Jiang Mianmian hampir mengumpat kepada Zhan Muqian, namun di saat-saat kritis dan berbahaya semacam itu, akhirnya dia berhasil menelan kata-katanya sendiri. Dia kemudian mulai mengamati pria di atasnya yang kian lama terlihat semakin tampan, sementara kedua tangan mungilnya sedang dicengkram erat, hingga dia sama sekali tidak mampu meronta.
Jiang Mianmian mengernyitkan dahi dan mulai merasa sakit kepala, lalu dia berkata, "Paman Zhan, kamu adalah panglima perang di divisi v587 di negara ini. Jadi, kamu harus memiliki bukti-bukti yang kuat sebelum bicara, malam itu aku sedang menenggak obat perangsang dan kamu pun juga tidak setuju untuk melakukannya. Setelah itu, aku jatuh pingsan dan menyadari bahwa segala sesuatunya telah berada di bawah kendalimu. Lalu, bagaimana mungkin aku harus bertanggung jawab?" Dia mengatakannya dengan lembut, namun juga sambil menggertakkan giginya karena geram.
Jika dipikirkan baik-baik, Zhan Muqian memberiku obat dan membuatku jatuh pingsan. Lalu siapa yang melancarkan inisiatif atas apa yang terjadi? Bahkan, aku sama sekali sudah tidak sadarkan diri saat itu! Katanya dalam hati.
Zhan Muqian adalah pria yang mampu membaca segala peristiwa di dunia ini, tapi saat itu wajahnya masih terlihat serius dan bibirnya mengatup rapat, "Malam itu, aku memberimu pil tidur dengan obat penenang di dalamnya, tapi kamu benar-benar kesulitan untuk menenangkan diri. Bahkan, kamu malah menjadi semakin bersemangat, lalu mulai memelukku, menciumku, melompat ke pahaku, menggerakkan bibirmu dan semacamnya. Saat itu, aku sudah berusaha untuk menjauhkan dirimu dariku. Tapi kamu malah menangis, bahkan sampai menangis histeris, seakan tidak ada pria lain di dunia ini, seolah-olah semua penderitaan itu akan membunuhmu. Namun, mungkin semua itu berasal dari pengaruh dari obat yang kamu minum. Jadi, saat aku melihatmu menderita seperti itu, aku jadi tidak tega dan terpaksa melakukannya."
Terpaksa! Harus Melakukannya?! Jerit Jiang Mianmian dalam hati. Dia pun mulai mengepalkan tangannya erat-erat dan ingin melayangkan tinju kepada Zhan Muqian. Dia menganggap si rubah tua itu sedang bicara omong kosong, bagaimanapun juga, dia adalah seorang wanita dan tidak pernah punya pengalaman melakukan 'itu'. Jadi, dalam keadaan tidak sadar mana mungkin dia melakukannya bersama sang panglima. Meski menganggap pria itu berbicara omong kosong, namun ekspresi wajahnya yang terlihat serius dan tenang membuat seakan dia memang mengatakan kebenarannya.
Jiang Mianmian merasa pusing, namun semua itu telah terjadi, maka tidak perlu lagi memusingkan seperti apa kejadiannya. Dia pun berpura-pura untuk tertawa, "Panglima Zhan, aku memang harus bertanggung jawab atas semua ini, tapi kamu adalah seorang pria dewasa. Selain itu, aku juga paham bahwa para pria dan wanita lain juga pasti akan melakukan 'itu'. Jadi…" Jadi, mari kita anggap semua ini sebagai cara untuk bersenang-senang! Sambungnya dalam hati.
"Jadi kamu harus mempertanggung jawabkan itu, Jiang Mianmian."
"....." Tepat di saat itu, Jiang Mianmian pun mulai menyadari bahwa dirinya baru saja mengusik orang yang salah.
***
Ketika Jiang Mianmian kembali ke Istana Presiden, saat itu dia tidak ingat seberapa cepat dirinya berganti pakaian dan melarikan diri dari wilayah militer.
Menikah? Bercanda. Aku bahkan belum genap berusia 18 tahun. Paman Panglima, tolong! Batinnya.
Pelayan di Istana Presiden merasa terkejut saat menyaksikan putri tertua presiden tiba-tiba kembali ke sana. Jiang Mianmian langsung pergi ke kamarnya tanpa berkata apa-apa, dia tidak ingin lagi menetap di istana presiden sekarang, sekaligus juga menghindar dari Zhan Muqian, si rubah tua. Ketika dia baru saja selesai mengemas separuh barang-barangnya, saat itu pintu kamarnya dibuka paksa.
Li Shengyuan berjalan mendekatinya sambil memasang ekspresi jijik, lalu berkata, "Bukankah kamu telah pergi dari rumah? Kenapa kamu masih kembali ke tempat ini? Lihat kelakuanmu! Itu sama sekali tidak mencerminkan puteri presiden. Selama berada di luar, kamu taruh di mana muka ayahmu?!"
Semakin banyak Li Shengyuan mengatakan sesuatu, maka semakin besar pula kebenciannya . Bahkan, terhadap Jiang Mianmian. Kini jari-jarinya menunjuk wajah Jiang Mianmian sambil berkata, "Apa yang terjadi denganmu dan panglima perang? Kudengar semalam kamu menginap lagi di rumahnya? Jiang Mianmian, kenapa kamu sangat memalukan seperti ini? Dimana otakmu?! Apa kamu masih belum paham juga siapa Zhan Muqian, hah? Sebentar lagi, pemilihan presiden akan segera diselenggarakan. Keluarga Zhan, termasuk Zhan Muqian, adalah orang-orang penting yang harus dimenangkan hatinya oleh ayahmu. Jika tidak, maka ayahmu tidak akan menang di dalam pemilihan presiden mendatang dan kamu masih bersikap…"