Di S.G Grup.
Gedung perkantoran itu memiliki 88 lantai yang menjulang ke langit, terlihat luar biasa megah dan spektakuler.
Yang paling atas adalah kantor presiden direktur.
Lelaki tampan tersebut memakai kemeja berwarna hitam, dan berdiri dengan pose yang santai seraya memegang stik golf di tangannya. Dengan satu pukulan, bolanya masuk ke lubang. Kemudian dua eksekutif yang menunggu untuk melaporkan pekerjaan pun bertepuk tangan.
"Keterampilan memukul bola Tuan Mu semakin luar biasa bagus."
"Bang" terdengar suara, sebuah bola golf telah mengenai dahi manager departemen marketing, kemudian Mu Sihan membuang stik golfnya, lalu berjalan menuju belakang meja kerjanya dan mengambil sebuah dokumen yang kemudian dilemparkannya ke tubuh manajer departemen marketing, "Apa ini adalah laporan kuartalmu berikutnya? Aku memintamu datang ke sini dengan gaji besar untuk bekerja, bukan untuk menyanjung."
"Jika nilai penjualan tidak bisa naik hingga 20%, kamu bisa keluar dari sini!"
Manajer departemen marketing mengusap-usap keringat dingin di dahinya, tidak berani sekalipun melihat presiden direktur yang sedang emosi, "Iya, saya mengerti."
Setelah memberikan pelajaran kepada manajer departemen marketing, Mu Sihan melihat kepala departemen periklanan yang kedua kakinya sedang gemetar, kemudian mengambil beberapa foto dari atas meja kerjanya dan melemparkannya, "Apa ini adalah bintang iklan yang kamu cari? Wajah lancip, mata besar, dan dada palsu. Kamu pikir ini tempat perkumpulan orang-orang yang operasi plastik?"
Foto yang tersebar di lantai adalah foto bintang besar dari industri hiburan, nilai dan popularitasnya bukan main. Manajer departemen periklanan tidak mengerti kenapa presiden direktur masih merasa tidak puas.
"Tuan Mu, tolong beri aku sedikit waktu, aku akan mencarikan bintang iklan yang sesuai."
Mu Sihan mengusap-usap pelipisnya, kemudian meletakkan kedua tangannya di atas meja kerja, dengan emosi yang tak bisa dikendalikan lagi berkata, "Kalian semua keluar!"
Setelah situasi kembali tenang, Mu Sihan melihat obat yang belum pernah ia minum, tergeletak di begitu saja. Lalu ia melihat handphone yang tergeletak di atas meja, tapi tidak ada notifikasi sama sekali.
Kemudian ia meraih handphone tersebut.
Ia menggeser layar dan membuka aplikasi WeChat.
Enam jam yang lalu, Mu Sihan telah menambahkan WeChat perempuan itu.
Tapi sekarang, di kontak pertemanan WeChatnya, masih belum tampak sosok perempuan tersebut.
Dasar perempuan, apa dia tidak tahu kalau bermain tarik ulur secara berlebihan itu tidak bagus?
...
Nan Zhi ke rumah Yanran untuk merekam Video makanan. Dalam perjalanan kembali ke rumah sakit, ia menerima telepon dari Qin Yubing.
"Zhi Zhi, ibuku tak sengaja terjatuh, aku harus membawanya ke rumah sakit, tapi ibuku menolak untuk pergi denganku ke rumah sakit, bisakah kamu membantuku?" Qin Yubing bertanya dengan suara lembut dan sedikit memohon.
"Bibi Qin baik-baik saja kan? Apa yang bisa aku bantu, jika aku bisa pasti aku akan membantumu."
"Ibuku bekerja paruh waktu untuk seorang Nyonya tua, malam ini Nyonya tua itu bilang kalau cucunya akan datang untuk makan malam, dan meminta ibuku untuk menyiapkan beberapa makanan, tapi sekarang Ibuku terjatuh dan kulitnya terluka, tak tahu apakah ada tulang yang patah. Ibuku takut kehilangan pekerjaannya, jadi memaksa untuk tetap pergi ke rumah Nyonya tua itu untuk menyiapkan makan malam."
Nan Zhi sudah mengerti, dan dengan tulus ia berkata, "Kirimkan padaku alamat rumah Nyonya tua itu, kemudian segera bawa Bibi Qin ke rumah sakit."
Selama ini Nan Zhi selalu membedakan dengan jelas mana cinta dan benci. Dan ia akan membalas kebaikan orang-orang yang sudah baik padanya. Orang yang bisa menghargai dan peduli padanya tidak banyak, tapi Yubing dan Bibi Qin peduli padanya.
Setelah Nan Zhi menerima alamat yang dikirimkan oleh Yubing, ia langsung mencari taksi untuk pergi ke alamat tersebut.
Tempat tinggal Nyonya tua itu adalah di sebuah rumah dengan halaman yang antik, tenang, unik dan elegan.
Nan Zhi bertemu dengan kepala pelayan yang melayani Nyonya tua itu, kemudian menjelaskan keadaan Bibi Qin, setelah itu kepala pelayan membawanya ke dapur.
Setelah dua jam.
Di atas meja bundar dan besar, sudah terletak enam sayur dan satu sup, tapi masih kurang sepiring buah.
Nan Zhi menyeka keringat di dahinya, dan bermaksud untuk istirahat sebentar, tapi di luar tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang tenang, kemudian terdengar suara kepala pelayan, "Tuan muda, Anda sudah datang rupanya."