"Jealousy makes me lose control of myself, padahal akulah tuannya!!!"
_Hans Matthew (Qoutes)_
๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ
Hans membiarkan Achiera tertidur setelah aksi gila mereka tadi. sementara dia melanjutkan pekerjaannya. Pukul 23.00 tepat, pekerjaannya selesai. Kini berencana membangunkan Achiera untuk pulang.
Achiera tertidur pulas dan hanya mengenakan selimut saja untuk menutupi tubuhnya. Perasaan geli menyelimuti hati Hans.
"Apa aku membuatnya terlalu lelah sehingga untuk memakaikan baju saja, ia tidak bisa bangun sebentar?" gumam Hans pelan sambil duduk di sisi ranjang.
Tanpa sadar Hans mengelus rambut Achiera dengan lembut, dan memakaikan baju Achiera.
Dia tertawa melihat Achiera yang tidak kunjung terjaga, walau Hans sudah dengan sengaja menggerak-gerakkan badan Achiera untuk memakaikan baju.
"Dasar, siluman pengacau! Tidak memiliki rasa was-was sedikit pun. Aku sengaja mengguncang-guncang badannya saat memakaikan baju, agar aku bisa melihat ekspresi malu di wajahnya. Tetap saja, dia tidak kunjung bangun. Tidur bagaikan dikasih obat tidur. Untung aku yang di sisinya saat ini, bagaimana jika pria lain? Bukankah pria itu akan mengambil keuntungan?"
Ucapannyaย yang mengatakan 'pria lain' membuatnya kesal sendiri, ketika membayangkan jika Siluman pengacau miliknya itu disentuh orang lain. Hans menggertakkan gigi dengan marah.
"Tidak ada yang boleh menyentuhnya, selain aku!" tegas Hans dan langsung menggendong Achiera ke mobil.
Sesampai di mobil, Hans meletakkan Achiera di kursi penumpang dengan sangat pelan, agar gadis itu tidak bangun. Tidak lupa dia mengatur posisi sandaran jok kursi sedikit miring, supaya Achiera bisa tidur dengan nyaman.
Selama di perjalanan, Hans selalu mengingat-ingat perkataannya tentang 'pria lain' yang disebutnya sendiri. Dia sangat kesal dengan itu. Apalagi ketika berpikir bagaimana jika suatu hari nanti Achiera pergi darinya dan hidup bersama pria lain.
"Ini tidak bisa dibiarkan!" jerit Hans pelan sambil membanting setir mobil.ย
"Achiera selamanya kau akan terus berada dalam genggamanku!" lanjutnya berbicara pada Achiera.
"Siluman pengacau! Aku terlalu lembek padamu, sampai kau lupa diri. Kau perempuan pertama yang aku gendong! Membuatku sangat jengkel pada diriku sendiri! Aku tidak suka jika berada di bawah kendali seseorang, kaulah yang ada di bawah kendaliku. Aku benci sikapku yang tanpa sadar memperdulikanmu. Tidak Achiera ... kau tidak boleh mengendalikan aku. Tujuanku hanya berpura-pura mencintaimu agar kau jatuh cinta padaku, dan sekarang sepertinya, berhasil. Kau sudah dengan sepenuh hati takluk padaku, dan permainan yang sebenarnya akan di mulai saat ini!" geram Hans sambil meletakkan Achiera di ranjang dan berencana untuk pergi.
"Ste...v," Achiera mengigau.
Hans langsung berbalik secepat kilat menoleh ke arah Achiera. "Apa? Wanita ini tadi bilang apa?" gerutu Hans sambil mengerutkan dahinya.
"Steven...," Gumam Achiera lagi.
Kali ini Achiera mengigau menyebutkan nama Steven dengan sangat jelas terdengar, dan bahkan Hans melihat ada air mata di sudut matanya.
Hans menggertakkan rahang giginya kuat karena marah. Siapa laki-laki yang disebut oleh gadis ini? Dia sudah menyelidiki Achiera sebelumnya, dan selama ini Achiera tidak pernah dekat dekat pria mana pun.
Dengar kasar Hans membangunkan Achiera yang sedang tertidur pulas, dan berhasil membuat mata polos Achieraย
terbuka melebar karena bingung bercampur terkejut melihat ekspresi marah di wajah Hans.
"Berani-beraninya kau!" hardik Hans kasar.
"Berani sekali kau menyebut nama pria lain di atas ranjangku dan menangis untuknya!" pekik Hans sambil mencumbu Achiera lagi.
"Ternyata, aku terlalu memanjakan barang yang kubeli, hingga membuatmu lupa diri dengan kodratmu!" lanjut Hans dan terus menghujani liang sempit Achiera.
Kali ini Hans berbeda dari yang biasanya, sangat kasar dan membara. Dia tidak lagi menahan-nahan dirinya. Dengan keahliannya, dia berhasil membuat Achiera menyerah ke dalam pelukannya.
๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ
Achiera bangun dan merasakan seluruh tubuhnya nyeri dan sakit. Entah kenapa Hans bercinta seolah-olah kesetanan.
Dia membungkus tubuhnya dengan selimut dan ingin mandi. Namun, saat ingin melangkah ke toilet, ia mendengar suara percakapan orang sedang ribut di luar. Itu adalah Hans, tetapi siapa wanita yang berbicara dengannya?
Rasa penasaran Achiera timbul, ia ingin mengetahui dengan siapa Hans berbicara. Achiera pun menguping pembicaraan mereka.
"Hans, siapa wanita itu? Kau tega sekali berbuat seperti ini padaku. Kau bahkan membawanya ke rumah yang kau siapkan untukku, kau jahat Hans! Tidak hanya ke rumah, tetapi ke kamar yang seharusnya menjadi kamar kita. Kau menempatkannya di sana. Aku membencimu!" jerit Hazel dengan geram.
"Justru seharusnya, aku yang bertanya. Apa yang kau lakukan di sini dan datang ke rumah ku?" tanya Hans dingin.
"Hans, apa-apain ini? Kau bertanya seperti itu padaku? Hans, aku itu cinta pertamamu!"
"Cinta pertamaku sudah mati, ketika pergi meninggalkan aku karena ketidakpunyaanku!"
"Hans, aku tau aku salah. Aku sangat menyesal dan baru menyadari kalau ternyata aku sangat mencintaimu. Pria itu selalu menyiksaku, dia sama sekali tidak sepertimu. Aku mohon, hanya kau yang bisa menolongku."
"Rumahku bukan tempat persinggahan! Kau sudah pergi dan jangan harap kembali lag!"
"Hans, tatap mataku. Aku yakin kau masih mencintaiku," pinta Hazel sambil menarik wajah Hans.
"Hazel...!" jerit Hans kuat. "Pergilah, aku tidak ingin melihatmu," lanjutnya mereda dengan suara pelan dan beranjak pergi.
Hazel menarik Hans dan memeluknya dari belakang, seakan tak ingin ditinggalkan. Dan secara tidak sengaja Hans mendorong Hazel kuat lalu jatuh.
"Hazel maafkan aku, kau tidak apa-apa?" Hans tampak sangat khawatir dan langsung menghampirinya.
"Hans, aku sakit!!" rintih Hazel sambil menangis.
Air mata yang dikeluarkan membuat hati Hans sakit. Dia pun mengakui kebodohannya. Kenapa masih mencintai gadis yang sudah menghianatinya, meninggalkannya ketika sedang berjuang untuk memberi wanita itu kehidupan yang layak di dunia.
Direngkuhnya, Hazel ke dalam pelukan. Air mata pun terjatuh. Kesakitan terlihat jelas di mimik wajah Hans. Di balik pintu, Achiera melihat dan mendengar semuanya dengan jelas, juga melihat Hans yang memeluk gadis itu dengan sangat berperasaan serta ikut menangis. Hal itu menimbulkan perasaan sakit yang tidak biasa di dalam hatinya. Tanpa sengaja dia bersandar menopang diri ke pintu dan suara pintu pun terdengar oleh Hans.
Hans pergi membawa Hazel ke kamar tamu, karena ia nampak pucat.
"Hans, aku sakit kanker dan sekarang sudah stadium 2. Aku mohon, tetaplah bersamaku. Waktuku sudah tidak banyak. Jangan buat aku pergi dalam penyesalan karena kau tidak memaafkan aku," ucap Hazel pelan.
"Apa kau serius?" tanya Hans terkejut.
Hazel menyondorkan surat keterangan medical check up. "Aku tak akan berani membohongimu lagi. Ini hasil medisku. Kau lihat saja sendiri."ย
"Hazel, aku akan berusaha mengobatimu. Dokter terbaik yang ada di dunia ini akan kupanggilkan untuk mengobatimu. Kau tidak boleh meninggalkanku lagi."
"Tidak perlu Hans. Jika dalam mengobati sakit yang parah seperti ini, sebaiknya jangan mengganti-ganti dokter. Aku sudah memiliki dokter sejak awal, biarkan dia yang meneruskan pengobatanku. Berganti-ganti yang aaa pengobatan itu tidak akan sempurna, itu pun kalau aku sembuh. Aku hanya minta dukunganmu agar bisa kuat, kumohon jangan tolak aku."
"Itu tidak akan terjadi, sekarang istirahatlah dulu. Aku juga mau ke kantor," ucap Hans dan akan pergi.
"Apakah kau masih mengizinkan aku tinggal di sini?" tanya Hazel.
"Tentu, rumah ini aku siapkan untukmu dan sampai kapan pun hanya menjadi milikmu."
"Tapi, wanita itu bagaimana?" tanya Hazel.
Hans mengerutkan dahinya. "Jangan khawatir, aku bisa menyuruhnya pindah."
"Hans, tidak perlu. Aku pun tidak ingin dia sakit hati. Biar dia tetap di sini, ya. Supaya aku ada temannya," pinta Hazel.
"Apa pun untukmu. Tidurlah aku mandi dulu dan kerja."
Hans cepat pergi dan langsung mencari Achiera. Namun, sialnya gadis itu tidak ada dirumah lagi.
"Apakah dia sudah pergi?" gerutu Hans