Kemarin kita sekeluarga udah pulang ke Jakarta, dengan selamat. Fatih lagi main mobil-mobilan, Om Fadil lagi kerja. Gue lagi sibuk ngaso aja, sambil nyemilin snack.
Gue bangun ketika denger suara bel rumah bunyi, melirik Fatih sebentar.
"Iya. Tunggu!" Saat gue buka pintu, gue liat Samir lagi berdiri disana, sambil bawa bunga sama kue. Dia mau ngapel gue apa gimana ya,
"E-eh. Samir, masuk" gue mempersilahkan Samir masuk, dia cuman ngangguk, dan gue persilahkan duduk di sofa ruang tamu.
..
Mata Samir menelusuri setiap sudut ruang tamu rumah Zila, ia menaruh plastik berisi sekotak kue cheesecake dan sebuket bunga mawar diatas meja. Zila kembali dengan secangkir teh, dan satu gelas jus segar dan menaruhnya di depan Samir.
"Diminum aja dua-duanya. Hehehe, yang anget kayak pelukan dia," Zila menunjuk cangkir berisi teh manis hangat. "Dan yang dingin, kayak dia yang lagi sayang-sayangnya juga ada." Zila menunjuk segelas jus segar disebelah teh itu.
Samir menahan senyumnya, Zila memang tidak berubah sejak dulu. "Gue minum ya," ujar Samir. Zila hanya mengangguk.
"Btw, mau apa kesini?" Samir hampir tersedak, mendengar pertanyaan to the point Zila.
Samir mengelap sudut bibirnya dengan jempolnya. "Mau buat lo Janda,"
1 detik.... 2 detik...
BRAK!
Zila menggebrak meja sampai Samir terlonjak kaget, "apa-apaan! Maksudnya lo mau jadi pebinor gitu? Cewek semok, bohay, mantep 17ร syantik diluaran sana masih banyak, Mir." Marah Zila yang membuat Samir merem-melek, melihat amarah mantannya itu.
Wajah tegang Samir berganti dengan wajah yang sedang, menahan tawa. Dan akhirnya tawa cool Samir keluar juga. "Ha Ha Ha! Selow napa. Bercanda Zil, elah. Lo mah gak bisa diajak bercanda."
Tetap saja Zila memasang wajah cemberutnya, Zila melirik sebuket mawar dan satu kantong plastik kue yang tergeletak di atas meja. "Itu buat siapa?" Tanya Zila.
"Eum, buat lo. Terima aja, gue canggung aja, ketemu lo masa gak bawa apa-apa" alibi Samir.
"Hilih, emang lo kata ngapel kudu bawa beginian, laki gue liat nanti disangkanya gue selingkuh, emang lo mau disawer dollar sama laki gue, terus viral di sosmed? Dasar!" Ucap Zila tanpa henti.
Samir hanya meringis mendengarnya, dan mengusap tekuk belakangnya pelan. "Buat anak lo aja Zil, suka kue kan?"
"Suka om," celetuk Fatih. "Rasa Coklat utan Om?" Lanjutnya berjalan kearah Samir.
"Iya, namanya siapa?"
"Atih, Mah au!"
Zila memelototi Fatih, yang dibalas cengiran oleh bocah itu. Samir mengelus rambut pirang Fatih, ia tersenyum.
"Ambil aja, buat Atih semua. Abisin ya" ujar Samir.
Fatih membawa palstik berisi Cheesecake itu ke taman belakang, Zila memandangi kepergian anaknya dengan kesal.
"Udahlah Mir, lo gak usah repot-repot bawain beginian segala. Gue tuh udah punya suami, lagian cewek diluaran sana banyak! Bukan gue doang. Jauhin gue!" Pinta Zila. Samir menggeleng, ia memandangi Zila dengan serius.
"Nggak Zil. Gue gak bisa, sorry kalo gue ganggu. Tapi satu hal yang perlu lo ingat, terkadang kita nggak percaya adanya cinta pertama, tapi bagi gue, cinta pertama itu ada. Dan akan selalu ada, yang membekas di hati gue. Gue pulang Zil," setelah berujar seperti itu, Samir bangkit dan tersenyum. Ia lalu melangkah membawa kakinya meninggalkan rumah itu.
"Tapi orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama juga gak seharusnya, merusak cintanya. Karena cinta tak harus memiliki" monolog Zila.
"Haaah!" Zila menyenderkan punggung lelahnya di sandaran Sofa. "Gue kok jadi bucin gini, daripada nge bucin liat instagram ajadeh!"
Zila berdecak tidak ada yang menarik, ia hampir meng-close instagramnya sampai ia melihat banyak Video yang membuatnya tertarik dan Zila mulai mem-play videonya.
Emang lagi Manjhaaa...
Lagi pengen dimanjhaaa...
Dengan dirimuu IQball...
Emang lagi sYantik!
Tapi bukan sok SYantik!
Syantik! Syantik! Gini hanya
Untuk dirimuuuuuuu!
Zila langsung ber-istighfar setelah itu. Kenapa ada cewek yang segitunya pengen Viral. Miris batin Zila, tapi Zila ingin tertawa juga, melihat eskpresi si cewek tersebut.
Lalu Zila mem-play video selanjutnya.
TEW TETEW TETE TEW
CTAK! TAK! HEUUH..
Zila langsung frustasi masih si cewek itu juga, apa itu. Bikin keset mata aja liatnya.
"Perasaan dulu jaman gue SD sama SMP, masih jaman-jamannya main karet, monopoli, main bola bekel, sama masak-masakan. Anak jaman jigeum emang bikin geleng-geleng otak!" Ucap Zila.
Zila menaruh HP nya diatas meja, memandangi bunga pemberian Samir, yang masih setia tergeletak indah diatas meja.
Tangan Zila terulur mengambil bunga mawar tersebut, di dekatkan bunga itu ke hidungnya. Harum! Tapi sayang pemberiaan mantan yang Gagal Moveon.
Gak guna! Mending Zila kasih saja ke si Neneng, orang gila depan komplek.
Tawa Zila pecah membayangkan si neneng sangat senang menerima mawar ini, dan ekspresi ketakutan Samir melihat siapa yang menerima bunga itu sekarang.
Untuk informasi saja, si Neneng itu gila akut. Suka mengejar-ngejar semua cowok yang ia lihat, sampai cowok-cowok itu lari ngibrit ketakutan, beda halnya dengan wanita. Dia bakal diam saja ketika para wanita lewat di depannya.
"Ke si Nenengngin, aja ah." Zila beranjak dari duduknya, dan berjalan kearah pintu. Fatih biarin aja. Ada si bibik ini, pikir Zila.
Gerbang di buka, Zila melihat ke kiri dan kanan, komplek sangat sepi siang ini.
Zila terus melangkahkan kakinya sampai di tempat si Neneng biasanya mangkal, godain cowok-cowok yang lewat. Dan benar saja, ada anak SMA sekitarย empat orang sedang di hadang oleh Neneng.
"Mas! Ayok sama saya. Hihihi hehehe" ajak Neneng, ke empat cowok itu bergidik takut. Ada yang sampai mau nangis karena tidak bisa kabur.
"GAK! PERGI LU SONO! HUSH! MAMAAAAAAAAAA PAPAAAAAA ABANG DI HADANG ORANG GAK WARAS!" teriak si cowok berambut kece yang di pomade. Wajahnya ganteng menurut Zila.
"Dre! Dre kabur dre!" Ajak si rambut cepak, panik.
Zila tertawa disitu, bagaimana anak-anak ABG itu ketakutan dengan si Neneng.
"HAYOOOOO!" si Neneng memeluk salah satu dari mereka, dan dia punya wajah yang paling ganteng diantara yang lain. Ternyata Neneng jago juga.
"AAAAAAAAAAAAAA BUNDAAAAAAA ANJ- PERGI LEPASINNNN"
Zila makin ngakak mendengar teriakan mereka, "NENENG!" Zila memanggil si Neneng keras.
Neneng dan cowok-cowok itu menoleh serentak, "mbak Zila," mata Neneng langsung berbinar.
"Lepasin Neng. Sini, Mbak Zila punya hadiah buat Neneng,"
Neneng ragu-ragu, ia ingin hadiah. Tapi, gimana kalo cowok ganteng ini kabur. "Ayo dong. Sini. Udah lepasin aja, nanti Neneng dapet yang lebih ganteng" akhirnya Neneng mengangguk, dan melepaskan mereka semua.
Saat dilepaskan mereka, auto lari kencang, sekencang-kencangnya sambil mengumpat.
"Yah kabur Mbak"
"Udah gakpapa. Nih buat Neneng, jaga baik-baik ya"
Zila menyodorkan bunga pemberian Samir tersebut, Neneng langsung senang. "Makasih Mbak!"
"Sama sama Neng"
"Loh Zila? Bunganya kok dikasih?"