Chereads / Raquel / Chapter 1 - BAB 1

Raquel

🇮🇩rubahkecil
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 355.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - BAB 1

"You are my sunshine

My only sunshine

You make me happy, when sky is grey

You never know me, how much I love you

Please don't take my sunshine away..."

Setiap malam, ayah selalu memanjakanku layaknya seorang putri. Dia mungkin tidak ahli dalam membaca dongeng, tapi lagu yang biasa dinyanyikan mampu menyihirku sampai tertidur pulas, ini semua berkat suaranya yang indah dan merdu.

Suara ayah yang tidak kalah dengan penyanyi terkenal itu mungkin akan membuat siapapun yang mendengarnya akan berdecak kagum dan berpikir "Kenapa dia tidak menjadi penyanyi saja?"

Biasanya aku langsung tertidur layaknya dihipnotis sebelum penghujung lagu. Tapi malam ini mataku tetap terjaga, semua ini karena teman sekolah yang selalu menggangguku, mereka selalu saja mengejekku dengan berkata kalau aku adalah penyebab kematian ibu.

Aku tidak pernah menghiraukan ejekan mereka yang setiap hari selalu diucapkan berkali-kali seperti radio siaran ulang, hanya saja hari ini ketika aku melihat mereka bersama dengan ibunya, aku merasa terdapat sebuah kehangatan yang tidak bisa kudapatkan dari seorang ayah.

Aku menggeleng-geleng kepala agar pikiran itu hilang dari benak, tidak mungkin aku meminta ayah untuk mencari ibu baru untukku. Itu hanya akan menambah kesedihannya mengingat ayah adalah orang yang sangat setia kepada ibu sehingga tetap memutuskan hidup sendiri meskipun dia telah pergi.

Bagaimana pun juga, aku sendirilah penyebab kepergian ibu yang membuat ayah saat ini harus mengurus diriku seorang diri.

"Apa yang sedang kau pikirkan bidadari kecil?" tanya ayah sambil mengelus lembut rambutku.

"Ayah, apa kau tidak membenciku?"

Dia lalu tertawa kecil. "Aku tidak mungkin membenci bidadari kecil. Mengapa kau bertanya seperti itu?"

"Karena ... Emm ..." Aku menelan ludah. "Bukankah aku penyebab kepergian ibu? Ibu harus kehilangan nyawanya demi melahirkanku."

Entah kenapa aku tiba-tiba keceplosan menanyakan hal bodoh seperti ini. Ayah terlihat kaget, lalu berusaha menjawab, "Mia ... dengarkan ayah baik-baik. Ketika ibu mengandung dirimu, dia sangat bahagia ingin kau segera lahir dan." Ayah tersenyun dan terus mengenang ibu. "Dia ingin segera melihat wajahmu, dia ingin secepat mungkin menggendong dirimu. Akan tetapi.." Terdengar helaan napas, ayah sepertinya sulit untuk melanjutkan, bibirnya terlihat sedikit bergetar,

"Akan tetapi ... Tuhan telah memanggilnya terlebih dahulu sebelum dia bisa melakukan semuanya." Tutupnya dengan senyum berat yang terlihat dikeluarkan secara paksa.

Hatiku terasa perih mendengarnya, mataku mulai berkaca-kaca, tapi kutahan sebisa mungkin agar airmata ini tidak menetes. Aku tidak mau menambah kesedihan ayah saat melihat dirinya sedang berusaha tersenyum agar aku tidak mengetahui kesedihan dihatinya.

"Maafkan aku, Ayah," bisikku pelan.

Ayah tersenyum kecil. "Kau tidak perlu minta maaf. Apa kau tahu? Sebelum ibumu pergi, dia meminta ayah berjanji agar selalu merawatmu dengan baik. Dia pasti sedang memperhatikanmu sambil tersenyum sekarang di atas sana."

Aku memeluk erat dirinya. "Ayah, Apa kau akan selalu bersamaku seperti sekarang?"

"Mia, ayah tidak akan selalu bisa bersama denganmu. Kelak ketika kau dewasa nanti, akan ada seorang pria yang menjagamu dan kau akan bahagia bersamanya." Ayah mengarahkan ciuman hangat ke dahiku.

Aku tidak mengerti maksud ucapan ayah. Selama ini hanya dia yang membesarkanku dengan penuh kasih sayang. Aku mulai bingung, sebenarnya siapa pria yang dimaksud ayah? Tidak mungkin ada pria seperti itu.