Satu blok di sebelah timur sekolah Kastil Hastina terdapat sebuah gudang besar bercat putih, dikelilingi oleh pagar dari seng berwarna hitam. Di depannya terdapat papan peringatan: No entry for any unauthorized person.
Indy turun dari mobilnya, kemudian ia melambaikan selembar kartu kepada petugas keamanan yang berjaga di depan gudang. Setelah memeriksa kartu Indy, sang petugas kemudian membukakan pintu untuknya. Baru saja ia melewati pintu seng, dia sudah disambut pemandangan pesta kebun malam hari yang sangat meriah!
Paviliun demi paviliun kecil—lengkap dengan bola-bola lampu kecil berwarna kuning, serta obor-obor yang menyala simetris—bertebaran di halaman di sekitar gudang!
Di atas hamparan karpet rumput gulungan, Indy segera mencopot sandalnya dan ber-chiaka bersama penghuni pesta lainnya! Meja banquet putih panjang membentuk setengah lingkaran dengan pita-pita emas dan makanan serta minuman terhidang di atasnya. Suara band mengumandangkan lagu Guleng Furendly di udara.
Gadis-gadis remaja dari berbagai sekolah di Jabotabek plus Pakar Kencana berkeliaran dan mengobrol dengan akrab, bahkan ada pula kontingen dari Bandung, Bogor, dan berbagai cabang Network Sierra lainnya.
"Indy! Rakasingen rabasinget sidech...!" Seorang gadis mendadak menjerit dan memeluknya!
"Siya Ragusiti! Lisa! Rapasikarabar? Rabansidung, ramadusih simaracet?"
"Siya Ralah, ramo siberali rakarsitiraka rasasiri raja sikuradu rapasike sitiraga sijam! Ramit-siamit dech! Ech..., ramsibil simarakan radusilu ragih!"
"Siokre!" Jawab Indy, diantarkan sahabatnya yang jauh-jauh datang dari Bandung hanya demi malam ini.
Malam perayaan berkumpulnya delegasi remaja Network Sierra se-pulau Jawa.
Sementara Indy dan kawan-kawan lainnya sedang bersenang-senang di kebun, mari kita ambil sedikit intipan ke dalam gudang. Kaya apa sih headquarters dari Network Sierra dan apa sih perkumpulan yang tampaknya seperti "sekte gelap"?
Gudang besar berwarna putih itu, tidak seperti gudang-gudang yang berpintu besar tunggal. Gudang ini memiliki tiga buah pintu besar yang dapat dilalui kendaraan besar. Kini, pintu itu terbuka dan menampilkan sebuah ruang yang dilapisi aluminium foil sehingga menimbulkan kesan terowongan perak. Pada saat masuk, mereka yang telah melalui terowongan ini akan disambut dengan ruangan hall dengan atap gudang yang luar biasa tinggi. Hall ini disebut dengan Disco Hall, karena lazimnya digunakan untuk disko. Namun, hari ini Disco Hall dipenuhi dengan manekin-manekin serta display yang bisa diputar berupa rancangan baju, blus, topi, sepatu, tas, parfum, pernak-pernik funky!
Sebuah pameran busana atas nama desainer muda Indonesia yang terkenal sampai di manca negara: Jeanna Ra Lie—dengan brandingnya: Jerle—dan Alicia Shannara—brand name: Shannara, tengah berlangsung seru! Ratusan remaja berkeliaran, membolak-balik katalog, memutar–mutar display putar, sebagian mengerumuni kedua desainer yang sedang sharing seusai pertunjukan di atas panggung!
Sebuah layar televisi raksasa di tengah ruangan menampilkan wajah-wajah kedua desainer ini serta clip top design mereka yang sudah go international!
Melewati hall ini kita akan bertemu dengan sebuah tangga putar yang mengantarkan kita ke paruh kedua bangunan, separuh tiga tingkat ini. Lantai pertama adalah sebuah studio tempat para anggota berlatih modern dance, aerobik, poco-poco, yoga, meditasi, atau bahkan kadang-kadang drama. Yah, itulah jadwal rutin setiap Senin-Jumat. Untuk hari ini, ruangan studio ini tampak lowong.
Lantai dua adalah ruang pertemuan yang dilengkapi meja-meja bundar dan mungil. Sebuah bar dan dapur tempat tersajinya aneka makanan juga tersedia. Puluhan pasang remaja putri sedang bermain bridge sambil mengobrol, bergosip, diiringi irama musik lembut.
Untuk yang suka membaca majalah mode dan segala sesuatu tentang pernak-pernik cewek, lantai tiga digunakan sebagai perpustakaan dan ruang untuk curhat. Jendela-jendela lengkung besar, karpet, dan tatanan ruangan yang modern mewarnai ketiga lantai ini.
Tiap lantai terhubung dengan partisi ketiga gedung, lokasi yang memuat gudang peralatan, ruang kerajinan tangan, komputer, enam ruang pertemuan, serta lagi-lagi dapur tempat memasak. Daya tampung markas ini adalah 750 orang, dengan setiap harinya dilakukan berbagai kegiatan mulai dari kursus bahasa, sekadar main-main, latihan dan gerak badan, sampai counseling bisnis, psikologi, pendidikan, pelbagai masalah wanita, juga kegiatan sosial.
Bulan lalu, class member ibu-ibu Network Sierra melakukan hash dan workshop ke Lembang dan kebun teh, class member Wanita Karier melakukan seminar tiga hari dengan peserta anak-anak SMU mengenai dunia kerja dan gerakan wanita fun, competent, yet fresh disponsori Teh Botol Sosro dan Procter&Gamble.
Untuk class member Indy, berkat adanya keseragaman hari libur oleh Pemerintah, mereka melakukan "Tour, Hash, dan Triple-S—Study, Shopping, Social—"travel keliling Jawa! Diikuti 168 peserta, enam buah bus selama tujuh belas hari!
Anima—ketua Network Sierra class member Remaja, Creative Planner class member ibu-ibu, serta anggota majelis Network Sierra—sedang berkeliling dengan alat komunikasi kecil terpasang di telinganya, plus sebuah mikrofon yang tersemat di kerah bajunya. Sebagai penanggung jawab acara malam ini, Anima jelas wajib berkeliling ke seluruh penjuru ruangan. Padahal, panitia untuk acara ini termasuk yang sangat kompeten dan solid, tapi tetap saja Anima menjalankan kewajibannya agar acara malam ini berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Setiap ia berpindah dari satu sudut ke sudut lainnya, Anima selalu disambut dengan pelukan hangat remaja-remaja yang memanggilnya dengan sebutan kerennya; "Danchou! Danchou Ranima!"
Di ruang televisi, sebagian remaja sedang memutar rekaman pertandingan persahabatan hari ini antara Rabu Monogatari dengan Kastil Hastina. Di titik inilah, Anima berhenti sejenak berputar. Ia mengamati dengan teliti, di tengah dengung pembicaraan dan berhasil menemukan Nerandee Kusuma.
"Rahii!"
"Danchou!" Jerit Indy, dan sebagian gadis lainnya juga mengerumuni Anima beberapa lama, termasuk di antaranya: Wennie Susanto—adik Derry yang baru masuk Network Sierra tiga bulan yang lalu!
"Menikmati pesta malam ini?" tanya Anima pada anggota baru itu, dengan bahasa yang sudah diterjemahkan.
"Iya, Danchou!"
"Bagus. Sejam lagi yah acaranya mulai. Jangan sampai kita bikin malu."
"Siap, Danchou!", semuanya lalu tersenyum penuh semangat.
Anima berlalu, tetapi Indy mengikutinya. Setelah beberapa lama mereka berjalan di lorong, Anima berbalik sambil menatap Indy.
Keduanya tersenyum saling pengertian, "Ada masalah lagi, Indy?"
"Bukan masalah. Tapi pertanyaan."
"Ah, ini pasti menarik. Coba ceritakan, eh…, di ruang studio saja, OK?"
Ketika telah sampai ke ruang studio, keduanya langsung duduk di salah satu bangku-bangku kecil di pojok ruangan. Indy menceritakan pengalamannya hari itu mengenai kedatangan Kris ke sekolah, tetapi menutupi trik-nya dengan Ifa.
"Gimana menurutmu? Kris…, eh…, orangnya kaya apa ya…?"
"Mana aku tahu! Ketemu aja belum."
"Danchou…, tolonglah! Sedikit kesan aja. Help me, please...."
"Kamu nyuruh aku jadi cenayang lagi? Aku bukan dukun!!"
"Lu memang bukan dukun, tapi elu tuh orang yang paling bisa dimintain tolong! Please! Gue harus tahu orangnya gimana...."
"Lebih dari itu, aku curiga gimana kamu bisa mendadak jadi temenan akrab sama dia. Lewat siapa kamu kenal dia?"
"Lu gak percaya kemampuan gue? Gue kan friendly gitchu!" jawab Indy dengan lancar.
Anima mengerutkan keningnya sejenak. Daripada diganggu terus, ia lebih baik mencoba sebisanya. Ia menghimpun gambaran wajah dan sorot mata Kris yang baru saja ia lihat di televisi, beberapa episode sinetron, jumpa pers, dan juga wawancara sekilas di sebuah acara gosip.
Lalu ia berkata, "Yap. Sudah. Kamu mau nanya apa? Soalnya kalau ditanya orangnya gimana…, jawabnya: 'baek', titik."
Wajah Indy merona dan suaranya terbata-bata, "Eh…, um…, a..., apa dia…, playboy?"
"Tidak. Kecuali akting memaksa dia demikian."
"Bagaimana bisa memisahkan antara dia sedang berakting atau tidak?"
"Kalau aku sih cukup lihat matanya. Kalau kamu…, yah, mungkin harus bertapa dulu di gunung, Cucu…."
"Lu serius??"
Anima ngakak, "Gitu aja mau diboongin! Hehehe!" Tapi dia buru-buru menambahkan melihat wajah marah Indy.
"Pada dasarnya dia orang yang jujur dan terbuka, kok. Tapi, di matanya ada sebuah kebingungan mendalam…."
"Kebingungan?"
"Yah…, aku juga gak tahu pasti. Tanya aja sama dia, kan kamu udah akrab. Cukup sudah sesi gaibnya! Bukan urusan aku lagi! Sekarang ngomong bisnis! Kamu ikut acara Sabtu ini, kan?"
Indy mengangguk dengan sangat semangat, "Bisa asal gak sore-sore amat. Gue free malamnya, dan…."
Ia baru mau mengucapkan sesuatu ketika mendadak Anima mendapat pesan dari panitianya.
"Eh, mereka udah mau mulai acaranya. Indy, kamu juga ikut kan?"
"Fashion show sama dance competition? Count on me, Danchou…."
"Yeps. Lupakan soal cowok dulu. Malam ini mari kita bersukaria."
Lalu dua dari 4.500 orang anggota Network Sierra di seantero Indonesia itu melenggang keluar dari studio ke hall yang sekarang semakin dipenuhi gadis-gadis remaja.