Begitu bel pelajaran terakhir berbunyi, Su Yunhua yang sangat penasaran bertanya, "Chi Yi, lebih baik kamu jujur kepadaku, apa yang kamu pikirkan tadi pada saat pelajaran sampai-sampai menyebut nama pamanmu begitu, apa kamu sedang memikirkannya? Apa kamu…"
"Tidak." jawab Chi Yi berbohong, tapi wajahnya menjadi panas karena malu.
"Masih tidak mau mengaku ya. Lihat wajahmu, merah seperti bokong monyet." tutur Su Yunhua.
"..." Chi Yi tidak membalasnya.
"Jujur saja, apa kamu benar-benar menyukai pamanmu?" tanya Su Yunhua yang masih tetap tidak percaya.
Chi Yi menggigit bibirnya dan tidak menjawab. Dia tidak mengakui dan juga tidak menyangkalnya karena dia sendiri pun tidak tahu bagaimana perasaannya terhadap pamannya itu.
"Kalau kamu menyukainya, maka aku tidak akan merebutnya darimu." ujar Su Yunhua mengalah. Dia lalu melanjutkan ucapannya, "Pepatah mengatakan, orang baik tidak akan merebut milik orang lain, apalagi kamu adalah teman baikku."
Chi Yi lalu berkata, "Tetapi aku sendiri pun tidak tahu perasaanku sebenarnya bagaimana…" Chi Yi menggaruk kepalanya, lalu kembali berkata, "Lagi pula, bukankah itu aneh menyukai paman sendiri?"
"Kamu ingin mendengar pendapat yang sejujurnya?" jawab Su Yunhua.
Chi Yi kemudian mengumpat, "Sialan!"
"Ya, menurutku sedikit aneh, tapi hanya sedikit kok. Aku dapat memakluminya, siapa suruh pamanmu begitu tampan dan juga kalian kan dari pagi sampai malam selalu bertemu, kalau aku jadi dirimu, aku pun tidak bisa menahan perasaan ini" tutur Su Yunhua.
"Kalau begitu aku harus bagaimana?" tanya Chi Yi yang merasa bingung.
"Suka ya suka, mau bagaimana lagi? Tetapi nyalimu sangat besar ya, dia kan pamanmu tapi kamu masih berani menyukainya. Huh, semuanya mau kamu makan sendirian, bukankah itu keterlaluan namanya kalau tidak berbagi pamanmu yang tampan itu denganku?"
"Sebenarnya paman ketigaku tidak ada hubungan darah denganku," Chi Yi akhirnya menjelaskan hal tersebut pada Su Yunhua.
"Hah?" Su Yunhua terkejut.
"Sejak kecil ayahku dirawat oleh Nenek Chi, tetapi ayahku bukanlah anak kandung nenek!"
"Ternyata seperti itu, kalau begitu kalian berdua sudah tidak ada masalah lagi. Kalau kalian berdua tidak memiliki hubungan darah, maka kalian berdua bisa lebih bebas soal perasaan." tutur Su Yunhua.
"Apa maksudnya kalian berdua? Pamanku tidak menyukaiku tahu!" kata Chi Yi yang terlihat sedih, dia memajukan bibir bawahnya dan menundukan kepala lalu melanjutkan kalimatnya, "Hanya aku yang menyukainya…"
"Pepatah mengatakan, sulit bagi pria untuk mengejar wanita karena bagaikan dibatasi oleh gunung, namun lebih mudah bagi wanita mengejar pria karena bagaikan dibatasi dengan selembar kain. Dia tidak menyukaimu saat ini, jadi ya kamu tinggal mengejarnya hingga dia menyukaimu. Kenapa kamu menjadi pengecut begini, tidak seperti dirimu yang biasa?" Su Yunhua memberikan semangat pada Chi Yi dengan panjang lebar.
"Aku bukan pengecut!" tutur Chi Yi dengan mengangkat kepalanya dan membusungkan dadanya. Lalu dengan semangat 45 dia berkata, "Aku tidak akan menyerah!"
"Perjalananmu pasti berat." Su Yunhua menepuk bahu Chi Yi, lelu dengan serius dia berkata, "Walaupun aku mendukungmu, tetapi sepertinya pamanmu sangat sulit untuk didapatkan ya."
"..." Semangat Chi Yi yang baru saja membara langsung hilang lagi setelah mendengar kata-kata Su Yunhua. Sebenarnya dia sendiri pun tahu kalau mengejar paman ketiganya itu tidaklah gampang.
"Begini saja, hari ini kamu ajak dia makan malam. Sini aku beri tahu, jangan terlalu cepat mengatakan perasaanmu pada seorang pria, harus pelan-pelan, gunakan cara tarik ulur, apakah kamu mengerti? Dengan begitu mereka pasti akan terpancing. Ayo cepat! Cepat hubungi dia, ajak dia keluar. Kamu harus aktif terlebih dahulu, lalu pura-pura pasif…" Su Yunhua memberikan ide.
"Baiklah, aku akan mencobanya!" ujar Chi Yi dengan semangat. Dia mengikuti saran Su Yunhua, lalu segera menghubungi Chi Zuxu.
Di sisi lain, Chi Zuxu sedang rapat ketika ponselnya berdering, lalu dia menghentikannya untuk sementara. Dia berjalan kemudian ke jendela untuk mengangkat panggilan masuk itu. "Paman!" Terdengar suara riang Chi Yi menyapanya begitu panggilan tersebut terjawab.
"Em, ada apa?" jawab Chi Zuxu.
"Malam ini kita pergi makan malam yuk?" ajak Chi Yi.
"Malam ini?" ucap Chi Zuxu sambil melihat jam tangannya. Sekarang sudah pukul empat sore, mungkin pukul tujuh malam rapat ini baru selesai, pikirnya. Dia lalu bertanya lagi kepada Chi Yi, "Pukul berapa kamu pulang sekolah?"