Chereads / Fortune Cookies / Chapter 13 - Cerita Derry

Chapter 13 - Cerita Derry

Mereka ketawa berderai. Lalu Derry mendadak bertanya, "Err..., hari Selasa dua minggu lagi kan tanggal merah. Kamu sibuk?"

Jantung Anima sejenak berdetak sedetik lebih kencang..., ia menggeleng penasaran.

"Oh, baguslah. Soalnya aku punya tiket perdana pembukaan Yume Land. Mau ke sana bareng gak? Kita main dari pagi sampe sore..., tentu saja asal kamu bisa dapet cuti?" tanya Derry penuh harap, sambil mengeluarkan sepasang tiket berwarna-warni.

Pembukaan Yume Land jelas merupakan event paling ditunggu oleh penduduk Kota Pakar Kencana tahun ini. Pembukaan akbar taman bermain Oriental ini tinggal dua minggu lagi, dan Anima tahu bahwa tiket VIP seperti yang ditawarkan Derry sudah habis terjual di luar sana sejak enam bulan yang lalu....

Di mata para penduduk, hampir tidak ada yang tahu bahwa papa Derry akan membuka taman bermain dengan konsep menyaingi Disney Land. Konsep Disney Land yang imut dan ber-icon barat akan ditandingi oleh konsep ketimuran Yume Land yang bercorak budaya Jepang, Persia, Mesir, India, Cina, Hellas, Aryan, Arab, serta budaya Nusantara.

Anima senang sekali, meski tampak dari luar, bibirnya cemberut, "Tapi, kayanya aku udah terlalu banyak ambil cuti tahun ini."

"Cuti buat baca seluruh buku di perpus Nasional? Bukannya yang itu sudah dianulir Papa kamu?"

"Bukan!! Tapi...."

"Apa perlu aku mintain izin ke Papa kamu?"

"Ntar disangkain kencan!" Cetus Anima.

"Gak apa-apa!" Derry mendadak ngomong begitu, wajahnya tenang, "Yang penting, kamu dan aku ada di sana hari itu. Main sampe puas! Senang-senang! Kapan terakhir kita jalan begitu?"

Hati Anima mencelos mendengar ucapan Derry yang polos, karena ia tahu Derry hanya bermaksud baik. Tidak lebih. Ia sudah bahagia sekali karena setidaknya bisa mendapat kesempatan ini.

Ia mengatur perasaannya dengan baik lalu berkata, "OK. Aku coba tanya dulu. Kalo gak bisa baru kamu yang maju."

"Tapi kamunya mau, kan?" Derry bertanya penuh harap.

"Mau dong!" Wajahnya agak bersemu merah, jengah sendiri, karena antusiasmenya sedikit di luar kontrolnya.

"Bagus. Tanggal 11 Bulan 9 di Yume Land, jam delapan pagi." Derry mencatatnya di buku notesnya dengan penuh keyakinan.

Anima melirik sebentar dan melihat tulisan di dalamnya dari sudut pandang terbalik, lalu mendadak ia merasakan sesuatu yang ganjil. Perasaan itu begitu kuat dan menusuk di antara perasaan gembiranya yang menggebu-gebu. Tapi, saat Derry mulai berbicara soal isi taman bermain yang konon sangat menakjubkan itu, ia sudah melupakannya dan asyik mengobrol.

Lalu mereka berdua bicara soal mainan masa kecil, kegemaran masa kecil, lalu tak terelakkan juga topik yang mereka bahas adalah mengenai masa kecil.

Derry belum pernah membicarakan hal ini, dan jika disinggung biasanya ia merasa enggan untuk menceritakannya. Anima sebaliknya sudah pernah menceritakan masa kecilnya. Anima adalah orang yang paling Derry kagumi, karena ia bisa berdamai dengan masa lalunya yang kelam. Anima bisa menceritakan kisah sedihnya dengan wajah yang tenang, bahkan riang tanpa dibuat-buat. Entah kenapa, hari ini Derry merasa gembira dan berani. Ia merasa, ia bisa seperti Anima.

"Seperti apa aku waktu aku kecil?" Ia tertawa lebar sambil berkedip-kedip.

"Coba tebak dulu seperti apa?"

Anima berpikir sebentar. "Nakal, periang, suka tersenyum, dan pintar berbicara?"

Derry menggeleng.

Ia menengadah dan berkata, "Nakal iya… tapi bukan nakal… itu kata yang tidak tepat. Pendendam tepatnya. Pemurung, pembenci, iri hati, dan pemarah karena kesepian dan tidak pernah puas… Saat itu, aku sungguh tidak bahagia."

Anima tertegun. Derry sang anak multi-milyuner yang membangun Kota Pakar Kencana dari nol itu? Rasanya sangat tidak mungkin.

"Kesadaran akan diri dan identitasku berkembang terlalu cepat. Aku menyadari orang tuaku jarang di rumah, dengan adik perempuanku yang mencintaiku dengan tulus tapi kulihat sebagai pengganggu. Aku menyendiri, pemurung, egois. Kakakku ingin menarikku dari kegelapan itu dengan terus-menerus menjahiliku. Namun, pada akhirnya ia hampir menyerah. Ia hanya terus menjahiliku demi menjaga agar aku tidak menyakiti adikku."

Perlahan Anima bertanya, nadanya dipenuhi rasa haru, "Kenapa tidak merasa bahagia?"

Derry tersenyum dan matanya bersinar penuh pengetahuan, "Karena aku tak pernah merasa dicintai. Tidak merasa puas dengan diri sendiri. Apa pun yang keluargaku perbuat malah kulihat sebagai usaha mereka lepas dari rengekanku, dan karena merasa diri sebagai pengganggu hidup mereka, maka aku juga menganggap mereka sebagai orang yang merebut hakku. Semuanya serba aku, aku, dan aku. Aku menginginkan mereka melakukan sesuatu untukku.... Membelikan barang yang aneh-aneh.... Minta ditemani ke mana pun di saat yang paling aneh dan mustahil.... Meminta makanan yang tidak ada di Indonesia atau entah di dunia.... Padahal, aku hanya memerlukan satu hal. Cinta. Mereka memberikannya tapi aku tidak mau menerimanya. Sungguh bagaikan neraka, kalau dipikir-pikir, kehadiranku bagi orang tua, kakak, dan adik...."

"Tapi, sesuatu terjadi dan kamu berubah." Anima mengucapkannya sebagai pernyataan fakta.

"Darimana kamu tahu aku sudah berubah atau belum? Bisa jadi senyuman ini palsu?" Derry tersenyum ramah. Matanya berkilat-kilat penuh semangat.

"Satu: Orang yang belum berubah takkan menanyakan hal itu, Pak Derry. Dua, orang yang pendendam tidak punya sorot mata seperti itu. Tiga, bagaimana aku bisa tahu bukan urusanmu," Anima menjelaskan sambil merangkumkan jari-jarinya di bawah dagunya.

Mereka berdua saling senyum.

Derry menjura, "Betul. Sesuatu terjadi di ulang tahunku yang ke-delapan. Saat itu aku sedang ingin minta ulang tahun dirayakan di Amerika. Dan itu artinya perjalanan mustahil di saat paling mustahil untuk orang sesibuk Papa dan Mama. Tentu saja rengekanku tidak dianggap. Aku punya pesta ulang tahun sendiri tapi kuhancurkan begitu luar biasanya, sampai Papa dan Mama merasa bersalah. Mereka bertekad merayakannya ulang dua hari kemudian di Marina."

Marina adalah tempat wisata air paling lengkap dan terkenal. Tempat ini terletak di sebelah barat kota, dekat dengan Sungai Tesla.

"Aku tentu saja ikut tapi hanya untuk membalas dendam. Pesta itu kembali kukacaukan dari awal sampai akhir. Kakakku sampai marah besar, padahal Kakak jarang sekali marah. Mama sampai menangis, dan Papa hanya bisa angkat tangan. Lalu aku berlari pulang dengan bingkisan di tanganku. Aku begitu kesal, kesepian, dan merasa diriku jahat hingga aku duduk dan menangis di tepi sungai. Kakak masih mengurusi adikku yang kubikin menangis, Papa dan Mama masih berbicara dengan bingung bagaimana cara mengatasiku. Apakah psikiater anak perlu dipanggil, konseling atau sebagainya...."

"Lalu, aku terpeleset di tanggul sungai itu, bingkisanku terbawa arus dan aku mengejarnya. Lupa bahwa aku cuma bisa berenang gaya batu...."

"Aku mati saat itu, Anima. Lalu aku hidup kembali hanya dengan keajaiban. Sejak saat itu aku merasa bahwa aku adalah bocah paling tolol, tapi paling berbahagia di dunia. Sejak hari itu…, aku berubah. Syukurlah...."

"Kenapa kau menceritakan ini kepadaku?" Anima bertanya dengan tulus.

Derry tertawa, "Entah.... Hari ini rasanya lega sekali untuk bercerita.... Sekalian cerita ini buat membalas ceritamu dulu. Kita punya masa lalu yang luar biasa, dan kita sama-sama telah berubah. Menjadi orang yang lebih baik dan bahagia."

Anima tersenyum. Sama seperti Derry, ia mengerti bahwa di balik semua pengalaman buruk dan kenyataan hidup yang menyedihkan, tersembunyi sesuatu yang dapat membuat hati seseorang bersinar dengan cerah di masa depan....

Ia dan Derry adalah bukti hidupnya.