Chereads / Wanita dititik Terendah / Chapter 33 - Hans sakit

Chapter 33 - Hans sakit

"But it's not easy for someone to give heart to another people again after being hurt, I'm one of them.

^^^

"Kau kenapa boleh keluar..?" ucap Nila kaget begitu melihat Achiera menuruni setiap anak tangga.

"Bukan kah kau tadi di kunci di atas? Siapa yang mengizinkan mu keluar dari kamar?" tanya Nila tak kalah lebih heran lagi.

"Tuan melarangmu untuk turun, kenapa kau berkeras kepala?" lanjut Nila bertanya.

Achiera mengabaikan setiap pertanyaan heran dari Nila, dan tetap terus melangkah menuruni anak tangga ke bawah.

"hei...  aku berbicara kepadamu !! kenapa kau tidak menjawab? apa kau tuli?" jerit Nila setelah menunggu respon yang tak kunjung ditanggapi oleh Achiera.

"Kau bukan aku, dan aku bukan kau yang merupakan seorang pelayan. Aku ini wanita Hans, jadi sebagai wanitanya, Hans memberikan kunci rumah ini kepadaku bukankah itu hal yang wajar? Tidak terkecuali kunci kamar pelayan yang artinya kamarmu" jawab Achiera angkuh namun tajam.

"Kau....? Beraninya mulut kotor mu itu menghina profesi ku." jerit Nila semakin emosi.

"Apa aku terlihat seperti menghina? Bukankah memang benar dirimu hanyalah seorang pelayan?" sindir Achiera dengan senyum sinisnya yang menaikkan satu sudut bibirnya keatas dan menatap sekilas Nila.

"Sekalipun aku hanya pelayan tapi semua orang juga tahu kalau derajat ku jauh lebih tinggi dibandingkan kau !!" ucap Nila mengontrol emosinya.

Sekalilagi Achiera mengabaikan perkataan nila dengan memilih untuk duduk di meja makan.

"Hei kenapa kau tidak menjawab? apakah sekarang kau sudah sadar bahwa aku memang jauh lebih unggul dibandingkan dengan kau yang hanya merupakan seorang wanita murah!?" ejek Nila lalu tertawa kecil.

"Tapi sayangnya, posisi ku yang jadi wanita murahan inilah yang sangat kau dambakan dambakan, bukan?" balas Achiera mengejek, dan dengan santai menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Hahaha.... bangga apa dengan kau yang hanya jadi teman tidur, nanti juga begitu dia bosan, dia akan meninggalkanmu dan dia akan sadar bahwa akulah yang lebih baik darimu." ucap Nila balas mengejek.

"Setidaknya itulah yang kau inginkan, kau adalah satu-satunya pewaris dalam keluarga Johnson tapi kau malah memilih berprofesi sebagai pelayan di rumah Hans. Menurutmu motivasi tentang mu, aku tidak tahu selain ingin merangkak naik ke atas ranjang Hans." ucap Achiera tersenyum sinis sambil menyipitkan sebelah matanya.

"Tapi sedihnya, Hans tidak melirik mu sedikitpun dia malah memilih aku perempuan yang sangat jauh kelasnya di bawah mu. Aku memang tidak menampik kemungkinan kalau Hans akan meninggalkan aku suatu hari nanti, tapi setidaknya, aku sudah membuat cerita indah ku dengannya. Sebuah cerita kisah yang sangat kau inginkan, bukan?" lanjut Achiera.

"Dasar kau perempuan jalang, jangan sok merasa hebat karena kau sudah tidur dengan Hans. Dia hanya belum melihat ku, setelah itu nanti juga dia akan sadar dan membuang mu." ucap Nila sambil mendekat ke arah Achiera.

"Dengan Apa kau akan menaklukkan nya? Merangkak naik ke atas ranjangnya? Hei nona pewaris keluarga Jonhson, sayangnya, hanya untuk menyentuh bajunya atau membiarkanmu terus menatapnya pun kau tak di izinkan, apalagi jika untuk tidur dengannya." balas Achiera dengan berani.

"Kau...!!! Berani sekali kau ...!!!" jerit Nila yang kini tidak bisa menahan emosinya lagi.

"Bukan kah aku benar? Tanya hatimu sejujurnya kau sangat mencemburui wanita biasa ini kan, tapi kau tidak mampu itu sebabnya kau selalu mengusikku!!" ucap Achiera tertawa geli.

"Kalau dipikir-pikir menjadi aku itu adalah impian setiap wanita di negara F ini, karena akulah satu-satunya wanita pertama yang di bawa Hans pulang dan tinggal dirumahnya. Tidak hanya itu dia bahkan memasak untuk ku, selalu menghabiskan waktu bersama ku, dan dia juga merawat ku ketika aku sakit. Seperti yang aku katakan tadi sekalipun aku ditinggalkan olehnya setidaknya aku memiliki sebuah cerita kisah yang sangat indah bersamanya. I am feel lucky with that." lanjut Achiera tersenyum manis mengingat kenangannya bersama Hans.

"Kau stop untuk meninggikan diri dihadapan ku, kau tidak pantas !!" ucap Nila emosi dengan menodongkan jari telunjuknya tepat di wajah Achiera.

"Kalian.... ayo gotong dia ke atas, karna dia memang di kunci disana." perintah Nila kepada sesama teman pelayan nya.

Hans yang baru tiba dan mendengar perkataan terakhir Achiera membuat hatinya langsung kembali bersemangat dan melupakan kesakitannya. Entah kenapa dia merasa sangat bahagia mendengar ucapan Achiera itu, sehingga dengan refleks Dia berbicara untuk membela Achiera;

"Berani sekali kalian menyentuh wanitaku? Aku pecat kalian sekarang juga dan membuat kalian tidak bisa bekerja di tempat manapun." ucap Hans dengan dingin sambil menahan sakitnya.

Seketika seluruh dari mereka yang berada di ruangan itu melihat ke arah sumber suara yang mencegah mereka

"Tu..Tuan" ucap Nila gugup.

Namun dia segera menetralkan kegugupannya dan lanjut berkata;

"Achiera melanggar peraturan anda, dia keluar dari kamar, padahal sebelumnya tuan sudah memperingati bahwa dia tidak boleh keluar dari kamar yang terkunci itu karena dia sedang menjalani masa hukuman. Dan saya memperingati dia tetapi dia malah marah-marah sama saya." lanjut Nila merengek.

"Achiera.....? Sungguh hebat nya dirimu memanggil dia dengan nama, siapa yang mengizinkan kan mu memanggilnya begitu? jika kau manggil ku tuan maka panggil dia nyonya." ucap Hans marah kepada Nila.

Nila terhentak mendengar ucapan Hans itu dan dengan gugup berkata;

"Tu...Tuan maksud anda....?"

Hans mengabaikan pertanyaan Nila dan bergegas berjalan mendekat kearah Achiera lalu memeluknya, melepaskan seluruh kesakitannya di bahu Achiera. Achiera terkejut dan ingin melepaskan pelukan Hans, segera sebelum hal itu terjadi Hans dengan cepat berkata;

"Jangan dilepas, biar aku memeluk mu sebentar saja. Aku kesakitan" rintih Hans.

"Hans ada apa denganmu?" tanya Achiera penasaran, dia membalas pelukan Hans dan dengan manja dielusnya punggung Hans dengan lembut sambil sesekali dia melirik ke arah Nila dengan tatapan mengejek.

Beberapa saat setelah momen itu, sedikit demi sedikit Achiera merasakan ada sesuatu di bahunya, tempat Hans meletakkan kepala terasa basah, dan hal itu makin kesini semakin terasa. Cairan yang membasahi bahu Achiera itu semakin banyak dan berbau amis, tanpa berhenti terus mengalir membasahi baju Achiera hingga tembus mengenai kulitnya.

"Ada sesuatu yang tidak beres ini." gumam Achiera di dalam hati, ditariknya Hans yang sedang bersandar di bahunya itu menghadap ke arah depannya untuk melihat wajah Hans dan mencari tahu dari mana datangnya cairan yang berbau amis itu.

"astaga Hans.... kau kenapa?" tanya Achiera begitu melihat wajah Hans yang sudah berlumur darah segar yang keluar dari keningnya.

"Liu, ada apa ini? Apa yang terjadi padanya ? Kenapa dia berdarah?" tanya Achiera pada Liu Setelah menunggu Hans beberapa saat namun tak kunjung ada jawaban atau respon.

Saat itu Hans terlihat sangat lemah dan tidak bertenaga, matanya tertutup sepertinya dia pingsan. Tanpa menunggu jawabannya Liu, Achiera langsung terus berkata lagi;

"Liu tolong saya bawa Hans ke atas" pinta Achiera.

"Norman tolong panggilkan dokter !! Hans berdarah dia butuh penanganan dokter." lanjut Achiera lagi pada Norman yang tadi ikut membantu Liu menopang Hans berjalan ke rumah setelah turun dari mobil.

Segera Liu menghentikan Achiera dengan berkata;

"Maaf Nona Achiera, tapi boss Hans memiliki kenangan yang buruk tentang dokter, jadi dia tidak akan mau jika di tangani oleh medis" ucap Liu mencegah.

"Liu apa yang ada di pikiran mu? Dia mengeluarkan banyak darah dari kening nya, dia butuh penanganan medis secepatnya untuk mengetahui bagaimana kondisinya." ucap Achiera sambil membantu menggotong Hans ke kamar.

"iya saya mengerti, tapi bukankah anda juga tahu bahwa pengobatan yang di lakukan dengan rasa ketegangan akan memperburuk kondisi dari pasien?" tanya Liu.

"Ok iya saya paham, tapi setidaknya Dexter boleh kan? Dexter kan sahabatnya, mungkin dia akan merasa lebih relaks jika yang menangani nya adalah sahabat nya." ucap Achiera tak mau berhenti.

"Siapa pun itu yang bernama Dokter, boss tidak akan nyaman melakukan pengobatan dengannya. Saya sudah lama ikut dengan boss, jadi saya hapal betul bagaimana sikap boss." ucap Liu terus menolak.

"Jadi menurut mu apa yang harus kita lakukan? Luka nya perlu di obati agar tidak terkena infeksi !!" ucap Achiera lagi.

"Kita baringkan saja dulu boss di kamar, nanti kita pikirkan bagaimana mengatasi nya nona." lanjut Liu akhirnya karena dia juga merasa sedikit pusing karna hal ini.