"The biggest coward is like this; someone who awakens love, without intending to reciprocate love."
~Achiera Grey Qoutes~
^^••^^^
Ketika Achiera terbangun Hans kembali memejamkan mata nya dan berpura-pura tidur.
Achiera yang tidak tau bahwa Hans sudah tersadar dan dia pun segera langsung memeriksa Hans dengan seksama.
"Praise the Lord demam nya sudah turun, tapi kenapa belum ada tanda-tanda bahwa dia akan sadar ya? Dan obat tradisional yang di ajarkan nenek pun sudah aku buat sesuai dosis, tetapi kenapa tidak menunjukkan efeknya?" gerutu Achiera.
"Mungkin sebentar lagi.." ucapnya pada diri sendiri untuk menyemangati nya.
"Hei Hans si boss besar, kau harus bangun karena kalau tidak aku akan membawa mu ke rumah sakit tanpa peduli kau suka atau tidak, berani atau takut. Apa kau dengar itu?" ucap Achiera memperingati Hans yang di kiranya masih tidur itu, lalu dia kembali menyaring obat tradisional Cina yang telah di racik nya sebelum nya.
"Mungkin setelah minum obat untuk kedua kali nya ini, aku harap kau akan segera tersadar. Walau sekarang kau tidak terlihat pucat seperti mayat yang sedang berbaring separah yang tadi, tapi kau tidak bangun begini pun juga bukan merupakan pilihan yang baik." lanjut Achiera mengumpat.
Hans yang mendengar itu langsung komplain di dalam hati dengan bergumam,
"Achiera, hebat kau ya mengatai ku seperti mayat, tunggu dan lihat bagaimana aku akan menghukum mu nanti." gumam Hans tertawa geli di dalam hatinya karena membayangkan hukuman yang akan diberikan kepada Achiera.
"Apa kau sudah bisa minum obat sendiri atau masih perlu aku bantu dengan mulutku untuk menyalurkan nya ke tenggorokan mu?" ucap Achiera sambil memandang ke arah wajah Hans lalu menyentuh-nyentuh pipi Hans dengan satu jari.
"Jadi siluman pengacau ini, tadi memberiku obat dengan cara mencium ku.. Hebat, ternyata wanita lugu ku kini telah berubah menjadi wanita yang sangat agresif, tidak sia-sia tenaga yang aku habiskan tiap malam dengannya." gumam Hans dalam hati masih bersikukuh untuk berpura-pura belum sadar.
"Hans, aku harap kau segera sadar setelah meminum obat ini !! Aku sungguh tidak tahu apalagi yang harus aku perbuat jika kau tidak juga siuman." ucap Achiera lalu menaruh obat itu ke mulut nya dan langsung memberikannya kepada Hans melalui mulutnya.
Sejenak terlihat normal, Hans meminumnya habis dengan satu tegukan. Tetapi disaat Achiera ingin menarik kembali mulutnya, Hans dengan cekatan menahan kepala Achiera supaya tidak bergerak dengan tangan, dan langsung mencium dan melumat bibir Achiera.
Achiera sangat terkejut hingga bengong mematung beberapa saat dengan aksi cepat Hans itu,
"Hans sudah sadar? sejak kapan?" gumam nya dalam hati,
namun dengan cepat otaknya segera dapat menerima apa yang terjadi dan langsung menarik dirinya dari Hans.
Tetapi apa pun ceritanya Hans bukanlah tandingan seorang Achiera, Hans yang merupakan seorang Lelaki kuat tidak akan mudah dikalahkan walau sedang sakit sekalipun. Jika terus mengelaknya yang ada hanya akan menguras energi dan terbuang sia-sia. Achiera mengerti sekali tentang hal itu sehingga memilih untuk menyerah.
Hans sangat suka jika Achiera yang keras kepala ini akhirnya memilih untuk tunduk dan patuh di genggaman nya, itu membuatnya merasakan kepuasan yang tidak bisa di jelaskan olehnya, tentunya karena dia bisa menjinakkan anak dari musuh besarnya. Sebenarnya kalau Hans mau untuk lebih jujur lagi, alasan kepuasannya bukan lah hanya karena Hal itu tetapi lelaki itu terlalu egois dan selalu menyangkal isi hatinya.
Sesaat setelah Hans merasa Achiera kehabisan nafas karena ciumannya yg terlalu mendalam dan tidak memberikan rongga untuk Achiera menarik nafas, dia akhirnya melepaskan ciumannya dan berbisik tepat berjarak 1 cm di telinga Achiera;
"Apa tunggu aku sakit dulu, baru kau berinisiatif dan sangat agresif untuk mencium ku?" tanya Hans tak lupa menghembuskan nafasnya di liang telinga Achiera.
Achiera bergidik merinding merasakan hembusan nafas yang di keluarkan oleh Hans di setiap kata yang di ucapkan. Hal itu membuat Achiera refleks menjauh, dan gugup.
Hans tersenyum geli melihat aksi Achiera itu, layaknya seperti anak kecil yang akan di tangkap gugup dan tidak tau mau berbuat apa-apa.
"Sudah banyak sekali dan bahkan hampir tiap hari kita melakukannya, tapi masih saja tetap malu dan gugup?" ucap Hans tertawa sedikit terkekeh.
"Apa harus lebih sering lagi biar makin terbiasa, misalnya 3 kali sehari mungkin?" tanya Hans mendekat ke arah Achiera.
"Ha....Hans.... kamu sejak kapan sudah bangun?" tanya Achiera sambil menjauhkan diri dari posisi Hans duduk.
"Harus kah aku jawab jujur?" jawab Hans lalu mencium ujung rambut Achiera.
"hmmmm,, bau rambut mu sangat khas, membuat ku rindu." ucap Hans menekan kan kata rindunya sambil menyipitkan sebelah matanya yang pertanda mengandung arti.
Achiera sangat mengerti apa maksud Hans itu, dan hal itu membuat pipi Achiera selalu merah merona setiap kali mengingat tentang hal itu ketika dia melakukannya bersama Hans. Tanpa izin Achiera, Hans menarik Achiera kedalam pelukannya, di rangkul nya Achiera beberapa saat. Hal itu membuat Achiera sangat terkejut sekaligus bertanya-tanya, tapi tetap dia membiarkan Hans memeluknya.
"Terima kasih sudah mengobati ku." ucap Hans masih terus memeluk Achiera.
"Mungkin jika tidak ada kamu saat ini aku sudah tidak tahu apakah masih hidup atau sudah mati." lanjut Hans lalu melepaskan pelukannya ingin melihat ke dalam mata Achiera.
"Aku tidak melakukan sebanyak hal yang telah kau lakukan pada ku, perbuatan ku itu tidak sebanding dengan kau yang sudah menolong ku." jawab Achiera tersenyum tulus.
Ketulusannya sangat terlihat jelas dari tatapan bola mata juga senyuman yang di lontarkan oleh nya.
Hal itu membuat sedikit ketidak nyamanan di dalam hati Hans mengingat tentang hal apa yang telah dilakukannya kepada Achiera dan juga keluarganya, dia yang di anggap sebagai penolong oleh Achiera adalah ternyata seorang penjahat yang sebenarnya, yang bersembunyi di dalam topeng sebagai pelindungnya.
"Achiera yang malang, bagaimana jadinya kelak jika dia mengetahui yang sebenarnya?" ucap Hans mengungkap kerisauan di dalam hati.
"Ahh tidak, bukankah dia memang harus tahu kelak, untuk menambah bumbu asam di dalam lukanya yang perih. Jadi dia memang harus mengetahui tentang hal itu, agar lukanya semakin sempurna. Tapi tentunya setelah aku selesai menghancurkan nya nanti berkeping-keping baru dia ber-hak untuk tau." lanjut Hans berbicara sendiri di dalam hatinya tetapi mengeluarkan senyum tawar nya sebagai tanda balasan dari perkataan Achiera.
"Hmmm baiklah-baiklah jangan bercerita tentang pengorbanan, karena aku juga menolong mu tapi pamrih, bukan kah begitu?" jelas Hans.
"Kau ngelakuin itu semua karna kau tidak tahu apa yang terjadi bukan?" jawab Achiera polos.
"Iyaa, tapi setelah aku tahu apa yang terjadi aku juga tidak mau melepaskan mu karena aku mencintaimu, itu....hmm, aku .." ucap Hans terbata-bata.
"Apa seorang Hans akan meminta maaf?" tanya Achiera dalam hati.
"Ada apa Hans?" ucap Achiera.
"Aku mau memberi tahu mu, mungkin cara ku mencintai itu berbeda dari orang-orang sempurna lainnya, itu semua karena trauma masa kecil ku. Perjalanan hidup yang keras membentuk ku menjadi seorang yang keras. Achiera aku sangat minta maaf, aku bukan orang yang akan mau minta maaf tetapi karna cinta ku yang ada di dalam hatiku membujukku untuk minta maaf, mau kah kau?" jelas Hans lalu menarik tangan Achiera.
"Dan berjanji lah untuk tidak meninggalkan ku dan pergi dengan lelaki lain, aku akan berusaha untuk memperbaiki diri ku." lanjut nya.
"Hans..... ya aku mengerti, aku bisa menerima itu semua. Kamu jangan khawatir." jawab Achiera tulus dan Hans pun dapat melihat ketulusan Achiera itu.
"Baik lah kalau begitu berarti kau sudah memaafkan aku, jadi sekarang aku...." Hans sengaja menggantungkan perkataannya, ingin melihat reaksi dari Achiera yang selalu berhasil membuat nya tertawa kekeh.
"Hans... Dasar cabull !!! Apa isi pikiran mu? bukan kah kau sedang sakit?" tanya Achiera dan refleks menjauh dari Hans.
"Hei.. hei nona Grey, kau yang sebenarnya sedang memikirkan apa? yang aku maksud itu adalah Aku ingin tidur, bolehkah kamu menolongku untuk membaringkan badan ku kembali ? karena terlalu lama duduk membuatku sedikit pusing." jelas Hans terbahak-bahak.
Achiera sangat malu dengan dirinya sendiri, dan bisa-bisanya masuk dalam perangkap Hans yang usil, kenapa dia tidak sadar akan kejahilan Hans yang merupakan tidak sekali atau dua kali lagi.
Mukanya merah menahan rasa malunya, dan Achiera hanya memilih untuk menunduk.
"Tapi jika kau mau pun, aku tidak masalah. Aku masih kuat." lanjut Hans menggoda Achiera, membuat Achiera mengangkat mukanya kembali dan terbelalak menatap ke arah Hans.
"Hahaha Lihat dirimu Achiera pipi mu sudah seperti jagung yang direbus, sangat memerah. Padahal aku masih hanya berbicara, dan belum lagi menyentuhmu, kau sudah merona."
Dengan cepat Achiera langsung memotong perkataan Hans agar lelaki itu tidak semakin gila dengan bualan nya.
"Bukan kah kau sedikit pusing karena kebanyakan duduk? Sini aku bantu kau untuk berbaring." ucap Achiera menghentikan perkataannya gila Hans lalu menariknya perlahan-lahan dan membaringkannya.
Disaat Hans sudah tidur dengan posisi yang benar, dengan cekatan Hans langsung menarik Achiera dan memeluknya untuk menahannya supaya tidak langsung pergi.
Hans tidak ingin membuang waktu lagi dan langsung mencium bibir Achiera sekali lagi, sangat dalam dan panas. Lidahnya masuk ke rongga-rongga mulut Achiera, dan lagi lagi membuat gadis itu kesulitan untuk mengambil nafas. Ciuman panas itu terus berlanjut sampai terdengar bunyi keributan yang semakin dekat suaranya ke arah kamar mereka baru Hans melepaskannya.
"Dasar kau pengacau kecil, terlalu hobby untuk membuat seseorang naik nafsu tapi tidak mau bertanggung jawab. Tunggu dan lihat nanti bagaimana aku memperlakukan mu." ucap Hans mengancam Achiera.
Hans mencium lembut kening Achiera beberapa saat, dan berbisik;
"terima kasih karena sudah mencintaiku, aku mencintaimu Achiera Grey." ucap nya membuat Achiera refleks tersenyum manis sebagai bentuk apresiasi dari rasa bahagia nya.
"Dan sekarang lanjut lah untuk tidur, aku ingin melihat kebisingan apa yang terjadi di luar." ucap Achiera lalu menyelimuti Hans.
"Sangat ribut dan membuat ku terganggu." balas Hans ketus tapi sungguh memiliki makna.
"Hans jangan mulai lagi, kau harus istirahat total supaya cepat sembuh." ucap Achiera.
"Iya cepat sembuh supaya bisa melanjutkan Hal yang tadi lebih dalam lagi kan? Aku tau kau juga sangat menikmatinya dan sangat menginginkan sentuhan ku bukan?" ucap Hans tidak habis-habisnya menggoda Achiera.
"Sudah-sudah, tidur lah dan sebelum itu minum dulu obat ini ya." ucap Achiera menyondorkan obat tradisional yang di raciknya.
"Apa kau tidak ingin membantu ku untuk meminumnya seperti tadi?" pinta Hans dan masih terus menggoda Achiera.
"Sudah Hans jangan bercanda lagi, aku harus melihat dulu apa yang terjadi di luar kenapa sangat ribut." ucap Achiera dan dengan patuh hans meminumnya.
"Istirahat lah dan sembuh lah dengan cepat." lanjut Achiera meletakkan cawan bekas obat Hans di atas nakas.
"Sekali lagi terima kasih." ucap Hans seperti terlihat tulus lalu menutup matanya.
Disaat Achiera berhasil untuk membujuk Hans untuk tertidur, dia di kejutkan oleh suara pintu yang di buka dengan kasar yang setelah di lihat ternyata itu adalah Hazel yang datang.