Aku mengerutkan dahi, berpikir sejenak. Oh iya! Minyak wangi cap kapak!
Aku mengambil minyak wangi dari laci meja, kusemprot ke tangan lalu kuusap ke baju.
Yuhu! Kali ini aku mengangkat kedua tangan menjentikkan jari, lalu kuarahkan kedua jari telunjukku ke depan cermin. "Sempurna!"
Setelah itu aku mengambil gantungan kunci yang terletak di atas meja,. Itu adalah hadiah pemberian Gray! Sebuah gantungan kunci yang terukir kata YAMS.
Mungkin Gray sengaja mengukir kata itu agar dia lebih mudah untuk menemukanku. Selama ini aku selalu menggantungnya di tas, aku percaya hari itu akan datang! Hari dimana kami akan bersatu kembali.
"Raquel!" Terdengar suara ibuku memanggil.
"Iya, Mom, wait!" Aku keluar kamar menghampiri, saat berada di hadapannya, ibu menatap tajam, dia memperhatikan dari atas rambut sampai ke ujung kakiku sambil menyilangkan tangannya.
"Ok!" Ibu menjentikkan jari lalu mengarahkan jari telunjuknya ke arahku. "Sempurna!" Setelah mendengar ucapan ibu, aku langsung mengibaskan rambutku dengan bangga.
***
Ibu mengantarku pergi ke kampus, setelah tiba di gerbang kampus, aku mencium pipinya lalu membuka pintu mobil.
"Sebentar, Raquel!" Ibu menarik tanganku sebelum aku turun dari mobil.
Aku menghela napas, sudah tahu apa yang akan diucapkan olehnya. "Selalu ingat kata Mom! Harus tetap terlihat sempurna di kampus agar semua pria terbuai akan kecantikanmu! Mau bilang itu kan, Mom?"
"Yup! Anak pintar!" Ibu tersenyum kecil lalu mencium keningku.
Aku keluar dari mobil lalu menutup pintunya, setelah memastikanku berjalan masuk kedalam gerbang kampus, ibu menghidupkan mobilnya kembali lalu pergi.
"Pagi ini rasanya dingin sekali." Tiba-tiba seseorang berbisik di dekat telingaku. Ah, dia adalah Brian Davies, pria gila rambut pirang yang juga merupakan teman sekelasku. Aku diam tak menghiraukan ucapannya.
"Tapi anehnya, setelah berada disampingmu, kenapa rasanya jadi hangat, ya?" Lanjut Brian.
Aku menghentikan langkah, kubalikkan badan lalu mendekatkan bibirku ke telinganya. "SUDAh BASI! JANGAN GANGGU AKU TERUS KENAPA, SIH?" pekikku keras membuatnya menutup telinga.
Saat aku hendak beranjak pergi, dia menarik tanganku hingga aku mendekap dalam pelukannya. "Eh! Kau jangan memintaku untuk melakukan hal yang sulit seperti itu! Ini semua juga karena kesalahanmu!"
"Lah? kok jadi salahku?"
"Jelas! Ini semua emang salahmu! Siapa suruh kau menggangguku duluan?!"
"Hah? Apa aku tidak salah dengar? Sejak kapan aku mengganggu hidupmu?!" Aku mengerutkan dahi kebingungan.
Brian tersenyum lalu meletakkan kedua tangannya pada wajahku. "Jadi … kamu masih tidak tahu, ya, selama ini? Setiap malam saat aku mau tidur, kau itu selalu muncul dalam pikiranku. Itu buat aku jadi susah tidur, tahu!"
"Grrrr! Lepaskan tanganmu! Jangan sentuh-sentuh aku!" Aku menepis kedua tangannya hingga terlepas dari wajahku, lalu berjalan pergi.
"I LOVE YOU, RAQUEELLL..!!!" Brian berteriak keras, membuatku malu karena banyak yang tertawa dan bersorak setelah mendengar teriakannya.
Sialan orang ini! Aku menoleh ke belakang menatapnya tajam, dia menebarkan senyum lebar seakan-akan tak malu dengan apa yang telah dia lakukan. Muka tembok sialan! Aku mendengus kesal lalu berjalan cepat masuk ke dalam kelas.
"Cieee! Yang dapat pernyataan cinta dari Brian." Goda teman yang duduk di sebelahku, Sherly Gomez.
"Apaan sih, Nyet!"
"Eleh, kenapa kau tidak jadian saja sama Brian? Dia sudah lama tergila-gila padamu."
"No! Tukang gombal gitu. Bikin muntah saja!"