Bara memperlambat laju mobil kala memasuki pekarangan rumah orangtuanya. Di sana sudah ramai oleh mobil polisi dan ambulance.
"Ma, gimana?"
Kinan yang dihampiri putranya dengan tergesa menggeleng dengan air mata tumpah-ruah.
"Meninggal, Bar. Meninggal..."
Bara langsung jatuh terduduk. Kepalanya mendadak kosong. Tidak habis pikir dengan kelakuan sepupunya yang sangat sakit jiwa.
"Iva di mana?"
Kinan melirik keponakannya yang terduduk lemas di sudut ruangan dengan tangan di borgol. Bara mengikuti arah yang sama dengan Kinan. Dadanya bergemuruh hebat. Banyak kata makian yang ingin Bara ucapkan. Tapi tertahan karena bobot tubuhnya yang melemah dan air mata yang mulai tumpah. Dadanya sesak.
"Pembunuh..." desisnya dengan tangan terkepal.
"Mending kamu ke kamar, Cecil butuh kamu." Kinan mengusap lengan putranya. "Biar Mama dan Papa yang nungguin mobil jenazah Tante kamu."