Chereads / Soul Emperor - Pewaris Kaisar Roh / Chapter 34 - Bab 33 - Kekuatan Sebuah Nama

Chapter 34 - Bab 33 - Kekuatan Sebuah Nama

Potongan yang aku buat pada tubuh banteng itu terlihat begitu rapi.

Kulit, daging serta tulangnya tak meninggalkan sebuah jejak koyakan sama sekali, layaknya memotong sebuah balok mentega.

Sementara darahnya mengalir dengan cukup deras hingga membentuk genangan pada permukaan tanah.

Tak kukira bahwa hasil dari penerapan mekanisme yang sedikit berbeda dalam pengendalian energi roh, mampu memberikan perbedaan begitu signifikan.

Rasa kagum ini membuatku tanpa sadar kembali melirik pedang dari energi roh yang masih aktif pada tangan kananku.

NGUUUNGGG!!!

Putaran berkecepatan tinggi pada gerigi di bagian mata pedang, menimbulkan suara berdengung.

Walaupun ini adalah teknik ku sendiri, tapi jika diamati lagi dari dekat justru dapat memunculkan rasa ngeri dalam benak ku

Aku tak bisa membayangkan jika aku salah dalam mengayunkan pedang dan mengenai salah satu bagian tubuhku sendiri, lukanya jelas bisa sangat fatal.

Untuk menguji keampuhannya kembali, ku buat sebuah ayunan pedang secara horizontal ke kanan.

SLAAASHHH!!!

Ternyata rerumputan dalam radius 3 meter pun dapat terpotong hanya dengan tekanan anginnya saja.

Tiap bagian dari potongan rumput-rumput itu bertaburan di udara, kemudian berterbangan terbawa angin.

Senyum kecut pun muncul pada raut wajahku, karena dampak yang tercipta justru membuatku semakin waspada.

Lalu Teknik Roh ini segera aku nonaktifkan, kupikir sudah cukup informasi yang kudapat dari pengujiannya.

"Bahkan dampak dari tekanan udara yang tercipta, juga sanggup memotong dalam jangkauan sejauh itu. Aku sepertinya telah membuat sesuatu yang sangat berbahaya."

"Teknik Roh ciptaan sendiri yang sangat menarik, teknik milikmu sepertinya dapat digolongkan dalam jajaran Teknik Dasar Roh Tingkat Atas."

"Yah... jika dinilai dari dampaknya, kurasa memang ada benarnya. Aku jadi memiliki satu kartu truf lagi."

"Lalu nama apa yang akan kamu berikan terhadap Teknik Roh baru ciptaanmu ini?"

Pertanyaan dari Guru membuatku tersadar akan sesuatu yang tak pernah kusadari tetapi sudah sering dilakukan.

Tiap kali mengeluarkan sebuah Teknik Roh, berapa selalu diawali dengan penyebutan nama Teknik Roh terlebih dahulu.

Aku tidak tahu untuk apa gunanya, namun tanpa sadar aku selalu mengikuti cara seperti itu.

"Hmmm... Yang Guru tanyakan jadi sedikit membuatku terpikirkan sesuatu, mengapa beberapa Teknik Roh selalu diawali dengan penyebutan nama? Gambaran dari tata cara Teknik Roh yang telah Guru masukkan kedalam kepalaku, tanpa sadar aku ikuti tanpa tahu fungsinya."

"Sepertinya aku lupa mengajarimu salah satu hal mendasar dalam pengendalian energi roh. Jadi dengarkan ini baik-baik, mengenai pentingnya sebuah nama dalam penggunaan Teknik Roh."

"Jadi setiap Praktisi Roh juga sudah memahaminya?"

"Lebih tepatnya bahwa sebagian besar dari mereka hanya tahu jika pemberian nama mampu meningkatkan kekuatan Teknik Roh. Namun tidak mengetahui apa penyebabnya. Jadi akan aku ajari dirimu pengaruh besar sebuah nama, dimulai dari akarnya."

"Bahkan hal remeh berupa nama saja juga dapat memberikan pengaruh. Mungkinkah Teknik Roh yang telah aku ciptakan, dapat ditingkatkan lagi hanya dengan sebuah nama?"

"Tentu saja, kamu akan merasakan perbedaan jelas antara Teknik Roh tanpa nama dengan yang bernama. Maka janganlah kamu remehkan kekuatan sebuah nama."

Sekeras mungkin aku coba pikirkan dalam kepalaku sembari memegangi dagu menggunakan telapak tangan, dikala tengah mencari makna dari ucapan Guru.

"Kekuatan sebuah nama... Biar ku dengarkan dulu. Karena aku masih belum terlalu memahaminya."

"Disebutkan bahwa Tuhan dahulu menciptakan alam semesta ini dengan perkataan. Hanya dengan sebuah kata maka terciptalah waktu, dimensi ruang, bumi, langit dan tiap hal didalam alam semesta ini yang awalnya dari ketiadaan."

Rasa terperanjat langsung menyeruak dalam benakku, telapak tangan yang tengah memegangi dagu jadi jatuh dan terlepas begitu saja.

Bahkan hanya demi memahami kekuatan nama telah membuatku menyadari akan keagungan Tuhan.

"Menciptakan sesuatu dari ketiadaan hanya dengan sebuah kata... Semesta dan seisinya terbentuk dari sebuah kata dari Tuhan... Luar biasa, bahkan kekuatan nama sampai terkait dengan kemahakuasaan Tuhan. Yah... Kurasa aku mulai sedikit memahami garisnya, jadi tolong berikan penjelasan lebih lanjut, Guru."

"Sepertinya kamu mulai jadi tertarik dalam pembahasan ini. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai akar dari kekuatan sebuah nama."

"Aku tak bisa menyangkalnya, ini terasa begitu menarik bagiku."

"Baik, mari kita kupas pembahasan ini lebih dalam, jadi simaklah baik-baik... Kata membentuk suara, suara berarti getaran, getaran berarti energi. Dengan demikian bisa diartikan bahwa alam semesta tercipta dari energi atau getaran. Energi bersifat kekal namun selalu berubah. Kita sudah mengetahui bahwa massa tidak lain adalah energi yang membeku sedangkan energi tidak lain adalah materi yang dibebaskan. Energi adalah materi dan materi adalah energi. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini sesungguhnya hanyalah manifestasi dari energi. Begitu pun sebuah nama yang berarti juga adalah energi."

Penjabaran dari Guru yang cukup rumit, telah membuat diriku menggaruk-garuk kepala.

"Uh... Tunggu... Tunggu sebentar... Biarkan aku mencerna semua ini dulu. Ini sedikit terlalu banyak bagiku."

"Baru begini saja sudah kebingungan. Aku jadi heran, darimana kehandalan dirimu dalam memanipulasi energi roh?"

"Tentu saja aku paham mengenai penjelasan Guru. Tapi yang sulit aku pahami adalah mencari hubungan antara kekuatan nama dengan penjelasan terkait energi yang baru saja Guru sampaikan."

"Maka dengarkan aku dulu sampai selesai, semua pertanyaanmu itu akan segera terjawab. Kamu harus tahu bahwa dalam ilmu Metafisika dikenal adanya "Empat Manifestasi Awal" di dalam segala sesuatu yang membentuk alam semesta dan segala isinya ini. "Empat Manifestasi Awal" tersebut adalah "Sabda atau Nama", "Waktu", "Ruang", dan "Dzat kehidupan". Empat Daya ini bersifat tunggal dan tak terpisahkan. Dari "Empat Daya Manifestasi" ini "Sabda atau Nama" merupakan faktor perubah yang terkuat dan sekaligus juga merupakan faktor perubah yang paling mudah dikendalikan. "Waktu" adalah alat ukur yang telah tercipta oleh pikiran. "Ruang" adalah faktor perubah yang terlemah. "Dzat kehidupan" merupakan faktor perubah yang terkuat namun merupakan faktor perubah yang kompleks. Dengan merubah ataupun memberi "Sabda atau Nama" maka "Ruang" dan "Dzat kehidupan" ikut berubah."

Aku buka tatapan mataku selebar mungkin, akhirnya aku mendapat garis utama dari semua penjelasan yang Guru sampaikan.

TAP!!!

Tanpa kusadari aku melakukan tepukkan kecil antara permukaan telapak tangan kiri dengan tepi bawah kepalan tangan kanan, dikala mengekspresikan bahwa diriku baru saja mendapatkan sebuah pencerahan.

"Aku telah mendapatkan intinya... Dengan kata lain bahwa membuat ataupun memberikan sebuah nama pada Teknik Roh akan melepaskan energi yang membeku dalam materi yang tidak lain adalah Energi Roh. Jika energi yang masih membeku dalam Energi Roh dilepaskan maka kekuatan yang jauh lebih besar akan tercipta. Membangkitkan potensi penuh dari Teknik Roh adalah dengan pemberian nama."

"Tepat sekali... Karena itu, berikanlah nama yang tepat untuk menggambarkan Teknik Roh yang kamu ciptakan. Nama yang paling sesuai akan semakin meningkatkan kekuatan dari sebuah Teknik Roh. Karena "Empat Manifestasi Awal" juga berada dalam pikiran, maka sesuaikan nama dengan penggambaran Teknik Roh itu didalam pikiranmu."

"Lalu mengapa Energi Roh masih perlu dirubah kembali menjadi energi menggunakan nama? Bukankah Energi Roh sudah merupakan energi itu sendiri?"

"Energi Roh sebenarnya merupakan salah satu "Dzat Kehidupan", dengan menamai "Dzat Kehidupan" dengan sebutan "Energi Roh", menyebabkan "Dzat Kehidupan" dapat berubah menjadi energi yang dapat digunakan dengan beragam cara oleh mahluk hidup. Namun dengan pemberian nama pada Teknik Roh, maka dapat memaksimalkan perubahan "Dzat Kehidupan" menjadi energi beserta sifat energi tersebut sesuai dengan bayangan aturan dari Teknik Roh yang terbentuk dalam pikiran."

"Ah... Begitu... Aku sudah memahami kekuatan dari sebuah nama sekarang. Meski sedikit pusing ketika harus mempelajari kekuatan nama hingga ke akarnya."

"Jadi akankah kamu beri nama Teknik Roh ciptaanmu itu?"

"Hmmmm..."

Aku menoleh kesana-kemari untuk mencari sesuatu pada lingkungan sekitar ku.

Setelah beberapa saat akhirnya aku menemukan yang aku cari, sebuah bongkahan batu besar seukuran rumah 2 lantai yang berdiri tegak ditengah-tengah padang rumput ini.

Kurasa batu itu bisa menjadi alat uji coba yang cocok untuk mengetes Teknik Roh yang akan aku berikan nama.

Kedua kakiku segera mengambil langkah, berlari kecil untuk menghampiri batu tersebut.

Kurang lebih memakan waktu 3 menit, akhirnya aku sampai juga pada lokasi.

Sekilas aku amati seluruh permukaan batu yang berdiri kokoh dihadapanku.

"Bongkahan batu besar ini cukup ideal kurasa, sangat kokoh layaknya batu karang."

"Menggunakan batu ini sebagai acuan untuk menilai... Bagus juga, kamu akan bisa dengan jelas melihat perbedaannya jika obyeknya sebesar ini."

"Tinggal mencari nama yang tepat... Hmmm..."

Aku menoleh pada langit sembari mengingat kembali dampak yang dibuat oleh Teknik Roh ku.

Baik dampak yang dibuat terhadap banteng sebelumnya ataupun pada lingkungan sekitar melalui tebasannya.

Potongannya begitu rapi dan halus, tidak meninggalkan bekas koyakan kasar sama sekali.

"Mampu memotong apapun... Tebasannya seolah melewati ruang kosong... Nama yang mampu melukiskan tebasannya."

Akhirnya sebuah ide telah terbersit dalam kepalaku.

Bersamaan dengan ide yang masuk, aku menundukkan kepalaku.

Kedua telapak tangan aku taruh pada pinggang, lalu napas aku hembuskan.

"Huft... Aku akhirnya mendapatkan nama yang mampu menggambarkan Teknik Roh milikku."

Pergelangan tangan kanan pun aku angkat kesamping dengan sudut 45°.

Telapak tanganku lalu mengepal seperti tengah menggenggam sebilah pedang.

Energi roh mulai muncul dan membentuk sebilah pedang, sama seperti sebelumnya.

"Nama yang akan ku berikan terhadap Teknik Roh ini adalah..."

Kemudian aku mengambil posisi kuda-kuda berpedang, sembari mengumpulkan tenaga pada kedua pergelangan lengan yang tengah memegang pedang dari energi roh ini.

"Teknik Roh Dasar Tingkat Atas... Pedang Penebas Kehampaan!!!"

Cahaya dari energi roh berbentuk pedang ini telah naik intensitasnya.

Tekanan energi roh yang terbentuk, terasa peningkatannya dengan sangat drastis.

Suara dengungan akibat dari putaran berkecepatan tinggi pada gerigi mata pedang dengan udara, terdengar makin keras.

Gerakan udara yang terpengaruh karena pedang energi rohku, membuat helaian rambut bagian depan jadi sedikit terangkat.

Aku lalu memantapkan postur ku setelah tenaga yang aku kumpulkan terasa sudah cukup.

SLAAAASSSSSHHHHH!!!

Tebasan diagonal mengarah pada batu dari kanan atas menuju kiri bawah, aku lakukan dalam sepersekian detik.

Tekanan angin yang muncul dan menyusul setelah tebasanku, menghembuskan apapun disekitarnya dengan cukup kuat.

Dan yang paling mengejutkan adalah ruang yang dilalui tebasanku sampai terdistorsi dalam durasi beberapa detik.

Setelah distorsi ruang telah memudar, potongan yang muncul pada batu itu terlihat sangat halus.

Seolah kedua belahan batu itu tidak pernah menyatu sama sekali.

Belahan batu yang diatas kemudian jatuh menimpa belahan dibawahnya.

Setelahnya bergeser turun karena kemiringan potongan pada batu, hingga jatuh menyentuh tanah.

Getaran yang ditimbulkan pada tanah juga terasa sangat kuat.

Kurasa bagian batu yang dilalui dampak tebasanku telah dilahap oleh distorsi ruang, makanya dapat terbentuk serapi itu.

Hampir mirip dengan dampak seranganku sebelumnya, tapi kali ini sifatnya berbeda dan jauh lebih berbahaya.

Karena pada serangan kedua, yang memotong tidak hanya tekanan angin, namun distorsi ruang.

Lalu untuk sisi dibalik batu, rerumputan yang berdiri dalam jangkauan tebasanku juga mengalami nasib yang sama.

Rerumputan yang terpotong mencapai jarak 30-an meter.

Melihat dampak yang terjadi justru telah melampaui ekspetasiku, membuatku hanya bisa kembali tersenyum kecut.

"Sepertinya aku telah membuat senjata pembunuh masal."