Ketika perlahan-lahan tubuh Jiang Mianmian menghindar dari Zhan Muqian karena cibiran yang terlontar dari bibirnya tadi, pria itu malah balik mencibir, "Itulah yang aku takutkan, tetapi aku suka orang yang berkata jujur di depanku. Mianmian, kamu sangat berani ya."
Jiang Mianmian seolah ditikam oleh perkataan Zhan Muqian, entah kenapa wajahnya tampak malu. Meskipun saat ini dia masih ditekan oleh emosinya, namun kemudian dia memiliki pemahaman tertentu tentang pria di hadapannya itu, namun dia tidak memahaminya secara keseluruhan. Walaupun sang panglima perang sedikit galak padanya saat sedang marah dan memaksanya melakukan 'itu', dia tahu pria itu masih memiliki sisi lembut. Dia pun berpikir sejenak dan kemudian berdiri dengan keteguhan hati yang kuat, dia juga tidak mengerti bagaimana bisa berhasil meningkatkan keberaniannya seperti ini, lalu berkata, "Tidak, aku bukan pemberani, Paman Zhan. Hanya saja beberapa orang membicarakannya dengan berbisik, mereka semua melihatmu dan tunanganmu dan berkata kalian cocok, mereka juga sudah melihat kalian memiliki anak dan mengatakan dia cocok untuk menjadi ibu…" Sebelum berhasil menyelesaikan kalimatnya, dia mendaratkan pukulan yang cukup keras di kepalanya pria itu.
Jiang Mianmian cukup berani, tetapi juga sedikit merasa bersalah, namun tidak berani untuk melanjutkan perkataannya. Dia juga tidak berani menatap Zhan Muqian, lalu memilih kembali menyelinap ke dalam selimut, menutupi kepalanya dan berbaring miring.
***
Jiang Mianmian bangun pukul setengah 9 pagi.
Kapan tepatnya Zhan Muqian meninggalkan kamarnya semalam, dia tidak mengingatnya sama sekali. Setelah menyisir rambutnya, dia segera turun ke bawah, ketika baru sampai di tangga, dia mendengar suara anak kecil meraung mengatakan sesuatu sambil menangis.
Ruan Qingtong sedang memberi makan Ruan Jingcheng, saat dia melihat Jiang Mianmian turun dari tangga, dia menganggukkan kepala dengan sopan, lalu berkata, "Nona Zhan, Chenchen sangat berisik tadi malam. Apakah istirahatmu terganggu?"
Jiang Mianmian menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku bisa tidur nyenyak. Terlebih lagi, vila ini memiliki peredam suara yang bagus."
Ruan Qingtong benar-benar penasaran pada 'Nona Zhan' yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Seorang keponakan, yang setidaknya berusia 16 atau 17 tahun, dia tidak terbilang anak kecil lagi, tapi, tidur dan menginap di rumah pribadi Zhan Muqian, bahkan dia terlihat sudah terbiasa.
Kejadian selanjutnya membuat Ruan Qingtong lebih curiga lagi. Ketika Zhan Muqian turun, Jiang Mianmian baru saja menghabiskan secangkir kecil kopi, dia berkata dengan senyum ceria, "Selamat pagi paman kedua." Namun pria itu malah mengacuhkannya dan makan dengan sikap yang tidak wajar.
Beberapa saat kemudian Ruang Jingchen pergi dari sisi Ruan Qingtong dan menempel ke Zhan Muqian, lalu berteriak, "Ayah… Ayah."
Jiang Mianmian tidak membenci Ruan Jingcheng, tetapi entah mengapa dia merasa kesal tanpa alasan. Sementara Ruan Qingtong tidak melakukan apa-apa, dia diam-diam mengamati segala yang sedang terjadi di meja makan.
Zhan Muqian memandang Jiang Mianmian seolah-olah sedang marah, dia sedang duduk di salah satu kursi di meja makan, namun tidak melihat Ruan Jingcheng yang ada di sebelahnya. Matanya tidak terlepas dari gadis yang ada di depannya.
Merasa canggung atas keadaan itu, Jiang Mianmian sedang mencari alasan untuk bangkit dan meninggalkan meja makan, namun tiba-tiba Zhan Muqian mengepalkan tangannya dan mengetuk meja, lalu memerintah dengan dingin, "Makanlah sup sarang burung
Jiang Mianmian hanya memandangnya dengan santai. Dia mengerutkan hidungnya dan berkata, "Aku tidak mau memakannya. Ada susu di dalamnya, aku benci minum susu."
"Pantas saja kamu tidak tumbuh tinggi." Cibir Zhan Muqian
Jiang Mianmian menarik napas panjang dan hampir saja menggebrak meja, tetapi dia menahan itu. Dia kemudian menarik sudut bibirnya dan entah sengaja atau tidak dia membusungkan payudara besarnya seolah membandingkannya dengan milik Ruan Qingtong sembari berkata, "Tinggi badanku sepertinya sudah segini saja dan rasanya percuma untuk minum lebih banyak susu. Dan… Harusnya kamu memikirkan pertumbuhan orang lain."