Saat Chi En kembali, Li Beijue telah tiba di rumah.
"Nona Chi, anda sudah kembali." pelayan mengeluarkan sandal milik Chi En dan menyerahkannya pada Chi En.
Chi En berterima kasih padanya dengan lemah, "Terima kasih."
Pelayan itu tersanjung dan berkata tidak perlu berterima kasih. Mengetahui bahwa suasana di dalam kurang kondusif, pelayan itu dengan ragu-ragu berbisik, "Nona Chi, Li Shao sedang tidak dalam mood yang baik. Harap anda sedikit berhati-hati dengannya."
Sebenarnya ia ingin mengatakan suasana di dalam sangat buruk. Tetapi ia merasa tidak pantas untuk mengatakannya, jadi ia mengurungkan niatnya.
Chi En tidak menyangka pelayan akan mengatakan hal itu pada dirinya. Ia memandangnya dengan terkejut dan tersenyum dengan tulus, "Yah, aku tahu. Terima kasih."
Chi En tahu Li Beijue akan berada dalam suasana hati yang buruk karena ia tidak menjawab teleponnya, dan Chi En sudah bersiap menghadapi kemarahannya.
Chi En bersyukur atas kebaikan pelayan itu.
Ruang tamu rumah itu cukup terang.
Lampu gantung kristal mewah menerangi setiap sudut ruangan di siang hari. Pria yang duduk di sofa kulit Eropa itu mendongak dengan tatapannya yang dingin dan tajam. Wajah menawan itu sulit menyembunyikan rajukannya.
"Kamu masih tahu jalan pulang?"
Suara dingin yang begitu menusuk sampai ke tulang keluar dari mulut pria itu.
Chi En yang siap menanggung kemarahan Li Beijue tampaknya hanya bisa menatapnya dengan ekspresi datar.
"Kenapa tidak menjawab telepon?" nada suara itu semakin meninggi dan mengandung paksaan.
Chi En merasa tidak nyaman karena seolah ia adalah seorang tahanan. Ia menekankan bibirnya dengan erat, meletakkan tasnya, dan berkata dengan lembut, "Ada sedikit urusan."
"Urusan apa?" Li Beijue terus mendesak Chi En dengan pertanyaannya.
"... Aku tidak ingin mengatakannya." Memikirkan Lin Meiqi, ia jadi mengingat percakapan yang ia dengar di dalam ruang kerja keluarga Chi. Hatinya tampak dihimpit oleh batu besar dan itu membuat ia kesulitan bernapas. Suasana hatinya sedang buruk dan tanpa sadar nada suaranya menjadi kurang enak didengar..
Li Beijue menatap wanita kecil di ruang tamu itu yang sedang mengemasi tasnya. Kepalanya terasa semakin kencang, seolah bisa pecah kapan saja. Ia menekan amarahnya, mata elang menyipit, mengancam, "Chi En, aku akan memberimu kesempatan lagi, katakan! Mengapa kamu tidak menjawab panggilan teleponku? Jika tidak, konsekuensinya ..."
Chi En hanya menundukkan kepalanya untuk membereskan tasnya lalu tiba-tiba suara dingin itu keluar dari mulutnya, "Jika tidak, kenapa? Apakah kamu ingin aku kehilangan pekerjaan, atau menjadi tunawisma, atau berada di jalan, atau menjadi pelacur lagi. Atau kamu akan bertindak seperti bajingan lagi?"
Chi En membentak Li Beijue tepat di depan wajahnya.
Berani-beraninya wanita ini meraung padanya ketika seharusnya ia yang begitu?
"Kamu baru saja mengatakan aku apa? Kamu masih punya cara untuk mengatakannya sekali lagi?!"
Chi En benar-benar sudah tidak dapat membendungnya lagi!. Kemarahannya hampir meledak. Ia memelototkan matanya dan berkata dengan keras, "Kataku kamu bajingan dan penyiksa! Gila!"
Li Beijue dihujani amarah. Apakah wanita ini gila?
"Apa aku salah? Sejak aku bertemu denganmu, kamu hanya memaksa dan mengancamku! Kamu tidak mendengarkanku sama sekali, tidak peduli apakah aku mau atau tidak, hanya mengintimidasiku dan memintaku untuk bekerja sama denganmu. Kau pikir perilakumu banyak berubah? "Chi En sangat marah, ia ingin melampiaskan semua tekanan yang dideritanya akhir-akhir ini, "Apa yang kamu inginkan, Li Beijue!?! Jika kamu ingin membalas dendam karena aku meninggalkanmu lima tahun yang lalu, jika kamu ingin membunuhku atau memotongku, tolong beri aku waktu yang baik. Aku tidak ingin disiksa seperti ini lagi dan lagi!"