan tau kalau ini bekas ciuman, di bagian dada bisa dia sembunyikan, tapi yang di leher?" umpat Achiera memaki Hans.

Setelah mandi dan siap-siap mau pergi kerja, Achiera masih memperhatikan bekas merah dilehernya.

"Dasar Hans bodoh!" gerutunya sambil mencari turtleneck yang dapat menutupi tubuhnya sampai leher.

๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ

Achiera pergi ke kantor, tempat dia bekerja. Ini adalah pertama kalinya dia pergi sendiri setelah pindah ke apartement pribadi Hans dan hanya ditemani oleh supir, biasanyaย selalu pergi dengan si-tuan muda dari Matthews Group itu.

Sesampai di kantor, Achiera menarik napas panjang lalu membuangnya, setelah melihat jam absen. Terasa lega begitu tau kalau dia tidak terlambat.

Dengan segera, ia pun langsung pergi ke dept Cs. Saat bekerja, Achiera tidak bisa fokus dengan yang disentuh, pikirannya melayang mengingat kejadian semalam. Dia menyerah dalam pelukan Hans, dan mengerang menyebut-nyebut nama Hans. Memuaskan Hans dengan jeritannya dan juga berkata bahwa dia pun mencintai lelaki itu dan akan memperbolehkannya untuk menyejarnya.

Dia menyernyit mengingat itu karena merasa murahan sekali, menjual diri kepada lelaki itu, tetapi terlena dengan rayuannya. Ya, mau bagaimana lagi, lelaki itu adalah jelmaan Eros penakluk wanita dengan segala pengalaman dan keahliannya, sementara Achiera tidak berpengalaman dan baru pertama kalinya bercinta.

"Tuhan, ampunilah dosa-dosaku," ucap Achiera sambil menggeleng-gelengkan kepala dan memfokuskan dirinya dalam pekerjaan.

Namun, lagi dan lagi gagal, karena pikirannya selalu terbayang-bayang wajah Hans, sigunung Es itu, tetapi sangat mencair bila sudah berurusan tentang bercinta.

Achiera berdiri bengong di depan pintu toilet sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Memikirkan aku..."

Sumber suara itu menghentakkan Achiera yang sedang melamun.