Apakah Luo Anning ingin bertengkar dengan Keluarga Luo?
Benar juga, siapa pun yang diancam untuk memindah kuburan orangtuanya pasti akan marah seperti Luo Anning.
"Lihat ini, dan ingatlah. Aku, Luo Anning, bukan lagi gadis kecil yang bisa kalian tindas tanpa melawan seperti dulu." Luo Anning berdiri dan memandang Luo Zhiquan dengan sorot mata yang dingin.
Luo Xinya dan Li Yulan sudah muntah-muntah dan sangat lemah, sehingga mereka tidak berani menatap ke meja kopi itu dan marah.
Luo Anning sangat puas dengan reaksi mereka. Ia tersenyum elegan dan berkata, "Lain kali, jika aku mendengar kalian mengancam untuk memindah makam orangtuaku dari pemakaman Luo lagi, aku tidak akan keberatan membiarkan kalian semua tidur di pemakaman selamanya."
"Kau--!" Luo Zhiquan sangat marah dan mundur beberapa langkah. Ia memegang sofa agar bisa berdiri tegak.
Luo Anning mengabaikannya. Ia memanggil Mo Qiange untuk pergi bersama-sama.
Mo Qiange meraih pinggang Luo Anning dengan tangan yang lembut. Ia mendekatkan wajahnya pada Luo Anning, dan ia bercanda, "Aku tidak menyangka bahwa kau memiliki strategi seperti itu, padahal aku hampir saja memarahi mereka karena menyakitimu."
"Tenang, lain kali, aku akan memberimu kesempatan untuk memarahi mereka," jawab Luo Anning. Suasana hatinya sudah membaik.
Setelah kejadian malam ini, mungkin keluarga Luo Zhiquan tidak akan datang dan melecehkannya untuk beberapa saat mendatang. Saat memikirkan keluarga Luo yang tengah ketakutan, suasana hati Luo Anning menjadi sangat baik.
...
Beberapa hari ini, Luo Anning selalu pergi dengan Lu Momo. Mereka berdua adalah teman sekelas sejak sekolah menengah pertama. Setelah lulus dari sekolah menengah atas, dia langsung pergi dan kuliah di Akademi Housekeeping Internasional Belanda, sementara Lu Momo dan Mo Qiange kuliah di Harvard.
Tetapi, waktu dan jarak tidak memisahkan hubungan mereka bertiga yang begitu erat. Selama ada waktu, mereka bertiga akan berkumpul bersama.
Mo Qiange harus bekerja di perusahaannya sendiri. Lu Momo adalah Nona Muda, dan dia tidak perlu bekerja karena saudara-saudara lelakinya yang akan mengurus bisnis keluarganya.
Luo Anning adalah Nyonya Muda dari keluarga Rong, yang terkaya se Asia. Walaupun dia tidak memiliki harta apa-apa, kekayaan keluarga Rong yang mencapai miliaran itu cukup untuk membiayai hidup Luo Anning.
Keduanya berdiskusi dan merasa bahwa mereka tidak dapat menghabiskan waktu dan menyia-nyiakan masa muda mereka begitu saja. Mereka harus melakukan sesuatu untuk membuktikan bahwa masa muda mereka berharga.
Sementara keduanya mendiskusikan apa yang harus dilakukan di meja luar kafe, Mo Qiange menelepon Luo Anning.
"Anning, apakah kau sudah membaca koran hari ini?" Suara Mo Qiange terdengar sedikit gugup.
"Tidak, memangnya kenapa?"Luo Anning memasukkan sesendok es krim vanilla ke dalam mulutnya dan menyipitkan matanya.
"Oh, tidak ada apa-apa, aku cuma bertanya. Kau dan Lu Momo sedang ada di mana? Setelah pulang kerja, aku menemui kalian."
"Kami di Carmen Cafe. Langsung saja datang ke sini setelah kau pulang kerja."
"Baiklah."
Telepon pun ditutup. Lu Momo penasaran dengan pembicaraan mereka. Wajahnya tampak lucu seperti boneka. Ia tersenyum tipis dan berkata, "An Xiaoning, apa yang Qiange katakan?"
"Dia bilang bahwa dia akan datang ke sini sepulang kerja."
"Membosankan." Lu Momo berpikir bahwa ada sesuatu yang menarik.
Luo Anning tersenyum. Ia mengabaikannya dan kembali memakan es krim favoritnya.
Tiba-tiba, terjadi keributan di kafe tersebut. Lu Momo melihat lekat-lekat ke arah pintu. "An Xiaoning, itu suamimu! Dia berjalan ke sini, dia jalan ke sini..."
Suara Lu Momo terhenti. Luo Anning hendak menoleh untuk menatapnya, tapi tiba-tiba tubuhnya telah ditarik dengan kuat, hingga terbanting ke dada yang kekar.