Hhhh.. hhhh.....
Deru nafas Hannah benar-benar terdengar cukup keras sekarang, Ia begitu ngos-ngosan setelah sampai di area parkir, Hannah menyandarkan tubuhnya ke mobil Evans sambil memegang dadanya yang terasa ingin meledak karena terlalu lelah berlari.
"Kau benar-benar keterlaluan Evans" Ucap Hannah masih terengah, kakinya lemas, tentu saja. Saat pintu mobil pria itu terbuka dan mesin mobil telah dihidupkan, Ia langsung masuk begitu saja dan menurunkan suhu ruang di dalam agar cukup dingin. Evans jadi merasa bersalah dibuatnya, cepat-cepat Ia mengambil minuman dingin dari dalam paper bag yang sedari tadi sudah Ia bawa ketika menjemput Hannah.
"Jadi kau memang telah berencana membuatku berlari dengan menyiapkan minuman?!" Mata Hannah melotot heran, Ia benar-benar tidak percaya dengan kelakuan Evans, namun Hannah lebih memilih untuk menerima minuman yang Evans berikan dengan segera, Ia menyambar botol bening yang Evans baru keluarkan dari tempatnya, bagaimana tidak, bahkan Evans membawakan dua minuman rasa jeruk kesukannya setelah membuatnya berlarian seperti itu.
"Aku memang membawakan ini untukmu dengan sengaja, tapi ide mengerjainya baru terpikir saat aku melihatmu yang begitu cerewet" Ucap Evans dengan air muka yang tak bisa ditebak, Hannah mengingat-ingat kembali hal apa yang membuat sahabatnya mengatainya cerewet lagi, kalimat mana dari dirinya yang telah membuat Evans kesal sampai Ia harus membalasnya dengan separah itu, mengerjainya dan memintanya berlari untuk mengejarnya. Cowo di sampingnya benar-benar keterlaluan. Hannah meminum minumannya hingga tandas, padahal Ia baru saja menghabiskan sisa minuman dari tumblr berukuran 1000 mL yang Ia bawa beberapa waktu yang lalu, tapi olah raga tiba-tiba itu membuatnya merasa sesak dan haus kembali. Hannah masih kesal dengan Evans, jadi Ia memilih untuk diam selama perjalanan yang terasa panjang itu.
"Aku benar-benar minta maaf, sungguh" Ucap Evans memecah keheningan dengan wajah yang telihat mulai panik mendengar deru nafas Hannah yang masih terdengar berat, Ia benar-benar sadar sudah kelewatan kali ini, padahal sebelumnya Evans tidak pernah mengerjai Hannah sebegitunya, Evans ingat betul gadis itu sudah berhenti berlari dan sejauh yang dia ingat, pasti Ia mengalami kelelahan karena jarang berolah raga. Evans juga benar-benar langsung sadar kalau ucapannya agak keterlaluan saat dengan serius menanggapi ucapan Hannah mengenai membayangkan bersaudara dengan gadis itu, sama sekali bukan hal yang Evans inginkan untuk terjadi memang. Padahal Evans tahu betul Hannah hanya bercanda, lagi pula Evans sebenarnya bukan kesal karena hal itu, tapi entah kenapa Evans hanya merasa kesal saja pada Hannah yang tertawa pada kedua teman Klubnya yang berada di ambang pintu tadi. Memangnya apa yang salah? Pikir Evans, menatap fokus ke arah jalanan di hadapannya sambil sesekali menoleh memperhatikan ekspresi Hannah yang tidak bisa Evans tebak, Ia juga bingung pada perubahan moodnya sendiri yang akhir-akhir ini sering tidak jelas. Hannah masih duduk dengan tenang tanpa banyak melakukan perubahan pada posisi duduknya sedari tadi Ia menaiki mobil, padahal gadis di sampingnya bisa benar-benar banyak sekali bicara dan juga menjadi gadis pendiam di waktu-waktu tertentu, tentu saja itu membuat Evans benar-benar frustasi saat menunggunya untuk membuka obrolan.
Mengingat tidak ada respons dari manusia di sebelahnya, Evans segera membuka percakapan lagi, "Kau sudah makan sejak pagi tadi?" ucap Evans lagi, kali ini Hannah menoleh,
"Tidak, kelasku tidak banyak dan tidak ada jeda antar mata kuliah, aku langsung ke klub begitu selesai" Ucap Hannah menatap lurus ke depan lagi, Ia memejamkan mata dan menyandarkan tubuhnya ke kursi mobil, kelelahan.
"Kalau begitu, ayo kita makan dulu"
"Bukankan Mom Diana sudah menunggu mu untuk segera makan malam di rumah? Oh aku lupa, mungkin aku tidak boleh lagi memanggilnya dengan sebutan Mom" ucap Hannah cemberut menyindir, Ia ingat kalau ekspresi Evans benar-benar serius terlihat sangat tidak menyukai ketika Hannah mengatakan kalau Ia bagian dari keluarga Maverick.
"Hey, maafkan aku... aku hanya..."
"Antarkan aku ke apartemenku saja" ucap Hannah ketus, Evans tidak tahu harus berbicara apa untuk memberi tahu kalau Hannah hanya salah paham, lagi pula tidak ada alasan yang tepat untuk mengatakannya, hal itu memang benar-benar tidak masuk akal.
"Aku akan bicara pada Mom dan bilang kalau akan makan denganmu, atau kita bisa makan di rumahku, bagaimana?" Ucap Evans masih berusaha.
"Tidak, aku tidak mau ke rumahmu Evans, aku ingin tidur" Ucap Hannah sama keras kepalanya, Evans tahu betul kalau Hannah tidak akan makan jika sudah tertidur hingga besok pagi. Dan kali ini gadis itu sedang kesal kepadanya, tentu saja itu membuatnya semakin sulit untuk membujuk.
"Baiklah, kita menuju ke sana, tapi izinkan aku untuk memakai toiletmu, aku tiba-tiba mules" Ucap Evans mencari cara untuk tetap di dekat Hannah sampai gadis itu makan sesuatu.
"Em" Hannah hanya menanggapi dengan gumaman tanpa membuka matanya seolah sedang tertidur.
-In Apartement-
"Kau duluan saja" ucap Hannah mempersilahkan Evans untuk menggunakan toiletnya lebih dulu, gadis itu berbaring di sofa panjang warna cream di depan tv, walaupun apartemen Hannah adalah tipe studio, tapi kamarnya cukup luas hingga memiliki ruang baca, dapur, dan ruang tv yang disekat sedemikian rupa dengan compartement furniture rendah di dalamnya. Evans pun langsung masuk ke dalam toilet, bukannya melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan di dalam sana, Evans memainkan ponselnya untuk memesan makanan sehat terdekat yang ada di sekitar tempat tinggal Hannah.
"Kau tidak ingin mengganti pakaianmu dulu?" Ucap Evans setelah keluar dari kamar mandi.
"Bagaimana mungkin aku berganti pakaian di sini jika ada kau yang bisa keluar kapan pun dari kamar mandi -_-" Ucap Hannah masih bergelung di atas sofa yang memanjang tanpa memperhatikan Evans.
"Baiklah, lakukan sekarang di kamar mandi, aku akan di sini" Ucap Evans menimpali, Ia menggapai remote televisi dan mulai menonton channel disney.
"Kau tidak pulang?" Tanya Hannah heran dan duduk di samping Evans setelai selesai.
"Aku juga kelelahan" ucap Evans santai tanpa mengubah pandangannya, "Hei, tidak.. hari ini aku ingin me time, lagian kau terlalu sering ke sini tau! Apa kata tetangga kalau mengetahui seorang gadis yang hidup sendiri selalu didatangi oleh teman prianya dan menyebalkannya prianya orang yang itu-itu saja!" Hannah mendorong-dorong punggung Evans membuatnya bangkit dari duduknya
"Hei, jadi kau senang kalau pria yang datang ke sini berbeda dan bukan hanya aku? Memangnya ada siapa lagi yang bisa datang ke sini? Hanya aku kan? Hanya aku?" Evans berdiri sambil menunjuk-nunjuk dirinya sendiri lalu duduk kembali putus asa.
"Ah, memangnya kenapa, kan kita tidak melakukan apapun" hardik pria itu, walaupun Ia sadar apa yang dikatakan Hannah tentu saja benar.
"Kau ini benar-benar! Pulanglah Evans, Uncle dan Aunt sudah menunggumu" Hannah masih bersikeras mengusir sahabatnya yang bahkan tidak bergeming itu, Evans menaikkan alisnya mendengar kalimat ganjil yang baru saja Hannah ucapkan.
"Oh ayolah Hannah... kau tidak perlu mengubah panggilan pada Mom dan Daddy menjadi Uncle dan Aunt, kau tahu kau bahkan adalah anak perempuan kesayangan di dalam keluarga kami" Ucap Evans jengah, Evans tau Ia telah melakukan kesalahan yang aneh, namun tidak menyangka Hannah masih bersikeras mempermasalahkannya hingga mengubah panggilan akrab terhadap kedua orang tuanya, bagaimana jika Mom dan Daddy-nya tahu kalau ini adalah ulahnya? Evans pasti sudah dimarahi habis-habisan karena mengira permasalahan serius sedang terjadi di antara mereka berdua sampai mempengaruhi hubungan antara orang tua - anak yang tidak sedarah itu. (red: Orang tua Evans dan Hannah)
"Oleh sebab itu kau tidak menyukainya kan" Baiklah, kata-katanyalah yang kini terdengar agak berlebihan dan kekanak-kanakkan, Hannah tahu betul kalau Evans bahkan sangat menyayanginya sebagai sahabat, mana mungkin Evans keberatan akan kehadiran Hannah di tengah-tengah keluarganya, yang Evans sendiri sering berkata kalau Ia kesepian selama ini karena menjadi anak tunggal. Tapi Hannah tidak bisa melupakan bagaimana respons dan ekspresi Evans tadi sore. Pria itu terlihat sangat tidak suka ketika Ia menyinggung posisinya sebagai adiknya, bukankah itu terlihat sangat jelas.
"Baiklah, aku akan pulang sekarang, makan makanan mu nanti" Ucap Evans dengan ekspresi yang terlihat kecewa. Pria itu sukses membuatnya merasa bersalah, padahal kan Ia duluan yang mempermasalahkan hal kecil dan membuat situasinya jadi canggung? Hannah menyerah dan tidak berkata apapun lagi setelahnya, Ia mengantarkan Evans ke depan pintu dengan langkah gontai.
"Hati-hati" seru Hannah lirih, Evans hanya menjawab dengan deheman singkat dan berlalu dengan lemah begitu saja. Evans memang telah memiliki kartu akses ke lantai tempat apartemen Hannah berada, Mommy Hannah memberikannya pada Mom Evans untuk berjaga-jaga akan putrinya yang hidup terpisah dengannya, dan keluarga Maverick adalah satu-satunya yang paling dekat baik secara personal maupun jaraknya dengan tempat tinggal Hannah saat ini.
Namun kartu itu kini dipegang oleh Evans karena Ia terus-terusan memintanya dari Diana sejak kartu itu diberikan oleh Larissa, dengan alasan kalau Ia akan sering-sering mengecek keadaan sahabatnya itu. Tentu saja Diana tidak langsung memberikan kartu akses itu kepada putranya, bagaimanapun lamanya mereka tumbuh sebagai sahabat, keduanya adalah laki-laki dan perempuan yang telah bertransformasi menjadi orang yang cukup dewasa untuk bisa melakukan perbuatan yang iya iya. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara keduanya tanpa ikatan resmi? Walau hal tersebut bukanlah hal yang tabu di negara ini, tetap saja Diana masih mempertahankan tata krama dan nilai luhur dalam berkeluarga. Namun pikiran Diana kembali waras, Ia tahu betul putranya adalah seseorang yang sangat menjunjung tinggi kehormatan seorang wanita, apalagi wanita itu adalah Hannah, gadis kecil yang selalu saja ingin Evans lindungi.
Beberapa menit setelah Hannah menutup pintu, bel pintu Hannah berbunyi lagi, apakah Evans kembali? Dibukanya pintu kamarnya, terlihat kepala Evans menyembul dari balik pintu "Aku mengambil makanan dari lobby" ucap pria itu lagi, "Kau..." Hannah tidak bisa berkata-kata, bagaimana Ia telah begitu jahat melebih-lebihkan keadaan dengan mengubah panggilan nama yang sudah akrab kepada kedua orang tua Evans menjadi panggilan kepada orang tua teman-teman lainnya, juga telah menyalahkan Evans yang begitu baik seperti ini padanya.
"Makanlah sampai habis, maafkan aku adik kecilku" ucap Evans lagi dengan volume yang diturunkan, mengacak rambut Hannah lalu berlalu begitu saja. Hannah benar-benar menyesali perbuatannya. Fix, Ia harus meminta maaf dan datang mengunjungi Evans ke rumahnya di akhir pekan ini.
-To be continue...