Happy reading.
******
Sandra merasakan sedikit guncangan di tubuhnya lalu dia mulai membuka matanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah dada bidang yang sexy lalu dia mendongak Sandra mendapati Alex memandanginya. Seketika pipinya memerah karena malu terpergok mengagumi dada suaminya.
"Morning, San San"Alex mengecup kening Sandra.
"Morning too," ucap Sandra masih sedikit mengantuk, dilihat sekelilingnya. Ini bukan kamarnya. Di mana dia?
"Alex ini kamar siapa? Dan di mana ini?"
"Di pesawat."
"Apa? Pe-pesawat?"Sandra langsung terduduk dan mulai mengamati sekelilingnya. Seketika itu ia sadar dia memang di dalam pesawat. Lebih tepatnya jet pribadi.
"Bagaimana aku bisa sampai di sini."
Alex menarik tubuh Sandra dan merebahkannya di dadanya. "Aku menggendongmu?"
"O ya? Kenapa aku tidak bangun?"
Alex tertawa pelan. "Karena kau kelelahan habis meneriakiku selama dua jam lebih."
"Kapan aku teriak?"
"Apa perlu kuulangi?"
"Ulangi?"
"Teriakanmu."
"Aku tak merasa berteriak."
"Lalu yang semalem apa kau bilang uch ... yeah ... terus Alex ... ini sangat nikmat ... uch ... lebih cepat sayang. Faster ... fas ... ter ... Aleeeeeeexxzz ...."
Mendengar itu muka Sandra langsung merah padam seperti kepiting rebus, dan dia makin menyelungsupkan wajahnya ke dada Alex. "Kenapa malu, Sayang? Aku tidak keberatan kok malah aku senang jika kamu seperti itu."
"Apaan sih?"
Alex tertawa pelan melihat San San makin malu. "Aaauuu ...." Alex menjerit karena Sandra mencubitnya. "Sakit, Sayang?"
"Siapa suruh ngegodain terus."
Bukannya marah Alex malah makin mengeratkan pelukannya. Setelah beberapa lama keheningan Sandra mulai merasa ada yang kurang.
"Ada apa, Sayang?"
"Aku lapar," rengek Sandra.
Alex langung tertawa mendengarnya. "Sebentar aku panggil pramugari dulu."
Sandra lalu duduk di pinggir ranjang. Tunggu dulu, kenapa ada ranjang di pesawat? Lalu matanya menelusuri seluruh interior dan dia terkagum-kagum menyaksikan seluruh isi pesawat. Ini sih bukan seperti pesawat tapi hotel bintang 5.
Tak lama Alex masuk lagi dengan nampan berisi berbagai makanan.
"Sayang, makanlah! Dedek pasti sudah lapar."
Sandra yang memang sudah lapar tak perlu disuruh 2 kali dia langsung melalap habis makanan di depannya. Dan dalam waktu singkat semuanya sudah klimis. Alex hanya tersenyum melihat tingkah istrinya.
Setelah menyingkirkan bekas makan Sandra, Alex merebahkan dirinya ke kasur lagi, dan memeluk perut Sandra dengan sayang.
"Alex?"
"Hm ...."
"Kita mau ke mana?
"Rahasia."
"Alex ...."
"Iya, Sayang."
"Serius ah ... kita mau ke mana? Apa tempatnya jauh? Kenapa harus naik pesawat? Ah ... Ya Tuhan aku bahkan belum berkemas."
Alex tertawa pelan-pelan. "Kau tau, San San, kurasa aku akan memiliki garis tawa karenamu."
"Alex ...."
"Sudahlah, tidur lagi, perjalanan masih jauh."
"Dan soal kita mau ke mana itu kejutan nanti kau juga tau."
Sandra mengembuskan napas kesal, percuma debat dengan Alex karena dia pasti kalah. Akhirnya Sandra menyerah dan mengikuti saran Alex untuk kembali tidur.
********
Sandra membuka matanya karena silau matahari mengenai wajah cantiknya.
Dilihatnya Alex masih tidur dengan lelap di belakangnya dengan lengan yang memeluk perutnya.
Sandra berusaha bangun dengan perlahan agar Alex tidak terbangun, matanya menelusuri seluruh ruangan. Dia masih bingung terakhir dia ingat dia tidur dalam pesawat. Sekebo itukah tidurnya sampai pindah tempat pun dia tak sadar.
Kamar ini tak seperti tempat yang akan di tuju seorang Alexander Draco, tapi itulah yang terjadi. Seluruh ruangan ini terdiri dari kayu, kayu jati yang dipoles halus dan mengkilat. Bahkan perabotannya seluruhnya juga terbuat dari kayu. Mulai dari meja kursi hingga vas bunga juga dari kayu.
Sandra keluar dari kamar dengan pelan. Ternyata dia ada di lantai 2. Jujur Sandra belum pernah melihat rumah kayu seunik ini, ditelusuri setiap ruangan ternyata ada 3 kamar tidur dan ada ruang keluarga serta ruang tamu, dapur, dan satu kamar dekat dapur yang sepertinya diperuntukan para maid, dan semua sampai ke ornamen terkecil pun terbuat dari kayu.
Sandra lalu melihat keluar jendela terlihat ombak bergemuruh. Ternyata dia ada di pantai. Seketika senyumnya merekah. Dia sangat suka pantai.
Tanpa menunggu Alex, Sandra keluar dari rumah kayu dan menuju pantai. Tetapi dia heran karena pantai ini sangat sepi tak ada tanda-tanda keberadaan orang selain dirinya. Bodolah yang penting dia di pantai.
Segera dilepaskan alas kakinya. Dan berjalan menelusuri pantai dengan kaki telanjang rasanya sangat menyenangkan. Setelah berapa lama dia duduk dan membuat istana pasir. Dia bersenandung ringan mengingat kenangan masa kecilnya dengan ke dua kakaknya yang selalu membuat istana pasir jika berlibur ke pantai.
Entah sudah berapa lama Sandra menikmati kesendiriannya di pantai hingga tak menyadari Alex sudah ada di dekatnya.
Sebenarnya Alex sudah berada di sana sejak Sandra membuat istana pasir tetapi dia tak mau mengganggu kesenangan istrinya, jadi dia hanya memperhatikan istrinya yang lucu dengan tingkah seperti anak kecil. Bahkan Alex beberapa kali mengabadikan momen tersebut tanpa sepengetahuan Sandra.
Sandra tersentak kaget saat tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang.
"Kamu sepertinya senang sekali San San?"
Sandra tersenyum. "Kau sudah bangun?"
"Ya ... dan kau membuatku khawatir karena tiba-tiba menghilang."
"Maaf aku memang tak bisa mengendalikan diriku jika melihat pantai."
"Hm ...." Alex menyusupkan wajahnya dan mengecupi leher Sandra dari belakang.
"Alex jangan begitu bagaimana kalau ada yang lihat."
"Ini pulau pribadiku jadi hanya ada kita berdua di sini."
"Hanya kita berdua? Lalu kalau kita butuh sesuatu gimana?"
"Tenang saja sebenarnya di balik bukit itu ada desa kecil. Mereka adalah orang yang aku tugaskan merawat pulau ini, dan mereka tak akan ke sini jika tak kuperintah jadi privasi kita aman di sini."
"Apa ini masih di Indonesia?"
"Bukan kita sekarang ada di pulau kecil antara Indonesia, Singapura, dan Brunei Darussalam."
"Emang ada?"
"Kalau tidak ada, kamu tidak mungkin ada di sini sayang."
Sandra merebahkan kepalanya di dada bidang Alex sambil menikmati matahari terbenam, ini sungguh momen yang tak pernah dibayangkan Sandra akan dilaluinya bersama Alex.
Setelah hari mulai gelap Alex menuntun Sandera memasuki rumah. Sandra heran karena di meja makan sudah terdapat berbagai makanan tersedia.
"Siapa yang masak?"
"Tadi ada maid ke sini."
"Lalu ke mana dia?"
"Pulang."
"Laki-laki apa perempuan?"
"Wanita."
"Masih muda."
"Hm ...."
"Cantik?"
"Lumayan tapi sexy."
"Sexy? Dia selingkuhan kamu?"
"Maunya," kata Alex polos
"Alexxx!" Sandra memukul lengannya.
"Aw ... sakit, Sayang!"
"Lagian kamu sih!" Sandra menghentakkan kakinya dan pergi menuju kamarnya, tetapi baru berapa langkah lengannya ditahan Alex dan langsung dibalikkan tubuhnya hingga menghadapnya.
Alex merangkum wajah istri mungilnya dan merapatkan tubuhnya. "Jangan cemburu Sayang aku hanya bercanda kok. Maid di sini semuanya sudah berkeluarga dan usianya di atas tiga puluh lima tahun jadi kamu gak usah khawatir aku bakal kecantol sama mereka." Alex menciumi wajah Sandra bertubi-tubi.
"Alex ... sudah aku mau mandi dulu!" Dengan enggan Alex melepaskan pelukannya.
Setelah mereka selesai mandi mereka makan malam dengan diam, lalu Alex menyalakan perapian yang ada di dekat ruang keluarga. Bukan perapian asli tapi cukup membuat suasana semakin romantis. Alex bahkan sudah menata bantal-bantal di dekat perapian sedemikian rupa hingga terkesan seperti ajakan untuk segera melakukan skidipap.
Mereka berdua menikmati hangatnya perapian dalam diam, hanya tangan yang saling menggenggam dan bisikan cinta yang selalu diucapkan Alex di antara kecupan dan pelukannya.
Tak terasa salah satu ciuman itu berlanjut hingga keduanya mengarungi lautan cinta untuk yang kesekian kalinya hingga desahan dan erangan merekalah yang mengisi keheningan malam itu.
*****
TBC.