Alex memandang wajah Joe dan Jack yang menegang.
"What ...?" tanya Alex santai saat melihat mereka ingin protes.
"Jangan mengasihani pengkhianat," ucap Alex sebelum Joe mengeluarkan rasa kasihan untuk orang yang sudah menipunya.
"Aku tidak protes soal perusahaan itu. Aku hanya ingin tau apa yang akan kau perbuat pada kakak ipar?" tanya Joe was-was.
"Jangan memanggilnya kakak ipar lagi. Mulai hari ini dia tidak pantas menyandang predikat itu."
"Aku juga tidak suka tapi dia sedang hamil. Dan entah mengapa aku merasa ada yang janggal di sini?"
"Aku juga merasa seperti itu," sahut Jack cepat.
"Jadi apa yang sebenarnya ingin kalian sampaikan padaku?"
"Sebaiknya jangan lakukan apa pun dulu pada ka—maksudku Sandra. Sampai semua sudah jelas. Bagaimanapun walau dia mengkhianatimu tapi dia juga ibu dari anakmu jadi aku hanya tidak ingin kehilangan keponakanku saja."
"Apa yang akan kulakukan padanya akan kuputuskan sendiri." Alex sudah terlanjur kecewa.
"Terserah yang penting kau jangan keterlaluan. Ingat Sandra istrimu dan dia sedang hamil anakmu." Joe berbalik dan langsung meninggalkan ruangan.
"Jadi sudah berapa lama kamu tahu?" tanya Alex langsung pada Jack.
"Sejam setelah hacker itu masuk menyabotase datamu," jawabnya datar. Tidak terintimidasi sama sekali dengan tatapan tajam Alex.
Alex mengangguk. Bersamaan dengan itu Sandra masuk ke dalam ruangannya. Sandra baru akan menyapa dirinya. Tetapi begitu melihat tatapan tajam Alex dia terdiam seketika. Bagus sepertinya wanita itu sadar bahwa kedoknya sudah terbuka, batin Alex sinis. Jack yang tidak mau ikut campur urusan rumah tangga mereka langsung menyingkir.
Lalu hening. Sandra menunduk tidak berani menatap wajah Alex. Sedang Alex berdiri lalu mendekat ke arah Sandra seolah ingin meremukkan dirinya seketika.
"Kenapa?" tanya Alex dengan penuh rasa kecewa.
Sandra masih menuduk dengan tubuh bergetar menahan tangis. "So ... sorry," ucap Sandra sambil terisak.
"Tidak ada pembelaan?" tanya Alex berusaha tidak kasihan melihat air mata istrinya. Itu air mata palsu.
"Sorry ... Alex aku benar-benar minta maaf."
Alex memukul meja dengan kuat hingga Sandra terlonjak kaget. Air matanya semakin deras.
"Kau akan tetap tinggal di rumahku sampai bayinya lahir setelah itu aku akan menceraikan dirimu dan mengirimmu pergi sejauh mungkin dari keluargaku dan jangan harap bisa kembali."
"No ... jangan lakukan ini Alex aku akan menjelaskan semuanya." Sandra tidak mau berpisah dengan anaknya.
"Menjelaskan apa? Menjelaskan bahwa wanita yang kusayangi ternyata hanya sebuah pancingan agar aku lengah dan dia bisa menguras hartaku?"
Sandra menggeleng dengan kuat dan berusaha menggapai Alex. Tetapi Alex langsung menepisnya dengan kasar.
"JANGAN MENYENTUHKU dan jangan memandang dengan wajah seolah-olah terluka aku tidak akan tertipu lagi!" bentak Alex membuat Sandra sedih hingga merosot ke sofa menutup wajahnya dan menangis tersedu-sedu.
Alex segera menghubungi sopirnya agar mengantar Sandra pulang. Dia masih muak melihat wajah istri pengkhianatnya itu.
"Bawa Nyonya pulang dan perketat penjagaan jangan sampai dia keluar dari rumah dan jangan biarkan siapa pun bertemu dengannya tanpa seizin dariku," perintah Alex pada sopir dan bodyguard.
Setelah itu dengan paksa Sandra ditarik keluar dari kantor Alex dan dikurung di rumahnya.
******
Pagi ini ada yang berbeda. Karena ketika Sandra membuka mata ranjangnya terasa dingin. Tidak ada Alex di sana. Sandra benar-benar akan ditinggalkan oleh suaminya itu.
Sandra kembali menangis hingga matanya bengkak, kepalanya berdenyut-denyut serasa habis dipukul godam. Baru saja Sandra menurunkan kaki dari atas ranjang dia merasakan perutnya seperti diaduk-aduk tidak keruan. Sandra langsung berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya. Akan tetapi hanya lendir yang keluar dari mulutnya. Sandra jadi ingat dari kemarin dia belum makan selain sarapan bersama Ayu.
Sandra duduk di atas kloset sambil menyandarkan kepalanya yang sangat pusing. Ini benar-benar sempurna. Dia mengalami morning sickness yang pertama saat Alex malah membencinya. Sandra sedih, tetapi semua ini memang kesalahannya. Dia harus tetap menerima bagaimanapun perlakuan Alex padanya.
Hingga dua minggu berlalu. Sandra selalu memuntahkan apa pun yang dia makan. Morning sickness yang dia alami benar-benar tidak kenal waktu bisa datang kapan saja. Bukan hanya pagi atau siang kadang tengah malam pun Sandra mengalaminya. Sedangkan Alex seperti menganggapnya tidak ada.
Alex selalu pulang larut dan berangkat pagi-pagi sekali. Bahkan dia tidur di kamar yang berbeda atau kadang di ruang kerja, kadang sofa, dan lebih sering tidak pulang sama sekali. Sandra merindukan Alex yang mencintainya.
Pagi ini lagi-lagi Sandra memuntahkan sarapannya. Dia berusaha keluar dari toilet dengan tubuh lemas dan pucat. Sepertinya berat badannya turun drastis.
Sandra menuju dapur untuk mengisi perutnya lagi. Walau sebenarnya Sandra yakin akan memuntahkannya, tetapi setidaknya Sandra tetap berusaha memberi asupan gizi pada anaknya. Sandra baru menelan beberapa potong buah yang dia ambil dari kulkas saat mendengar suara ribut di depan rumahnya.
Sandra segera keluar dan betapa terkejutnya dia waktu melihat Mas David sedang memukuli beberapa bodyguard Alex. Sandra ingin menolong kakaknya tetapi langsung dihadang bodyguard yang lain. Sandra tidak tega melihat pertarungan tidak seimbang itu.
"Mas David pergi ...."
"What?" tanya David yang terlihat khawatir saat melihat wajah Sandra terlihat pucat.
"Please Mas pergi...." Sandra memohon dan memberi isyarat bahwa nanti akan dia jelaskan.
David menuruti keinginan Sandra dan pergi dari rumah ini. Sandra merasa lega karena kakaknya tidak jadi babak belur. Tetapi rasa leganya berganti rasa pusing yang semakin dahsyat.
Lalu tubuh Sandra merosot ke lantai karena tidak tahan dan langsung pingsan.
******
TBC.