Nan Zhi berjalan menuju pintu ruang makan, kemudian matanya melirik ke arah ruang tamu.
Dan melihat sosok yang tinggi dan tegak berjalan masuk dari pintu masuk.
Lelaki itu mengenakan kemeja hitam berkerah V, dan celana panjang yang rapi. Kemejanya membuat tulang selangka dan dadanya terlihat sedikit, tampak seksi dan liar.
Lelaki tersebut terlihat melangkah dengan santai, ia memancarkan aura yang kuat.
Mata Nan Yan tertuju pada wajah tampan dan sempurna lelaki itu, lalu Nan Zhi segera kembali masuk dan sembunyi di dapur.
Ya Tuhan!
Dirinya tidak salah lihat kan?
Jangan-jangan yang dibilang cucu kesayangan Nyonya tua itu adalah lelaki mesum itu?
Sepertinya kemarin malam lelaki itu telah memberitahunya agar tidak muncul lagi di hadapan lelaki mesum tersebut. Meskipun hari ini Nan Zhi tidak sengaja berada di sini, tapi jika dilihat dari sifat lelaki itu yang arogan dan sombong, mungkinkah lelaki itu akan salah paham dan mengira Nan Zhi sengaja datang mencarinya?
Nan Zhi menepuk kepalanya, lalu berusaha untuk menenangkan diri.
Di dalam dapur, ia menemukan topi dan masker, kemudian ia menggunakannya untuk menyembunyikan identitasnya.
Baru saja Nan Zhi menyamar, di belakangnya sudah terdengar suara dingin seorang lelaki yang terdengar tidak sabar, "Berikan aku satu botol air."
"...." Nan Zhi terdiam karena tidak yakin kalau lelaki tersebut berbicara dengannya.
Mungkin karena tidak ada jawaban, lelaki yang tadinya berdiri di pintu dapur akhirnya berjalan masuk.
Nan Zhi berdiri di depan kulkas, tanpa harus menoleh ia sudah bisa merasakan aura kuat lelaki yang mulai berjalan mendekatinya.
Ia bisa merasakan tekanan yang berat.
Ketika lelaki itu sudah hampir mendekatinya, ia segera membuka pintu kulkas, dan mengambil sebotol air, kemudian langsung menyerahkan air itu kepada lelaki yang ada di belakangnya.
Mu Sihan menerimanya dengan malas, lalu ia melihat leher putih dan ramping yang menarik perhatiannya.
Ia kemudian melihat perempuan yang membelakanginya, perempuan itu mengenakan topi koki, tubuhnya mengenakan jumper dan legging putih, kedua kakinya tampak jenjang dan ramping.
Kemudian terdengar suara Mu Sihan yang membuka botol air, dan meminum 555 ml air dalam satu tegukan.
Nan Zhi ingin angkat bicara saat mendengar suara lelaki tersebut meminum air.
Pantas saja neneknya mengatakan kalau lambungnya tidak baik, pasti karena minum begitu banyak air dingin.
Salahnya sendiri, rasakan itu!
Saat Nan Zhi sedang memakinya dalam hati, tiba-tiba ada sebuah botol air mineral kosong yang menghantam belakang kepalanya.
Meskipun tidak sakit, tapi cukup membuatnya terkejut.
Refleks, Nan Zhi pun mundur dua langkah ke belakang. Tapi ia tidak sengaja menginjak botol air mineral yang terguling di lantai. Melihat Nan Zhi akan jatuh, sebuah tangan pun segera meraih pinggangnya.
Nan Zhi tiba-tiba menahan nafasnya, satu bahunya mengenai dada kuat dan hangat lelaki itu, di samping telinganya kemudian terdengar suara yang dingin dan terdengar sedikit bercanda, "Apa kamu sudah cukup bermain?"
Belum sempat Nan Zhi mengatakan sesuatu, satu tangan lainnya dari lelaki itu membuang topi koki dan masker yang dikenakannya.
Mu Sihan menatap Nan Zhi dengan tatapan dingin, sembari tersenyum menghina.
Nan Zhi mengerutkan keningnya, kemudian baru bereaksi, ia tampak sedikit marah, "Lepaskan aku."
Mu Sihan menatap mata gelap dan dalam Nan Zhi untuk beberapa saat, kemudian mengangkat bibirnya dan tersenyum dingin, "Melepaskanmu?"
"Benar."
Mu Sihan kemudian tersenyum dingin, "Sesuai yang kamu harapkan."
Akhirnya, Mu Sihan melonggarkan tangan besar yang memegang pinggang Nan Zhi.
Jika Mu Sihan melepaskan tangannya, Nan Zhi pasti akan terjatuh. Dari kecil, Nan Zhi paling takut sakit, dan pada saat Mu Sihan melepaskannya, kedua tangan Nan Zhi segera menggenggam kerah kemeja lelaki di hadapnnya. Ketika Nan Zhi baru saja berhasil menstabilkan posisinya, bahunya ditekan dengan kuat oleh satu tangan besar Mu Sihan.
Kemudian, lelaki itu mendorongnya hingga menghantam kulkas.
...