"Someone who comes to give a new color with a new story that we have never gotten before, ~ meaning of the first love"
*Wanita Di titik Terendah*
Tiba saatnya buat Achiera, Hans, Kaili untuk pulang kembali ke Ibu kota. Dengan sopan Hans mengantar Kaili terlebih dahulu ke rumahnya baru pulang ke apartemen miliknya. Hari sudah malam saat mereka sampai di apartemen itu.
Ketika pintu rumah terbuka, Hazel yang duduk di sofa ruang tamu segera menghampiri Hans ke pintu dan langsung melemparkan dirinya ke dada Hans.
"Hans, kau dari mana saja? Aku mencarimu, kau tak pulang 2 hari ini," tanya Hazel sambil bergulat manja di dada Hans.
"Hazel ..." ucap Hans dan langsung melepaskan Hazel dari pelukannya.
Seketika Hazel melihat Achiera berdiri di samping Hans, dengan cemberut dia bertanya, "Hans, kau kok pulang sama dengan dia? Kalian jumpa di luar tadi ya waktu mau masuk?"
"Hans, aku ke kamar ya," ucap Achiera buka suara setelah dari tadi diam melihat tingkah yang memuakkan dari Hazel dan langsung berlalu pergi.
"Hans, kau belum menjawab pertanyaanku. Kalian sama-sama masuk ke rumah karena tidak sengaja bertemu di depan, kan?" tanya Hazel lagi memastikan.
"Hazel, aku capek. Aku mau ke kamar," jawab Hans mengelak.
"Hans tunggu....!" panggilnya untuk menghentikan Hans dan menarik baju Hans.
"Jawab dulu, kau tidak lagi bersama dia kan selama beberapa hari ini?" Sekali lagi Hazel bertanya.
"Aku pergi ke kampungnya, bertemu keluarganya untuk menjemputnya pulang," jawab Hans jujur.
"Hans, tapi kenapa? Bukankah kau hanya mau balas dendam? Terus kenapa harus sekali kau memperlakukannya se spesial itu. Aku curiga, kau mau balas dendam atau kau sudah terlanjur mencintainya," jerit Hazel.
"Hazel, ini urusan ku, dan tolong jangan bicarakan tentang balas dendam ketika Achiera disini. Be good girl please!" ucap Hans menyerah.
"Ternyata feeling aku itu benar Hans, kau sudah mencintainya. Kau mencintainya dan aku sudah tidak penting lagi buat mu, aku tidak memiliki kesempatan lagi untuk bersamamu sebelum aku pergi," ucap Hazel terisak lalu menjatuhkan dirinya di lantai.
"Itu tidak benar, dari dulu sampai sekarang aku itu masih mencintaimu. Kau cinta pertamaku Hazel. Hanya demi dirimu, aku berusaha dan bekerja keras untuk mendapatkan semua yang aku miliki sekarang ini. Jangan khawatir," jelas Hans menenangkan Hazel.
"Benarkah? Kau tidak berbohong, kan? Kau masih tetap mencintaiku seperti dulu?" tanya Hazel bersemangat.
"Itu benar, kau istirahatlah. Aku akan mengantarmu ke kamar," bujuk Hans lembut.
"Kau istirahatlah, aku bawa makanan kesukaanmu yaitu Pizza, makanlah mumpung masih panas," tawar Hans menyondorkan pizza yang dibawanya. "Sebentar aku akan ambilkan air minum buat mu," lanjutnya lalu melangkah.
Beberapa saat kemudian Hans datang dengan gelas dan teko yang berisi air mineral di tangannya. Dengan sangat perhatian dia menuang air itu ke dalam gelas lalu memberinya kepada Hazel.
Hazel menerima gelas itu. "Hans apa kau akan pergi tidur di kamarmu dengan Achiera?"
"Hazel dari awal Achiera datang dia sudah di kamar itu tidur, dan kamar itu juga merupakan kamarku. Jadi aku akan tidur di mana kalau bukan di situ?" jawab Hans masih tetap lembut.
"Tapi yang aku tau, kau tidak akan pernah mau menikmati waktu dan tidur bersama dengan wanita-wanita yang kau tiduri. Dan kau pun tidak akan pernah mengizinkan mereka tidur di tempat tidurmu. Biasanya setelah hasratmu terlepaskan, kau akan pergi tidak melirik mereka. Namun, kenapa dengan Achiera? Kau tidur dengannya, kau puaskan hasratmu dengannya, kau peluk dia sepanjang malam, dan dia tidur di lenganmu! Apa alasanmu untuk memperlakukan dia seistimewa itu? Mereka semua itu sama, sama-sama jalang," Hazel mulai marah lagi.
"Jawabannya mudah saja, Achiera itu wanita virgin pertamaku dan aku lelaki pertamanya. Dan Achiera itu hanya pela**r untukku seorang. Sementara tentang yang lainnya hanyalah sampah! Setelah mengenal Achiera aku jadi seseorang yang mysophobia dan hanya suka yang bersih saja.!" jawab Hans santai tapi tegas.
Hazel diam mendengar ucapan Hans dan bahkan dia gemetaran terlihat dari gelas yang dia pegang. Hans yang merasakan kegugupan Hazel segera mendekat, dipegangnya tangan Hazel yang memegang gelas itu dengan lembut.
"Minumlah dan segeralah tidur," bujuk Hans.
"Hans, apakah kau akan meninggalkan aku di sini sendirian? Aku sungguh sangat merindukanmu Hans, tolong temani aku ya?" pinta Hazel.
"Baiklah, aku tidak akan pergi. Minum dan tidurlah," bujuk Hans lagi.
Segera setelah dikatakan Hans begitu, Hazel menurut untuk minum lalu tidur. Namun, tiba-tiba perasaan ngantuk datang menyerang Hazel dan tidak berapa lama dia pun tertidur sangat pulas.
"Maaf Hazel aku melakukan ini, tapi aku takut kau malah menghancurkan permainan ku," ucap Hans lalu pergi meninggalkan kamar Hazel.
Hans pergi ke kamar Achiera dan mendapati Achiera sedang mengeringkan rambutnya dengan sangat serius. Hans mendekat ke arah Achiera dan ternyata wanita itu tidak menyadari kehadiran Hans, maka dari itu jiwa jail Hans pun seketika meronta-ronta tidak tahan ingin mengganggu Achiera.
Hans bersembunyi di sudut ranjang dengan posisi jongkok, sesekali menghembuskan napasnya tepat di leher Achiera membuat wanita itu menghentikan aksinya yang mengeringkan rambutnya dan melihat ke sekelilingnya.
"Hans, sejak kapan kau ada di sana? Kenapa kau tak pernah bersuara ketika berjalan?" tanya Achiera lalu mematikan Hair dryer miliknya.
"Bukan aku yang tidak bersuara, tapi kau yang terlalu serius dalam segala hal yang kau kerjakan." ucap Hans.
"Oh begitu ya? Maaf," sahut Achiera.
"Tadinya aku pikir kau akan nangis bersedih dan menatap ke arah luar jendela karna sikap Hazel. Nyatanya, kau malah mandi dan tidak mengajak ku," ucap Hans cemberut, "sedihnya aku, entah kapan kau akan cemburu samaku," lanjut Hans lagi.
"Oh jadi kau ingin mandi ya Hans, baiklah akan aku siapkan airmu," ucap Achiera, bukan menjawab perkataan Hans, Achiera malah menawarkan Hans mandi seakan ingin mengalihkan pembicaraan.
"Achiera, aku bertanya padamu dan kau harusnya menjawab aku," pekik Hans dengan sedikit nada malasnya.
"Badanku sakit, pijat aku," pinta Hans langsung merebah.
Tanpa banyak bicara Achiera memijat Hans dengan sangat baik dan serius. Hans yang sejak tadi memperhatikan jubah mandi Achiera diam-diam menarik tali jubah mandinya, hal itu membuat seluruh tubuh Achiera terekspos.
Achiera tersentak, spontan dia menutupi tubuhnya tetapi kalah lambat karena sudah di dekap Hans terlebih dulu dan dengan manjanya Hans tidur dan menempelkan kepalanya di perut Hangat Achiera sambil melingkarkan tangannya hingga ke punggung wanita itu.
"Jangan bergerak, aku lelah. Aku tidak akan melakukan hal apa pun padamu, kau tau itukan? Aku sudah berjanji padamu, kan?" tanya Hans dengan nada sedikit sendu.
"Bukankah kau tadi bersama Hazel? Lantas kenapa sudah kembali?" tanya Achiera sambil mengelus rambut Hans.
"Apakah kau sesenang itu kalau aku tidur dengannya? Tidak adakah rasa cemburu di hatimu kalau ada wanita yang mendekati ku?" tanya Hans complain.
"Bukan seperti itu, kau lelaki yang hebat tentunya memiliki banyak wanita di hidupmu. Aku hanya salah satunya dan aku bukan apa-apa kalau di bandingkan dengan wanita-wanita hebatmu di luar sana. Singkatnya aku tak memiliki hak untuk cemburu sama mu," jelas Achiera.
Seketika Achiera menghentikan aksinya yang mengelus rambut Hans karena Hans tiba-tiba mengangkat kepalanya.
"Achiera Grey, aku tidak suka kalau kau berkata seperti itu, kaulah yang bukan tandingan mereka. Kau itu special buatku, ingat ini. Kau wanita virgin pertama di hidupku and I appreciate and love you," jelas Hans sambil menggenggam tangan Achiera lembut, hingga wanita itu pun merasakan kehangatan di dalam hatinya.
Achiera tersenyum kecil, lalu merapikan tali jubah mandinya dan berkata,
"Hans, aku ganti baju dulu, kau minggirlah sedikit," ucap Achiera karena bajunya dijepit oleh tubuh Hans.
"Setelah semua yang aku katakan, kau bahkan tidak ingin menjawabku Achiera? Apakah perasaanmu sedikitpun tidak ada buatku?" tanya Hans tak mau menyingkir.
"Hans, Hazel ada di sini," ucap Achiera akhirnya setelah diam lama, "Dia wanita yang kau cintai bukan aku! Dia cinta pertamamu," lanjutnya.
"Tentang Hazel, benar aku tak menampik bahwa aku dulu mencintainya, dan benar dia cinta pertama ku. Tapi Achiera cinta pertama bukan berarti cinta yang tidak bisa berubah. Dari dulu aku memang sangat sulit melupakan dia, tapi bukan berarti itu sekarang sama. Achiera semenjak bertemu denganmu, aku benar-benar sudah melupakan dia. Kau tau sendiri dia yang menkhianatiku, lantas kenapa aku masih mencintainya?" jelas Hans pada Achiera.
"Akan sangat sulit untuk melupakan cinta pertama, karena dia adalah awal cerita kisah kita. Seseorang yang datang memberi warna baru dengan cerita yang baru kita dapat, itu adalah makna dari cinta pertama, Hans," jawab Achiera.
"Apa kau memiliki cinta pertama?" tanya Hans, "Kenapa kau bisa menjelaskan tentang cinta pertama seindah itu?" lanjut Hans bertanya.
"Mencari tau tentangku bukanlah hal yang sulit buat mu, bukan? Lantas kenapa kau harus bertanya?" Achiera berbalik tanya.
"Bukan hal yang sulit memang, tapi hal seperti itu aku ingin dengar dari dirimu," tegas Hans santai.
"Katamu, kau tidak mencintai cinta pertamamu lagi, tetapi kenapa masih menerimanya, memeluknya, dan bahkan menangis karena kondisinya?" tanya Achiera berbalik.
"Jika aku jawab, apa kau akan menceritakan tentang kisah cintamu." tanya Hans. (Mereka banyak tanya ya 🤣 #author).
"Yah kau berhak tau tentang itu." Akhirnya Achiera seperti berencana untuk menjawab.
"Hazel itu dulu adalah alasanku untuk bangkit dari keterpurukan. Aku jatuh cinta dengannya di pandangan pertama. Dia orang yang sudah memberi aku makan, ketika nasiku jatuh ke tanah. Dan orang pertama yang tersenyum penuh kasih padaku tanpa memandang diriku. Dimulai dari saat itu, aku bertekat untuk membahagiakan dia dan memberinya kehidupan yang layak sebagai ganti kehidupan baru yang dia berikan padaku," tutur Hans.
"Maaf Hans, tapi di mana orang tua mu pada saat itu? Dan mengapa aku merasa hidupmu itu sangat keras?" tanya Achiera.
"Orangtuaku dibunuh oleh ayah mu...!" tanya Hans tajam.
"Ayah ku....? tanya Achiera.