Chereads / Fortune Cookies / Chapter 19 - Pesan di MRT

Chapter 19 - Pesan di MRT

Gurunya itu menyerahkan sebuah brosur dengan halaman mukanya diisi logo 22 perusahaan besar, multinasional, dan grup-grup usaha terkemuka di Indonesia. Logo terbesar—terpampang di tengah brosur yang berwarna dan funky itu—adalah simbol bunga krisan dari Chrysanthemum Group. Tertulis: Turnamen Piala Bunga Krisan ini diadakan untuk memajukan basket SMU yang akan menjadi bibit buat masa depan tim basket Indonesia, bahkan Asia!

Ifa bahkan melihat di antara logo-logo dan tulisan terdapat juga lambang Perbasi dan KONI, subseksi Olahraga Pelajar. Ternyata mereka juga sampai harus "menyerah" dan ikut mendukung acara ini! Lalu ia melihat ke daftar hadiah, persyaratan, dan juga tanggal penyelenggaraannya.

Ifa merinding sendiri. Saat ia menyadari makna senyum misterius Kris.

Kris sudah tahu!! Pantas saja! Ia pasti ikut turnamen ini!

Tentu saja! Semua pebasket waras akan ikut turnamen ini kalau diizinkan.

Ia lalu menyadari bahwa mereka mungkin akan bertemu dan bertarung kembali. Harapan SMU Kastil Hastina untuk "membalas dendam" tahun ini belum padam!

Ifa berjalan sendirian, dihujani pikiran dan lamunannya sendiri, di tengah lautan siswa-siswa lainnya yang siap berangkat pulang melalui stasiun MRT. Ia melihat Indy masuk ke sebuah mobil Jaguar, mobil keluarganya. Gadis itu sempat melambai ke Ifa dengan penuh rasa terima kasih.

Ifa balas melambai. Ketika mobil berlalu, ia menghela napas. Teman-temannya yang melihat hal itu tersenyum dan berbisik-bisik. Gosip itu belum mati rupanya, tapi Ifa tahu bahwa sekarang Indy sudah tak peduli lagi. Jika Indy sudah tak peduli, maka usaha Derry sudah tak ada artinya.

Memikirkan hal itu, mendadak ia teringat akan sikap Derry.... Aneh sekali.... Sahabatnya itu sebelumnya begitu mati-matian menebar gosip untuk mendukungnya agar bisa berhasil, tetapi kenapa ia diam saja saat melihat Indy begitu dekat dengan Kris tadi? Derry jelas tahu akan kebohongannya tadi.

Kenapa Derry diam saja?

Debu jalan yang mengudara, aspal abu-abu yang tertimpa cahaya senja nan lembayung keemasan, tidak menjawab. Ifa masuk ke dalam stasiun, mengayunkan dompetnya ke mesin sensor terdekat dan terbukalah gerbang tiket. Ia lalu naik eskalator yang penuh sesak dengan pekerja, karyawan, dan siswa-siswa sekolah, sebelum ia mencapai platform MRT.

Sarana MRT telah direncanakan sejak pertama kali Pakar Kencana berdiri, dua puluh tahun yang lalu. Namun, beroperasinya sarana transportasi massal tercanggih di Indonesia ini—yang terbagi dalam dua jalur: Timur-Barat dan Utara-Selatan dengan interchange pusat di Stasiun Gubernur—baru dimulai pada saat Ifa berumur sepuluh tahun.

Ifa teringat pernah melihat foto peristiwa itu tergantung di kamar Derry. Pengguntingan pita peresmian MRT itu bahkan dilakukan oleh Gubernur, Presiden, plus Derry bersama seorang anak perempuan—sebagai perwakilan simbolik, kata Derry dengan bangga saat memamerkan foto itu.

Setelah genap tujuh tahun beroperasi, kini, 88% penduduk Kota Pakar Kencana atau tepatnya 3.300.000 penduduk dan komuter telah menggunakan sarana ini paling tidak tiga kali setiap minggu! Angka kemacetan di Pakar Kencana adalah nol persen, dibandingkan dengan angka kemacetan di Jakarta—yang hingga kini belum memakai teknologi tersebut karena sebab musabab tertentu—yang 73% dari semua ruas jalannya pernah mengalami kemacetan minimal tiga kali dalam seminggu. Data ini berdasarkan temuan Biro Pusat Statistika Pakar Kencana (BPSPK).

Melalui stasiun di jantung kota ini, Ifa dapat mencapai rumahnya—yang terletak di ujung barat kota—hanya dalam waktu dua puluh lima menit saja.

♪♫ Stasiun Gubernur ♪♫ Demi keselamatan dan kenyamanan Anda, mohon berdiri di belakang garis kuning.... Terima kasih. ♪♫ Gubernur interchange station ♪♫ For your safety, dear passengers, please stand before the Yellow Line. Thank you for your attention. ♪♫ Stasiun Gubernur ♪♫ Da jia qing zu yi.... ♪♫ Wei le ni de an quan, Qing Zhan Zai Huang Xian Hou Mian Xie Xie....

Suara elektronis bergema setiap beberapa saat melalui layar-layar monitor raksasa, mengumumkan nama stasiun, tampilan rute, berikut peringatan bagi penumpang serta estimasi waktu kedatangan kereta berikutnya.

Tidak sampai tiga menit kemudian, datanglah kereta-kereta super cepat, bersih, dan nyaman itu! Semua kereta dicat putih dan mengkilap dari luar bagaikan kayu yang dipernis, dengan pintu-pintu otomatis yang sekarang terbuka lebar!

Ifa masuk ke dalam kereta dengan cepat, lebih karena didesak calon penumpang dari belakang. Interior dalam kereta terdiri dari kursi-kursi berderet di kedua sisi kereta, sebagian besar diisi kaum manula dan ibu-ibu. Di setiap dinding kereta terpampang iklan-iklan, pesan-pesan sponsor, petunjuk keamanan, dan etika, serta setiap sepuluh meter terdapat sebuah informasi peta jalur MRT Pakar Kencana.

Tanpa basa-basi, kereta mulai bergerak kencang ke arah timur.

Next station: Tanah Bebas. Tanah Bebas. Arrival in Three minutes.

Mendadak telepon selular Ifa yang diperolah dari hasil tabungan bertahun-tahun bergetar. Rupanya SMS dari Derry.

Jgn balik dulu! Aq mw ketemu! PTG!

Ifa mengerutkan kening, lalu ia membalasnya.

Ketemu di Stat Tnh Bbs. Jemput gw!

Jawaban berikutnya datang saat ia mendekati stasiun yang merupakan wilayah perumahan, pertokoan, serta lokasi sebuah taman bunga terkenal itu.

OK. Aq ada di parkiran.

Ifa maklum dengan kecepatan Derry. Ia membayangkan sahabatnya yang mengejar lewat rute jalan raya dari Stasiun Gubernur.

Kenapa dia ingin ketemu? pikir Ifa.

Ketika ia bertemu Derry di pelataran parkir Stasiun Tanah Bebas, sang sahabatnya tampak ceria sekali. "Aku ingin traktir. Sebelum kamu lupa. Balasan buat gosip."

"Ke mana?" Ifa bertanya dengan antusias.

"Café Po Chi Lam. Full course dinner set sudah menunggu!"

* * * *