*Rinduku ini aneh, tidak terlihat tapi terasa berat dipikul. Dan obatnya hanyalah bertemu. Ayolah sayang, or I'll be empty*
_Hans Matthew (Qoutes)_
"Kau? Eh maaf, maksudku Tuan Hans. Apa yang Anda lakukan di sini? Kebetulan sekali ya," tanya Achiera, begitu Hans sampai di dekatnya.
"Kalau aku bilang ini tidak kebetulan, melainkan memang sengaja menjemputmu, bagaimana?" jawab Hans sambil menyipitkan matanya.
"Menjemputku? Ha ha... Anda terlalu pandai bercanda," kata Achiera sambil menarik kopernya.
"Achiera Grey, tolong dengarkan aku. Aku datang ke airport ini memang sengaja menjemputmu. Mobilnya di sana, ayo biar aku yang bawa kopermu," ucapnya dan langsung menarik koper Achiera.
"Tapi ... Anda tau dari mana aku ada di airport?" tanya Achiera bingung.
Hans berhenti dan meraih tangan Achiera.
"Bukan hal yang sulit untuk mengetahui keberadaan mereka yang kita sayang, karena insting akan membantunya," ujarnya lalu lanjut berjalan.
๐๐๐๐๐๐๐๐
Sesampainya di mobil Hans langsung menarik Achiera ke dalam pelukannya. Dipeluk gadis itu kuat dan lama sekali, seakan-akan sudah tidak bertemu beberapa tahun.
"Achiera Grey, selama 3 hari ini aku sangat merindukanmu, sungguh terasa ada yang kurang dalam hari-hariku ketika tidak melihatmu. Aku selalu menantikan hari di mana kau kembali padaku."
Achiera tersenyum kecil dan pandangannya lurus ke depan, mukanya datar. Hans seperti mengerti yang ada dipikiran gadis itu.
"Achiera...," panggil Hans, kemudian meraih tangan Achiera dan menatap dalam matanya.
"Rindu yang aku maksud ini berbeda. Aku hampa ketika kau tidak ada di sini, di sisiku. Tidak tahu kenapa, aku jadi tidak karuan begini terhadapmu, ini sungguh tidak normal. Sudah kucoba untuk menahan diriku, tapi yang ada semakin merindukanmu. Aku selalu ingin merasa terus berada di sisimu, begini," lanjutnya sambil mengecup kening gadis itu.
"Rinduku ini bukan seperti rindu yang ada dipikiranmu, aku bukanlah seorang yang maniak seks, aku bisa mengatasinya kalau hanya tentang hal itu. Ya walaupun seperti yang kau ketahui, aku sangat bergairah dan puas saat bersamamu dan itu tidak pernah aku dapatkan dari wanita manapun!!" ucapnya lalu menyesap bibir gadis itu lembut.
"Aku sudah memikirkannya matang-matang, aku rasa aku mencintaimu Achiera grey."
"Tapi-"
"Aku tau ini terlalu cepat, mungkin kau juga tidak percaya. Akan kutunjukkan kesungguhanku. Lagian, aku 'Hans matthew' kalau aku bilang, aku mengejarmu maka tidak akan ada yang berani membantahku," jawab Hans dominan.
Siapa yang tahu kalau ucapan pria itu membuat hati Achiera mekar bagikan bunga yang tiba-tiba mendapatkan air setelah lama tidak tersentuh air. Hal itu terlihat jelas di raut wajahnya ada senyum terbesit di bibir tipisnya.
๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ
"Achiera, kau naik ke atas dan istirahatlah. Aku akan siapkan makan untuk kita, kau pasti lapar. Aku juga belum makan," ucap Hans begitu sampai di rumah.
"Tapi ... itu akan sangat merepotkanmu, biar aku saja," tolak Achiera.
"Kan, sudah kukatakan, aku sedang mengejarmu. Biar aku yang melakukannya untukmu."
"Kamu bisa masak...?"
"Jika tidak akankah aku menawarkan diri untuk memasak? Apa kau pikir, aku senang mempermalukan diriku?"
"Ya baiklah baiklah, kau yang terbaik." Di luar nalar-nya, Achiera mengatakan hal itu.
"Aku yang terbaik? Apa ini pertanda kalau kau akan memberiku kesempatan untuk mengejarmu?"
Pipi Achiera memerah mengingat perkataan yang keluar begitu saja dari mulutnya, alih alih tak ingin terus digoda oleh pria itu dengan cepat dia pergi ke kamar.
Melihat hal itu Hans terseyum sinis mengisyaratkan sesuatu.
๐ฃ๐ฃ๐ฃ๐ฃ๐ฃ๐ฃ
"Nyonya Matthew makanan siap. Tidakkah kau berencana untuk turun ke bawah atau-" Dia sengaja menggantung ucapannya yg penuh arti sambil membungkuk ke arah Achiera.
"Mandi bersamaku," lanjutnya sambil menunjukkan ekspresi nakalnya.
Tanpa jawaban apa pun Achiera langsung bergegas pergi turun ke bawah.
Saat makan, Hans menunjukkan perhatiannya kepada Achiera, seperti mengupas kulit udang, menyondorkan ini itu, memberi minum ketika Achiera keselek dan tak lupa menyuapinya, layaknya seorang kekasih yang baik. Hati Achiera semakin tidak karuan, berdegup kencang sebisa mungkin. Dia mencoba menolak yang dia rasakan, terlebih ketika Hans mengungkapkan perasaannya. untuk menghindari kecanggungan yang ada di dalam hatinya, dia memilih pergi tidur lebih awal.
๐น๐น๐น๐น๐น๐น๐น๐น๐น๐น๐น๐น๐น
"Kau tidur lebih awal, kenapa? Apa karna aku?"
"Eh Tuan Hans-"
Belum sempat Achiera berbicara sudah dipotong oleh Hans.
"Achiera, panggil aku Hans, oke. Jangan terlalu formal padaku, sadarlah aku sedang mengejarmu."
"Okay, baik Mr, ehhh Hans," jawab Achiera.
Hans duduk dekat di sampingnya, memeluk achiera dan menyakinkannya dengan kata-katanya.
"Aku boleh menyentuhmu? Aku sungguh berhasrat di dekatmu. Aku sudah berusaha untuk menahannya, tapi gagal. Kau tahu sendiri, kan kalau itu tidak kusalurkan, akan sangat sakit!"
"Kau telah membeliku, dan kita masih terikat kontrak perjanjian. Kau tidak perlu bertanya apa yang boleh atau tidak untuk kau lakukan, sesuai isi kontrak kaulah pemegang kendali segalanya,"
"Persetan dengan kontrak itu!" ucap Hans sambil memengang dagu Achiera.
"Itu sudah tidak berlaku lagi, ketika aku sadar aku jatuh cinta denganmu, dan hanya akan menyentuhmu kalau kau sudah bersedia dan memberiku kesempatan untuk menunjukkan kesungguhanku."
Achiera diam tanpa kata, hatinya sungguh bergetar mendengar pengakuan itu, tidak ada sebelumnya yang memperlakukannya seperti ini. Ini yang pertama kalinya dia merasa begitu dihargai oleh sesama manusia, dan hal itu membuatnya menangis bahagia.
"Ada apa denganmu? Kenapa menangis? Apa aku menyakitimu, atau ada ucapanku yang salah?" tanya Hans heran begitu melihat bilur air mata di mata Achiera.
"Akh ... tidak tidak, aku hanya merasa bahwa ada yang salah dengan kesehatanku akhir-akhir ini," Jawab Achiera bohong.
"Apa? kau sakit?" tanya Hans sambil menyentuh kening gadis itu, kekhawatiran nampak jelas di wajahnya.
"Tidak, bukan demam. Itu perutku yang sangat sakit!" Achiera sedikit mengernyit merasakan sakit yang ada diperutnya, semakin lama semakin menjadi.
"Okay,ย kau boleh menahannya, kan? Aku akan panggil Dexter."
"Akh ... Hans tidak perlu, aku rasa aku hanya sedang menstruasi dan biasanya ini memang terasa sangat menyiksa, sebentar lagi juga baikan," jelas Achiera menahan Hans untuk beranjak dari ranjang.
"Aku cek dan bersihkan diri dulu yaa, kau tunggu di sini," lanjutnya langsung berdiri.
Namun, ketika Achiera berdiri, noda merah darah bekas menstruasi-nya menempel di ranjang.
"Aduh maaf, akan segera kumembersihkannya begitu selesai bersihkan diri," ucap Achiera dan langsung berlari menuju koper tempat ia menyimpan pad miliknya.
Siapa yang sangka ketika Achiera kembali, dia melihat Hans membersihkan noda darah itu sendiri.
"Hans apa yang kau lakukan, ini tidak benar! Kau tidak boleh seperti itu. Itu nodaku, aku bisa melakukannya sendiri. Jangan membuatku semakin membayar banyak untuk itu."
"Membayar banyak? Memang sepertinya kau harus membayar untuk ini, dengan cara kau memberiku kesempatan mengejarmu."
"Hans...," panggilnya lembut.
"Ada apa nona Grey? Apa yang salah dengan noda darah ini? Setidaknya darah ini mengingatkanku bahwa aku adalah pria pertamamu and you'r my first and last virgin women in my life," ucapnya dan lanjut membersihkan noda darah itu.
Achiera terpaku dengan ucapan Hans, dia berpikir kalau sedikit lagi saja lelaki ini memperlakukannya dengan sangat baik maka dia akan meleleh tak bersisa.
"Jika kau terus di situ, aku takut tidak akan bisa menahan diriku. Tidak akan sungkan lagi dan melupakan bahwa kau lagi menstruasi. Pergilah bersihkan dirimu, aku akan merapikan tempat tidur ini untuk kita."
"Biar aku saja, kau duduklah. Setelah aku merapikan ini baru akan membersihkan diriku."
"Kenapa? Apa kau pikir aku tidak terbiasa melakukan pekerjaan rumah seperti ini? Akulah satu-satunya pria kaya di dunia ini yang pintar masak, boleh merapikan rumah dan banyak lagi," jawab Hans sombong. "Dan apa kau pikir, aku hanya boleh menidurimu tetapi menolongmu untuk noda darah saja tidak bisa? Sudah pergilah atau kau ingin aku yang membersihkan dirimu juga nanti?" lanjutnya dengan senyum khasnya.
Achiera pun berlalu dengan sangat cepat ke kamar mandi, di sini dia menyandarkan tubuhnya ke pintu merasakan detak jantung yang tidak karuan bagaikan dikejar-kejar anjing, dadanya berdegup kencang.
Tidak bisa berpikir murni lagi, di dalam pikirannya kini hanyalah Hans.
"Apakah aku telah jatuh cinta, atau ini hanyalah perubahan hormon karena terlalu lama kesepian selama ini?" tanya Achiera pelan.ย
"Sejujurnya hanya waktulah yang bisa menjawab ini, Achiera aku harap kamu bisa tau diri, ingat kau siapa!!!" ucapnya berulang-ulang kali memperingati dirinya