"In life the most difficult thing to explain is love. Because when we don't want to fall in love, love comes instead. When we want to love someone, our hearts are tightly closed. And often, we love people who clearly don't love us and we instead ignore people who love us. Singkatnya cinta itu egois bukan?"
^_Achiera Grey_^
"Apa maksud kamu Hans mengatakan tentang Ayahku? Apa kamu kenal dengan Ayah ku?" tanya Achiera lagi.
Seketika Hans kembali menetralkan perasaannya agar tidak terbawa suasana bencinya, dia tidak ingin semua rencananya berakhir sia-sia begini.
"Tidak, ini belum saatnya Hans untuk mereka mengetahuinya." gumam Hans pada dirinya sendiri di dalam Hati.
"Tidak, maksud aku itu adalah orang tua ku terbunuh seperti ayah mu. Ibu ku sakit-sakitan dan meninggal hingga ayah ku tidak sanggup menerima kenyataan itu lalu dia menyiksa dirinya tanpa memperdulikan aku dengan menimum-minuman keras setiap harinya yang menyebabkan dia meninggal, lalu terjadilah aku yang berjuang sejak kecil sebatang kara."
Seketika Achiera mendekati Hans, di pegangnya bahu Hans dengan lembut dan di sandarkannya dagunya yang runcing itu di pundak Hans, sementara tangannya yang satu lagi memegang lengan Hans lembut sambil berkata;
"It's All has been past Hans, kita memang ber-hak untuk mengenang masa lalu tapi itu bukan menjadi alasan kita untuk terus menerus terpuruk, kau harus melepaskan segala hal yang membuatmu sakit hati dengan itu kau akan bisa lebih menikmati hidupmu dengan bahagia." ucap Achiera menenangkan Hans dan entah kenapa setiap perkataan dari wanita yang di samping ini mampu menenangkan hatinya.
"Aku tau, terima kasih buat support mu." balas Hans sambil menimpakan tangannya di atas tangan Achiera yang di letakkan di bahunya itu.
"Sekarang boleh kah kau katakan siapa lelaki itu? Lelaki yang telah menjadi cinta pertama mu itu?" tanyak Hans sambil memalingkan wajahnya ke hadapan Achiera.
"Akh itu ya? Hmmm.... Hans boleh tidak aku tidak memberi tahumu? Aku....?" jawab Achiera gugup.
"Bukan kah kau sudah janji nona Grey?" tanya Hans.
"Hmmm.... baiklah, aku akan beri tahu. Tapi kamu lepaskan dulu tangan mu." jawab Achiera mengulur waktu.
"Kenapa aku harus melepaskan genggaman ku?" tanya Hans bersikukuh.
"Karna... Hans ayolah tolong lepaskan tanganku, maka aku akan memberi tahumu.!" ucap Achiera.
"Tidak....!!!! Aku ingin kau mengatakan di dekatku seperti ini." jawab Hans tegas lalu semakin menarik Achiera mendekat ke arahnya.
"Aku gak bisa katakan kalau aku dekat seperti ini sama mu, karena kau lah cinta pertama ku Hans." ucap Achiera cepat karena keceplosan.
Seketika Hans tersentak mendengar pengakuan dari Achiera, terdengar seperti sebuah ketulusan dan kejujuran karena tanpa adanya intonasi yang di buat-buat dan tanpa adanya rasa keterpaksaan.
Dan tanpa di sadarinya, pengakuan Achiera itu membuat hatinya sangat bahagia, seperti seolah-olah penantian yang telah di tunggu-tunggu sekian lama setelah perjuangan yang cukup berat di laluinya. Intinya dia merasakan ada sesuatu hal yang sulit untuk di jelaskan namun berhasil membuatnya sebahagia itu.
Sangkin bahagianya spontan Hans menarik Achiera ke dalam pelukannya, direngkuhnya wanita itu lembut dan disalurkannya kehangatan hatinya kepada Achiera, sehingga Achiera pun merasakan kehangatan yang sangat nyaman.
"Damn.... apa yang aku lakukan? Aku terlalu menikmati peranku dalam hal membalas dendam sehingga aku melakukan hal konyol yang tidak akan ku lakukan pada siapapun, tapi tidak masalah bukan kah dengan begini dia merasa bahwa aku sungguh-sungguh menyukainya.?" rintih Hans dalam hati;
"Kalau begitu, kenapa tidak kita lanjutkan peran kita lagi agar lebih sempurna.!" lanjut Hans, tersirat senyum licik dari sudut bibirnya.
Diciumnya kepala Achiera dengan lembut, dan sembari berkata; "kau tidak berbohongkan Achiera? Kau sungguh-sunggu dengan apa yang kau katakan barusankan? Aku tidak salah dengar kan?" tanya Hans masih sambil menahan Achiera di dalam pelukannya.
"Hans, aku tau aku lancang, tapi aku sudah memikirkan ini matang-matang, aku benar-benar mencintai mu. Bukannya aku tidak pernah menolaknya tapi berkali kali aku gagal. Aku....?" jelas Achiera semakin menenggelamkan wajahnya ke dalam dada bidang Hans karena malu.
"Sudah Achiera, sudah.... kamu tak perlu menjelaskannya lagi. Aku cukup bahagia mengetahui isi hatimu, ternyata cinta ku tidak bertepuk sebelah tangan. Terima kasih Achiera karena kau telah mempercayai aku sebagai cinta pertama mu. Aku berjanji akan selalu menjaga mu, kamu percaya kan?" ucap Hans sambil memper-erat pelukannya semakin dalam, dan Achiera membalas pelukan Hans itu, dengan senang hati di lingkarkannya tangannya di punggung Hans dan di raba-rabanya di sekitaran punggung Hans itu.
Mereka hanyut dalam pelukan juga perasaannya masing-masing, dan entah sejak kapan pelukan itu sudah berpindah menjadi ciuman panas yang sangat menggairahkan. Di sesapnya lidah Achiera dalam-dalam dan larut ke dalam permainannya sendiri dalam mengulum mulut, menyesap bibir juga mempermainkan lidah Achiera, dan bagusnya lagi Achiera membalas dan mengikuti setiap permainan Hans itu membuat Hans merasa puas.!
"Kau hari ini sangat Agresif Achiera, pernyataan cinta itu telah mengubahmu menjadi wanita yang pemberani, aku sangat suka karna dengan begini kau tidak membuat jarak di antara kita." gumam Hans serak karena di penuhi nafsu yang menggebu-gebu.
Gairah di antara mereka membuat mereka berdua tanpa sadar sudah telanjang tanpa sehelai pakaian pun, dan Hans sudah berada di atas Achiera.
"Achiera aku sangat menyukai mu yang agresif seperti ini, aku harap tidak ada penyesalan dalam dirimu." ucap Hans sambil memasuki Achiera.
Beberapa saat kemudian setelah mereka berdua bergulat sampai keringatan, akhirnya mereka meledak satu sama lain.
"Fiuhh..... ini sangat menyenangkan bukan Achiera.?" ucapnya masih tertidur di atas Achiera namun menahan bebannya dengan topangan tangannya agar tidak memberatkan wanita itu.
Achiera terdiam, bibirnya seakan ingin bicara tapi dia malu sehingga dia hanya tersenyum kecil.
Hans memberi kecupan kecil di bibir Achiera lalu berkata;
"Terima kasih Achiera, karena setelah pernyataan cinta itu aku tidak akan sungkan sungkan lagi dengan mu karena aku tau kau juga pasti akan menyukainya kan?" ucap nya Lalu memindahkan ciumannya ke kening Achiera.
Achiera tidak bisa membohongi rasa malu yang menghampirinya karena itu akan terlihat jelas dari rona merah yang akan timbul di wajahnya.
"Lihat kau itu siluman kecil yang nakal, tidak peduli berapa kali ku sentuh tapi masih tetap akan merasa malu bahkan setelah pernyataan cinta itu kau masih malu-malu membuat aku selalu berhasrat." ucap Hans lalu menjatuhkan dirinya di samping Achiera.
Achiera bergerak ingin pergi, namun Hans menahannya,
"Mau kemana?" tanya Hans lembut,
"Hans aku mau pakai baju..." jawab Achiera jujur.
"Tak perlu, disini saja. Jangan khawatir kedinginan, aku akan menghangatkan mu." ucap Hans semakin menempelkan dirinya ke Achiera dan membaringkannya dilengan. "Bagaimana? Begini sudah hangat?" tanya Hans lagi lalu melingkarkan tangannya di perut Achiera.
Achiera mengangguk pertanda meng-iyakan ucapan Hans.
"Tidur lah, aku pun sudah lelah" jawab Hans.
***
Mentari pagi membangunkan Achiera dari tidur pulas nya, sambil sedikit mengucek matanya dia melihat ke arah jam yang ada di meja samping ranjangnya.
"Good morning .." sapa Hans mengagetkan Achiera,
"Ah.... Hans kamu sejak kapan sudah bangun?" tanya Achiera langsung duduk tanpa menyadari bahwa semalaman dia tidur tidak mengenakan bajunya, selimut yang menutupinya semalam pun melorot sehingga buah persik yang merona itu nampak.
Secepat kilat Achiera menarik selimut itu kembali dan menutupinya.
"Masih malu ..." tanya Hans lalu duduk di samping Achiera.
"Bagian mana yang belum aku lihat, coba sebutkan?" lanjut Hans bertanya.
Achiera terdiam seribu bahasa, karena memang hal ini sangat memalukan kalau di bahas, "dasar Hans tidak tau malu, hal semacam ini pun di jadikan lelucon" kutuk Achiera dalam hati.
"Bergegaslah Mandi, aku tunggu di meja makan, kita pergi ke kantor sama-sama." ucap Hams lalu mendaratkan sebuah ciuman di kening Achiera.
Achiera wanita lugu itu seketika tersipu karena ciuman dari Hans, untuk menutupi itu dia segera bangkit dari temoat tidur itu lalu ingin bergegas, tak lupa dia menarik selimut yang dia pakai untuk menutupi tubuhnya. Tapi bukan Hans namanya kalau bukan memanfaatkan waktu untuk menggoda Achiera. Di jepitnya unung selimut itu, hingga Achiera yang berlari kecil pun harus terhenti dan menoleh ke belakang.
Tanpa merasa melakukan sesuatu hal Hans dengan tenang berkata; "Ada apa ? kok berbalik? Coba aku tebak, tadi kau lupa kan membalas ciuman ku makanya berbalik invin menciumku?" tanya Hans sambil tersenyum kecil.
"Kau menjepit selimut ku.." jawab Achiera datar.
"Astaga, maaf aku gak sadar." ucap Hans, lalu menarik selimut yang di ditimpanya itu. Bukan menarik ingin melepas, akan tetapi malah menghulung selimut itu agar Achiera mendekat lalu terjatuh kepelukannya, dan memang benar prediksinya tepat Achiera malah tergulung dan berhenti di lengannya.
Mata mereka saling bertemu, membuat pipi Achiera memerah jika di tatap secara intens seperti itu.