Chereads / Crazy Bad Girl / Chapter 24 - Part 23. Cari Perhatian

Chapter 24 - Part 23. Cari Perhatian

Dario sedang duduk di kelasnya sambil meminum susu kotak cokelat ketika teman sekelasnya memanggil namanya dan memberitahu jika ada yang mencarinya.

Dengan masih meminum susu kotak tersebut, Dario mencari siapa gerangan yang ingin bertemu dengannya. Ternyata seorang siswi dengan lengan kemeja pendek yang tergulung, rambutnya nampak di kuncir buntut kuda.

Dan yang menarik perhatiannya jika ia memakai anting barbel yang juga Emilia pakai.

Pakaiannya kayak Lia, tapi cantikan Lia. Ia membatin.

"Ada apa ya?" Dario melihat gadis itu dengan kepala sedikit di miringkan ke kanan.

Gadis itu menatap Dario dari atas sampai bawah dengan sedikit memicing. Dario kurang nyaman di buatnya. "Ehm, sorry?"

"Ah," gadis di hadapannya itu menjentikkan jari. "Lo Dario, eh maksud gue Kak Dario. Kapten basket Kencana?"

Dario mengangguk, ia kembali menyesap susu kotaknya.

"Gue mau gabung eskul. Kata temen gue yang anak basket bilang aja mau join sama Kak Dario. Itu elo, kan?"

Dario mengangguk lagi. "Hari selasa sama sabtu, di lapangan jam delapan pagi."

Setelah mengatakan itu, Dario berlalu begitu saja ke luar kelas. Dan terlihat membalas sapa beberapa siswa siswi yang menyapanya.

Safna, siswi tadi yang berbicara kepadanya mencebik. "Songong amat!"

Hari kamis ini, seluruh siswa dan siswi di SMA Kencana free karena dua jam terakhir ada rapat guru dan murid-muridnya baru akan di perbolehkan pulang sesuai waktu biasanya.

Dario berjalan ke lapangan dan terlihat beberapa adik kelas serta kakak kelasnya sedang bermain bola basket. Dario memasukkan tangan kirinya ke dalam saku celana dan tangan kanannya memegang susu kotak.

"Woi, Dar. Join kali!" salah satu kakak kelasnya menyapa dan mengajaknya. Dario tersenyum simpul, "Tar dulu, Bang. Udah pw."

Beberapa orang di sana terkekeh dan kembali bermain. Tak lama Dario juga ikut bermain setelah menghabiskan susu kotaknya.

"Join dong."

Beberapa orang di sana menyambut Dario dengan baik, baik kakak kelas dan adik kelas juga welcome kepadanya karena Dario termasuk orang yang sopan. Jadi mereka juga menghargai Dario.

"Gerah, ih." tak sadar, Dario malah mengeluh sambil sedikit merengek. Suara itu biasa ia tampilkan jika dengan Emilia. Tapi gadis yang duduk memerhatikan di sebelahnya terkekeh dan menyerahkan air dingin kepadanya.

Dario berjengit kaget. Ia menatap gadis di sebelahnya dengan aneh. "Lo yang tadi kan?" Safna mengangguk.

"Ambil," kata Safna. Dario menatapnya agak ragu dan hal itu membuat Safna terkekeh. "Masih kesegel. Jadi kagak ada kemungkinan gue racunin atau gue kasih pelet, see?" ia membuka tutup botol kemasan itu dan terdengar bunyi kretek.

Dario terkekeh. Tak urung ia meraih botol itu dari tangan gadis itu. "Kelas berapa?"

"Sepuluh IPS empat." Safna melipat kaki kanannya di atas kaki kirinya. Ia mengemut permen kojek yang sengaja di belinya karena ia juga membeli air minum untuk Dario.

Misi pertama buat caper, sukses! Safna tertawa dalam hati.

"Oh kelas sepuluh," gumam Dario.

Safna melihat ke arahnya. "Ehm, Kak. Gue boleh minta ajarin basket gak, pulang sekolah ini? Gue mau sedikit belajar aja sih, gue juga baru banget kenal basket. Itu sih kalo lo mau, kalo nggak ya gue gak maksa."

Safna berbicara dengan bohong, padahal ia juga kapten basket di SMP nya dulu. Itu hanya akal-akalannya saja agar bisa menarik perhatian kakak kelasnya itu. Dario tampak berpikir. "Gimana, kak?"

"Ehm, sebentar, ya?" Safna mengangguk. Dario merogoh saku celananya dan membuka aplikasi chat.

Dario Alatas : Li, kamu dimana?

Emilia Alfaro : Rumah, knp?

Dario Alatas : Kamu gak sekolah?

Emilia Alfaro : Capek. Balik tadi lewat belakang sekolah.

Diam-diam Dario menghela napas lega dalam hati.

Dario Alatas : Yaudah, aku sayang kamu!

Emilia Alfaro : ?

Dario Alatas : Hehe 😘

Dario memasukkan ponselnya lagi ke dalam celana. Ia kemudian menatap Safna yang kini memerhatikannya, nampak menunggu jawaban.

"Ayo, tapi gue gak bisa terlalu sore."

Safna mengangguk senang. "Oke."

***

"Tada!"

Seperti kuyang, Dario muncul tiba-tiba membuat Emilia kaget.

"Anjing!" Emilia mengelus dadanya dan menghela napas. Ia menatap Dario tajam dan menggeplak kepalanya.

"Ish Lia," cowok itu mengusap rambut cokelatnya yang sedikit basah. "Sakit Li," rengeknya.

"Ya elo!" Emilia kembali menoyor keningnya. "Ngagetin aja!"

"Ya maaf." Dario kini ikut duduk di sebelah Emilia di kursi depan ruang tamunya. Dario menyodorkan plastik berlogo minimarket. "Kamu badmood terus belakangan ini. Aku gak mau banyak ngomong deh."

Cowok itu mengeluarkan sebungkus cokelat berbentuk piramida itu ke arah Emilia. Emilia memandangnya dengan alis terangkat, selanjutnya tersenyum simpul.

Emilia membuka mulutnya ketika Dario menyodorkannya sebuah piramida kecil, bagian dari cokelat.

"Sok tau," jawabnya.

Dario mematahkan satu bagian itu lagi dan ikut memakannya. "Belakangan ini kamu sering ngelamun."

"Gak tau." Emilia meraih sebungkus permen yupi yang di beli Dario. "Lo mau mati diabetes, ya?"

Dario malah nyengir. "Yupi itu kayak kodomo."

"Kodomo?"

"Teman baikku." Dario mengulum bibirnya ke dalam. Terlihat malu, dan justru membuat Emilia terkekeh.

"Bisa aja lo udel biawak!"

Dario tak membalas, ia kembali memakan cokelat itu dan melihat Emilio yang kini berjalan keluar setelah mengacak rambutnya. Emilia langsung menembak. "Kemana, Bang?"

Emilio menoleh dan menatap kembarannya itu. "Spanyol."

"Jauh amat," Dario tertawa. "Bilang aja mau ngapelin cewek. Li, Abang kamu udah gak homo."

"Homo?" Emilio heran.

"Kata Lia lo homo," jawabny polos. Emilio menatap kembarannya yang kini tersenyum manis. Sok manis lebih tepatnya.

"Abis lo gak pernah deket sama cewek, Bang. Kan takut aja."

"Bacot!" sinis Emilio. Dan Emilia di buat heran lagi karena ia mengeluarkan motor sport yang jarang sekali di pakainya karena Emilio lebih sering naik sepeda dan kalau jauh ia memilih naik mobil.

"Li," Dario mencolek lengan atas Emilia. Emilia menoleh setelah menatap Emilio yang sudah tak terlihat dari pandangannya.

"Makan di luar, yuk? Aku laper."

***

Mereka duduk di kursi plastik yang langsung menunjukkan ramainya jalan raya. "Bang, pesen dua porsi, ya!"

"Wokeh!"

Dario menatap Emilia yang kini menangkup wajahnya di atas meja. "Hei," cowok itu mencolek pipi Emilia. "Jangan ngelamun, ya!" ingatnya dengan lembut.

Emilia berdeham. "Pusing," rengeknya kali ini. Dario mendengarnya hanya terkekeh pelan dan mengambil kepala gadisnya itu ke arah dadanya. "Kalo mau peluk tinggal bilang."

Emilia tertawa dan semakin mendekap cowok berambut cokelat itu erat. "Kangen."

"Siapa?"

"Yang nanya."

"Iya kamu kangen yang nanya kan. Berarti aku!" jawab Dario PD.

Emilia terkekeh dan menggeleng pelan. Ia melepaskan dekapannya saat sate pesanannya sudah datang. Dengan lahap ia memakan sate miliknya dan membuat Dario terkekeh dan meraih tisue kering, mengusap benda putih itu ke arah bibir Emilia.

"Pelan-pelan, sayang." Emilia sedikit terdiam dan merasakan pipinya sedikit panas. "Paansi!"

Dario terkekeh.

"Pelan-pelan makannya, Belanda masih jauh."

***