Pagi harinya begitu Sandra membuka mata. Ayu masih tertidur pulas. Sandra segera mandi dan mengganti baju. Bahkan dia sudah menyiapkan sarapan untuk mereka. Sandra mengamati wajah Ayu yang masih terlihat membiru.
"Pagi Mbak."
"Pagi San, makasih ya semalem udah mau nemenin Mbak," ucap Ayu tersenyum lemah.
"Mbak ini kayak ama siapa aja. Em ... Mbak udah gak apa-apa?"
"Mbak nggak apa-apa San ... kamu tenang aja mending kamu sekarang sarapan. Aku tau kamu juga lagi hamil jadi harus jaga kondisi tubuh." Sandra mengangguk.
"Mbak juga segera sarapan ya, Sandra tunggu di meja makan."
"Iya," jawab Ayu lalu turun dari ranjang tidurnya.
Mereka sarapan dengan tenang lalu setelah selesai Sandra mencuci piring kotor sebelum bergabung dengan Ayu yang kembali ke kamar.
"Mbak mau ke mana?" tanya Sandra heran saat melihat Ayu sudah rapi.
"Mbak mau ke kantor buat kasih surat pengunduran diri lalu Mbak bakal pergi jauh dari sini"
"Mbak mau pergi ke mana?"
"Semalem pas kamu udah tidur Mbak ngehubungi Mas David dan kebetulan lima hari lagi dia ada bisnis di Jakarta. Trus dia mau ngajakin Mbak tinggal di Jerman sama dia."
"Maksud Mbak Mas David Mas David kita?"
"Iya."
"Mbak tau Mas David ada di mana?"
"Iya San ... Mas David sekarang tinggal di Jerman."
"Kok Mbak nggak pernah kasih tau kalau Mas David ada di Jerman. Aku tu kangen banget ama Mas David."
"Sebenernya Mbak juga belum lama 3 bulan lalu pas acara pernikahanmu Mas David dateng trus besoknya dia nongol di apartemenku trus kita berhubungan sampai sekarang."
"Ini gak adil kenapa Mbak gak kasih tau aku. Emang aku bukan adiknya ya? Aku tu selama ini bertanya-tanya di mana Mas David apa dia baik-baik saja?"
"Maaf ya San ... bukan maksud Mbak nyembunyiin semua ini tapi Mas David belum mau ketemu ayah, jadi dia gak mau keberadaannya diketahui. Lagian Mas David lima hari lagi ke sini dan bakal nemuin kamu."
"Ya udah sekarang kasih nomor Mas David sama aku biar aku telp dia." Ayu memberikan nomor telepon David. Membuat Sandra senang. Dia meninggalkan apartemen Ayu dengan langkah sedikit riang karena mengetahui kakaknya akan saling menjaga satu sama lain. Mas David pasti nanti juga akan membantu permasalahannya dengan Alex dan ayahnya Tama.
Begitu memasuki rumah Sandra langsung mengganti baju dan menyiapkan makan siang untuk Alex. Sekarang waktunya Sandra menyelesaikan masalahnya sendiri. Karena ini menyangkut perusahaan maka sebaiknya menyelesaikan ini di kantor.
Sandra akan minta maaf pada Alex dan berusaha mengembalikan semua data-data yang dia curi.
"Nyonya, kita sudah sampai," kata sopir yang mengantar Sandra.
Sandra langsung melenggang masuk dalam kantor dan menuju lift. Sesampainya di atas, Sandra melihat sekertaris Alex sedang merayu Joe dan menempelkan dada besarnya di atas meja sehingga terlihat akan meloncat keluar.
"Joe apa Alex ada di dalam?"
Joe yang awalnya membelakangi Sandra kini menatap tajam. Membuat Sandra heran. Ada apa sebenernya? Ke mana Joe yang ramah dan ceria.
"Joe?? You fine?"
"Alex menunggumu di dalam," katanya ketus.
Hanya itu jawaban yang diberikan Joe. Tidak mau ambil pusing Sandra masuk ke ruangan Alex.
"Sayang aku dat ...." Sandra terdiam melihat tatapan Alex yang datar dingin dan tajam. Lalu di sana juga ada Jack.
Sekarang Sandra tahu bahwa semua telah berakhir.
*****
Sebelumnya
Otak Alex terasa mampet. Dia sudah menghubungi mommy dan Joe tetapi tak ada yang tau keberadaan Sandra. Tak lupa juga sang mertua dia datangi tetapi hasilnya nihil.
Perasaannya kacau. Rasa lelah berganti rasa panik saat pulang dari kantor dan tak mendapati Sandra di rumah. Tak ada orang yang tau ke mana dia pergi. Dia pergi sendiri dan tak membawa hp.
Saat sedang membelokkan mobil di persimpangan jalan ponselnya bergetar.nomor tak dikenal.
"Halo ...."
"Sayang ...."
Saat mendengar suaranya seketika hati Alex terasa adem. Apalagi mendengar panggilan sayang yang terucap dari mulut sang istri. Membuat Alex bahagia.
Sandra menjelaskan tentang keadaan kakaknya dan Alex langsung memaklumi. Walau sebenarnya Alex ingin sekali menjemputnya tapi dia tahan. Alex tidak boleh egois, kakaknya Sandra sedang ada masalah, dia harus bisa menahan rasa rindunya sementara waktu, karena tahu Ayu lebih membutuhkan Sandra untuk malam ini. Lagipula mulai besok dia masih bisa memiliki Sandra untuk dirinya sendiri.
Pagi harinya Alex bangun dengan semangat baru. Dia bahkan bernyayi tatkala mandi, hal yang sudah sangat lama tidak dia lakukan. Alex akan ke kantor dan menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Karena malam ini Alex ingin membawa istrinya bulan madu ke pulau yang sudah lama dia beli tapi jarang dia kunjungi.
Begitu sampai di kantor Alex langsung mulai bekerja dan setelah berkutat dengan berbagai dokumen dia memandang ponselnya yang sepi. Kenapa San San belum menghubungi? Apa dia belum pulang? batin Alex bertanya-tanya.
Alex baru akan menghubungi Sandra saat Joe dan Jack menerobos masuk seperti biasa tanpa mengetuk dulu. Alex hendak memprotes tetapi dia urungkan ketika melihat wajah saudaranya yang memerah marah.
Brak!
"Kakak harus lihat ini."
Alex melihat dokumen yang dibanting di meja kerjanya. Alex membacanya dengan teliti. Namun semakin lama dia membaca dokumen itu. Kemarahan Alex seketika meledak. Alex tidak menyangka orang yang sudah dia anggap sebagai orang tuanya sendiri ternyata mengkhianatinya hanya demi kekuasaan dan harta.
"Sebenarnya aku tidak ingin mengatakan ini tapi kurasa kau harus tahu." Suara Jack hanya berupa gumaman.
"Tentu saja aku harus tahu." Mertuanya menipunya.
"Dan istrimu juga terlibat."
"Apa maksudmu?"
"Dialah hacker-nya."
Seketika dunia Alex seakan berhenti berputar. Di saat dia bahkan baru menemukan apa itu cinta dia dikhianati dengan begitu kejamnya. Seribu satu pertanyaan muncul di dalam benak, kenapa? Kenapa dia lakukan ini. Padahal jika Sandra meminta jangankan perusahaan dunia pun akan Alex serahkan padanya.
Namun Sandra malah memilih cara kotor dan licik untuk menguasai hartanya. Sekarang Alex mengerti. Pasti Sandra hanya alat pancingan belaka agar dia lengah. Sedangkan tujuan perjodohan ini sebenarnya hanyalah untuk menguras hartanya. Alex tertawa pahit. Sandra sungguh memerankan perannya dengan sangat baik. Mencintainya? Bullshit. Alex, tertipu mentah-mentah.
Baiklah mereka sudah memainkan perannya sekarang giliran Alex yang akan menunjukkan pada mereka, siapa dia sebenarnya. Mereka baik, Alex juga baik. Mereka jahat, Alex 1000 kali lipat bisa lebih jahat.
Alex menghubungui asistennya yang bernama Harry.
"Sir ...."
"Ambil alih semua showroom milik Brawijaya otomotif secepatnya!" perintah Alex mutlak.
"Baik, Sir ...."
****
TBC.