Chereads / Wanita dititik Terendah / Chapter 10 - Harus waspada

Chapter 10 - Harus waspada

"In this world, even if you want to believe in someone, Kaili is the right person.

-Achiera Grey (Qoutes)-

๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

"Achiera Grey, kau dari mana aja? Aku sudah seperti orang gila mencarimu ke sana ke mari tau!" jerit Kaili, ketika baru sampai sambil bertolak pinggang. Dan orang-orang di cafe itu berhasil menaruh perhatian kepada kedua gadis yang mulai beranjak dewasa ini.

Kaili ini memang gadis manja,bawel, ribut, menyebalkan bagi orang yang belum mengenalnya. Tapi apa pun itu dialah satu-satunya orang yang boleh dipercaya dan dengan tulus berteman dengan Achiera.

"Nona Goh, please sit first and I'll tell you everything. Lihat ... kita diperhatikan setiap mata," ucap achiera.

"Ya kau memang harus menceritakan segalanya kepadaku Achiera, kau tega membuatku khawatir!" jawab Kaili Goh lantang. "Jadi apa yang terjadi beberapa minggu ini? Kenapa kau mendadak menghilang bak ditelan bumi? Everything okay?" lanjut Kaili, rasa cemas dan penasaran terlihat jelas diraut wajahnya.

Gleg!!!ย 

"Steven kecelakaan, Nenek jatuh sakit dan rumah digusur," ucap Achiera mulai menceritakan kisahnya.

"Apa, serius? Kenapa semua begitu tiba-tiba dan bertubi-tubi?" tanya Kaili, ia tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

"Tunggu deh, rumah? Bukannya itu satu-satunya peninggalan tante juga om. Ya walaupun saat itu Om dan tante kalah tender dalam merebut kawasan lahan itu untuk dijadikan pabrik minyak, tapikan om mempertahankan rumah dan tanah itu. Jadi kenapa bisa rumah kalian digusur?"

"Aku juga tidak tau, tapi data-data mereka mengatakan bahwa itu adalah tanah milik mereka," jawab Achiera sedih.

"Nenek pernah berkata kalau dulu tanah itu adalah tempat pertama kali bertemunya papa dan mama. Rumah itu adalah saksi betapa papa sangat mencintai mama. Papa sendiri yang berusaha membuat rumah itu, dari proses pembangunan juga arsiteknya. Karna papa tidak memiliki uang yang cukup untuk memperkerjakan orang. Dari rumah itu papa terus melanjutkan kerja kerasnya, karna tekat dan kegigihan, dia pun berhasil memberikan hidup yang layak buat mama dan kami pada saat itu. Hingga pada akhirnya semuanya harus sirna tidak bersisa melainkan meninggalkan utang yang banyak. Satu-satunya yang dipertahankan papa, ialah hanya rumah itu sebelum kepergiannya. Itulah alasan kenapa sebanyak apa pun utang yang menagih kami, Nenek tetap mempertahankan rumah itu. Di setiap inci sudut rumah itu ada sidik jari dan ada tangan papa yang tergambar di sana. Namun, kini semuanya sudah musnah. Bahkan kenangan pun ikut pergi, enggan untuk tingal."

Tanpa sadar kedua gadis itu pun mengeluarkan cairan bening dari matanya, terlebih Achiera dadanya sesak mengenang kisahnya.

"Achiera, everything has been passed. Lupakanlah, dan ingat tujuanmu untuk mencari tau, siapa pengusaha muda yang telah menghancurkan perusahaan Om juga kehidupan kalian!"

"Aku sedang berusaha Kaili tapi pengusaha muda itu sangat low profil, tidak ada jejak apa pun tentang dia."

"Pasti ada, manusia selalu meninggalkan jejak di setiap tindakannya walau sekecil apa pun itu sangat berarti," Kata Kaili menyemati.

"Oh iya, bagimana keadaan Steven sekarang?" lanjutnya.

"Steven masih koma, terdapat gumpalan darah di kepalanya dan kecelakaan itu mengakibatkan organ bagian dalam tubuhnya rusak. Dokter sudah memberikan penanganan juga obat yang terbaik untuknya, tetapi karena obat itu ginjalnya jadi rusak dan harus dilakukan operasi lagi, sekali lagi."

"Apa? Sampai seserius itukah keadaannya?" pekik Kaili. Kecemasan dari Kaili tidak bisa ditutupi lagi, wajahnya menunjukkan isi hatinya.

"Achiera, pasti itu membutuhkan biaya yang banyak, kan? Aku ingin membantumu. Tapi mendengar kondisi Steven, aku khawatir bantuanku tidak akan cukup."

"Dont worry Kaili Goh, semuanya sudah teratasi."

"Teratasi...? Maksudnya Achiera?"

Heeemmmmpppppp.....!ย 

Achiera menarik napas-nya dalam-dalam, lalu mengeluarkannya secara perlahan.

"Aku ngelakuin hal yang salah," ucap Achiera datar.ย  "Lebih tepatnya lagi, aku sudah mengambil jalan pintas agar bisa keluar dari masalah ini. Aku tau ini salah, tapi saat itu semua jalan terasa buntu."

"Kau ngelakuin apa? Merampok?" tanya Kaili was-was.

"Kaili...," panggil Achiera pelan sambil menghembuskan nafasnya dia melanjutkan ucapannya.

"AKU JUAL DIRI UNTUK MENDAPATKAN UANG ITU!!"

"Apa.....??" sontak Kaili memekik. Dia sangat terkejut sampai-sampai gelas yang di sampingnya tergeser oleh tangannya dan tumpah.

"Aku sangat paham itu jalan salah, saat itu aku kalang kabut hingga tidak bisa berpikir. Coba kau pikir, apa aku ada jalan keluar yang cepat untuk menangani masalah ini? Di satu sisi operasi Steven harus segera dilaksanakan, di sisi lain terapi nenek harus dijalankan, karena goncangan itu, dan aku hanya terpikir oleh jalan itu."

"Aku tau, menjadi dirimu itu tidaklah mudah. Mungkin jika aku di posisimu juga akan mengambil jalan pintas, sepintas mungkin. Kau tidak salah Achiera, takdirlah yang salah. Semua ini, entah disegaja atau memang kehendak Tuhan. Kita tidak bisa memutuskannya yang penting kau sudah berusaha."

Kaili mencoba menenangkan sahabatnya karena dia melihat kepedihan di mata coklat Achiera.

"Kau melakukannya dengan siapa? Pria yang sudah menikah?" tanya kaili hati-hati.

"Tidak, aku tahu batasan diriku. Aku tidak akan jadi simpanan seseorang yang sudah menikah, karena aku tidak ingin keluarganya terberai karena diriku."

"Huuuffftt..... syukurlah Achiera. Aku khawatir nanti istri pria itu akan melabrakmu," ucapnya sambil memegang tangan Achiera.

"Dia pria dingin, arogan, sombong, yah dan kaya," ucap Achiera mendiskripsikan Hans. "Dia itu adalah Hans Mattew!!!"

"Hans Matthew dari Mattews group?" Dengan cepat Kaili bertanya.

"Ya, kau benar, Kaili."

"Achiera Grey tamatlah riwayatmu. Dia itu Iblis yang bersembunyi dibalik wajah tampannya. Hatinya susah ditebak, kau cari perkara dengan dia, hidupmu tidak akan tenang. Kau kenal dia dari mana?"

"Itu tanpa sengaja, aku menumpahkan wine di dokumen kerjanya. Dan dia ingin aku menggantinya dengan diriku."

"Achiera, jelas sekali dia ingin membalasmu. Kau harus hati-hati, pria berkepala es itu tidak tau kapan membekunya kapan mencairnya. Aku harap kau jangan membantahnya sedikit pun atau tidak dia akan mempersulitmu."

"Tapi dia memperlakukan aku sangat baik, dia perhatian dan menghormatiku. Aku rasa dia tidak sekejam yang diberitakan orang-orang."

"Tunggu deh, kapan kau menjatuhkan wine itu? Apakah setelah incident Steven atau sebelumnya?"

"Sehari sebelum semuanya terjadi," jawab Achiera.

"Sudah jelas dia sedang mempermainkanmu Achiera, dia yang sudah menyebabkan semua kejadian ini. Kau harus waspada!"

"Kaili, aku paham apa yang kau khawatirkan, tapi itu mustahil dia. Ferisha bilang yang menyebabkan rumah digusur itu jelas-jelas adalah perusahaan lawan papaku dulu. Itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan Hans."

"Why not? Siapa tau yang jadi lawan tender Om Stevanus Grey adalah dia. Lagian, kita kan tidak pernah tau wajah orang itu,"

"Papaku meninggal 9 tahun yang lalu, jika dia orangnya pasti tidak semuda Hans saat ini. Lagian dia selalu memperlakuanku dengan baik, dan penuh cinta. Itu mustahil!!"

"Jangan bilang kau sudah jatuh cinta dengannya karna perlakuannya. Achiera, kau harus boleh jaga hatimu. Kau jangan smpai jatuh hati pada iblis itu, dia pasti punya niat buruk. Dia itu tidak pernah jatuh cinta sebelumnya, dia hanya memanipulasi hatimu agar kau mau dengannya," jelas kaili kepada Achiera.

"Achiera, aku khawatir denganmu. Aku tidak mau kalau kau terluka, jika memang Hans mencintaimu waktu yang akan menjawab semua tentang niat baiknya. Terkadang pertemuan kita dengan seseorang itu bukan karena kesengajaan, melainkan ada maksud dan tujuannya. Entah itu menjadi berkat atau pelajaran. Dan sebelum itu terbukti, janganlah berikan hatimu padanya. Aku mohon."

"Iyaaa, aku akan tetap jaga hatiku. Kau jangan khawatir, aku tidak memiliki perasaan apa pun terhadapnya. Aku hanya respect saja sama sikapnya yang sangat baik padaku," ucap Achiera menyakinkan sahabatnya itu.

Sebenarnya Achiera sangat paham tentang maksud ucapan dari Kaili, hanya saja dia pun bimbang akankah ketahanannya bertahan jika Hans terus bersikap manis terhadapnya.

"My heart beating so fast when nearby him, I am sorry Kaili tapi aku sudah gagal!!๐ŸŒผ" gumamnya.