Kinan memperhatikan Bara dan Cecil bergantian. Telinganya tidak mungkin salah dengar kan? Hamil? Benar. Itu yang sempat ditangkap pendengarannya tadi.
"Cecil hamil?"
Cecil tersenyum lembut sambil meraih tangan Kinan yang berada di atas meja. Ketiganya masih berada di dapur. Kinan duduk di kursi paling ujung dekat dengan Cecil. Kursi yang biasanya diduduki oleh Tomi, sang kepala keluarga.
"Iya, Ma. Alhamdulillah."
Kinan tampak berkaca-kaca. "Alhamdulillah, Nak. Ya ampun, kenapa nggak bilang ke Mama sama Papa?"
Cecil meringis karena merasa bersalah. "Maaf ya, Ma. Bukannya Cecil nggak mau bilang. Cuma mau ngasih kejutan aja nanti pas perutnya udah membuncit."
Kinan balas menggenggam tangan Cecil. "Iya nggak papa. Mama senang. Semoga dedeknya baik-baik aja di dalam sana. Jaga kesehatan ya, Sayang. Jangan capek-capek."
