Liu Hao terbagun karena terkejut.
"Apa yang terjadi? Kenapa kamu membuka jendela malam-malam begini?"
"Bukan aku yang membuka jendela!"
Xue Miaomiao melihat ke arah petugas Peng yang berdiri di sebelah sofa tempat Liu Hao berbaring. Ia terlihat terluka.
Xue Miaomiao tidak memperdulikan Liu Hao yang sedang marah dan berjalan menghampiri petugas Peng.
"Bagaimana? Apa kau menemukannya?"
"Aku menemukannya." jawab petugas Peng, "Ada sebuah alamat, tulislah alamatnya."
"Oke, tunggu sebentar."
Xue Miaomiao berbalik badan menuju ke meja Liu Hao untuk mencari pulpen dan kertas.
Liu Hao melihat Xue Miaomiao dengan tatapan curiga. Xue Miaomiaoo sedang berbicara sendiri. Liu Hao bahkan hampir tidak mempercayai telinganya sendiri.
"Xue Miaomiao, kamu mencari apa?" tanya Liu Hao.
"Kertas dan pulpen, cepat. Aku butuh kertas dan pulpen!"
Liu Hao kebingungan dengan tingkah Xue Miaomiao tapi akhirnya dia mengambil secarik kertas dan sebuah bolpen kemudian memberikannya kepada Xue Miaomiao.
Petugas Peng memberikan alamat untuk dicatat oleh Xue Miaomiao. Petugas Peng bercerita bahwa di kolam penyucian dia bertemu dengan seorang wanita bernama Xia Sang. Wanita itu lah yang membunuh Xia Sheng. Sebelum Xue Miaomiao dapat bertanya lebih lanjut, petugas Peng menghilang.
"Apa yang sedang kamu tulis?!"
Liu Hao mendekati Xue Miaomiao dan melihat kertas yang dipegang Xue Miaomiao, ternyata sebuah alamat.
[Gunung di balik Villa Tian Yu, dibawah pohon nomor 108]
"Xue Miaomiao, kamu sebenarnya menulis apa? Kamu sedang berhalusinasi?" Gadis ini benar-benar sudah gila, baru saja dia meracau sendiri sekarang dia tidur sambil berjalan?!
Xue Miaomiao tidak memperdulikan Liu Hao dan sibuk menata pikirannya yang kacau.
Wanita berbaju merah adalah Xia Sang, sedangkan wanita berbaju putih adalah Xia Sheng. Zhong Haotian memanggil wanita berbaju putih itu Xia Sang, jika wanita baju merah itu tidak berbohong...
Xia Sang dan Xia Sheng, mereka adalah anak kembar!
"Aku tahu!"
Xue Miaomiao memukul meja, kemudian menggenggam tangan Liu Hao dan berkata, "Kak, kita harus segera ke alamat ini dan menggali sesuatu!"
Liu Hao melepaskan pegangan Xue Miaomiao dan mengira Xue Miaomiao benar-benar gila. "Apa yang mau kamu lakukan tengah malam begini? Kamu sedang bermimpi ya? Kamu bermimpi ada harta karun di bawah pohon? Kamu ini sedang membutuhkan uang?"
"Kalian polisi sangat bodoh!" Xue Miaomiao memandang Liu Hao dengan geram. "Kalau tidak mau pergi berikan aku nomor telepon tuan Zhong, aku akan menyuruhnya untuk menggali di bawah pohon itu. Lagi pula semua ini ada hubungannya dengan dia."
"Xue Miaomiao kamu jangan membuat ulah! Kembali ke sekolah sekarang atau kamu duduk diam disini. Jangan membuatku mengusirmu dengan paksa." bentak Liu Hao.
Xue miaomiao memutuskan untuk menunggu hingga pagi hari, tapi ternyata beberapa jam menunggu langit berubah jadi terang jauh lebih susah dari pada ditahan 48 jam di ruang interogasi.
Xue Miaomiao tidak tidur. Setelah matahari terbit, ia berencana untuk meminta polisi menggali tanah di alamat yang diberikan oleh petugas Peng. Jika tidak ada yang mau membantunya, Xue Miaomiao akan menggalinya sendiri.
Saat matahari akan terbit malah turun hujan sangat deras. Di luar anginnya begitu kencang. Liu Hao tidak mengusir Xue Miaomiao, mereka berdua saling bertukar pandang beberapa kali hingga matahari terbit.
Saat hujan telah berhenti, telepon di kantor polisi berdering. Orang yang menelepon mengatakan bahwa dini hari ditemukan sebuah mayat.
"Baik, nona tolong anda jangan panik. Kami akan segera mengirim polisi ke lokasi nona. Tolong berikan alamat dimana nona menemukan mayat tersebut."
"Gunung di balik Villa Tian Yu."
"..."
Liu Hao tertegun, tidak dapat berkata-kata.
Saat perjalanan menuju gunung yang berada di balik Villa Tian Yu, Liu Hao sesekali memandangi Xue Miaomiao yang tertidur di sebelahnya.
Apa gadis ini berpura-pura? Kejadian kemarin malam masih berbekas di ingatanku. Xue Miaomiao berbicara sendiri, kemudian dia panik mencari kertas dan bolpen dan menulis sebuah alamat. Lalu dia memintaku mengirim orang untuk menggali sesuatu di alamat itu.
Alamatnya sama persis.
Bagaimana Xue Miaomiao bisa tahu?
"Xue Miaomiao bangun, jelaskan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi?!"
Xue Miaomiao dengan terkantuk-kantuk membuka matanya, saat melihat mereka belum sampai di tujuan, dia kembali tidur dan mengacuhkan Liu Hao.
Setelah melakukan banyak hal aneh kemarin malam, ini saatnya kamu harus menjelaskannya kepadaku! Pikir Liu Hao dalam hati.
"Xue Miaomiao kamu jangan berpura-pura tidur, jawab pertanyaanku! Kemarin malam alamat yang kamu berikan kepadaku, kau mengetahuinya dari siapa?"
Akhirnya Xue Miaomiao menjawab dengan nada datar, "Jika aku bilang aku mendapatkannya melalui mimpiku, apakah kakak percaya?"
"Tidak."
"Lihat! Kakak tidak akan mempercayaiku meskipun aku berkata yang sebenarnya, lalu apa gunanya aku memberitahu kakak?"
Ini pertama kalinya aku bertemu dengan gadis seperti dirinya. Liu Hao masih tidak dapat mengerti apa yang sebenarnya terjadi mulai dari kejadian kemarin di kantor polisi hingga kejadian hari ini. Semuanya terasa seperti sebuah mimpi baginya.
Ini sangat konyol!
Apa mungkin ini hanya kebetulan?
"Xue Miaomiao, kamu kemarin mengucapkan sebuah kalimat."
"Ya, aku bilang benda yang akan kita gali ada hubungannya dengan Zhong Haotian. Kakak polisi percaya sekarang?"
"Tidak."
Liu Hao menggelengkan kepalanya. Dia mengenal keluarga Zhong dengan sangat baik dan dia tahu benar tidak ada anggota keluarga Zhong yang menghilang.
Xue Miaomiao mengangkat bahunya, tersenyum kecil menunjukkan seolah dia sudah menyerah dengan kemungkinan Liu Hao dapat mempercayainya.
"Aku tahu kakak tidak percaya kepadaku. Tidak apa-apa, sebentar lagi kakak juga akan tahu kebenarannya."
Dia kembali memejamkan matanya, bersandar ke jendela dan tertidur kembali. Xue Miaomiao berpikir dalam hati, instingku berkata untuk mempercayai wanita berbaju merah.
Tidak lama kemudian mereka tiba di gunung di balik Villa Tian Yu, polisi yang lain telah tiba lebih dahulu. Para polisi telah mengelilingi tempat ditemukannya mayat tersebut, sedangkan wanita yang melaporkan hal itu berdiri tidak jauh lokasi mayat itu ditemukan.
Tim forensik telah memeriksa mayat tersebut. Seorang wanita, meninggal 2 tahun yang lalu, diperkirakan usianya antara 20 hingga 25 tahun. Selain itu masih belum ada informasi lain, untuk mengetahui lebih jauh harus dilakukan tes DNA.
Xue Miaomiao sedikit kecewa, dia mengira dapat melihat mayat itu secara langsung. Siapa sangka dia disana hanya untuk mendengarkan laporan. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke asrama sekolah.
Berada di kantor polisi selama 3 hari, walaupun tidak berkeringat tapi tercium aroma tidak enak dari bajunya. Hal pertama yang dilakukannya sesampainya di asrama adalah mandi dan mengganti bajunya.
Tao Yiqiu dan Shu Jing berada di asrama, mereka terlihat penasaran karena Xue Miaomiao seolah menghilang tanpa kabar selama 3 hari.
"Miaomiao, kamu tidak mungkin kerja paruh waktu selama 3 hari penuh kan?! JIka kamu bekerja sekeras ini, kamu bisa menjadi wanita kaya diusia muda."
Xue Miaomiao bingung harus menjawab apa, karena sebelum pergi Xue Miaomiao bilang akan pergi bekerja paruh waktu.
"Di rumah ada sedikit masalah, jadi aku segera kembali ke kampung halaman. Tidak terjadi apa-apa di sekolah kan?"
Tao Yiqiu dan Shu Jing melihatku dengan wajah tidak tega dan berkata, "Kemarin ada kelas Kak Zhao Hui."
"Mengisi absen?!"
"Tidak ada absen."
"Tidak ada absen?! Bagaimana mungkin? Bukankah setiap kelas Zhao Hui selalu ada absensi?"
Tao Yiqiu menundukkan kepalanya, kemudian Shu Jing berkata, "Memang tidak ada absensi, tapi kemarin saat Yiqiu mengumpulkan esainya dia juga mengumpulkan milikmu. Kemudian Kak Zhao Hui meminta kita membaca esai masing-masing. Kamu ketahuan tidak hadir di kelas."
"Ini.. ini bukan salah kalian, ini salahku." kata Xue Miaomiao berusaha menenangkan kedua temannya yang terlihat merasa sangat bersalah.
Kemudian Shu Jing melanjutkan, "Sebenarnya bisa tidak ketahuan, karena tidak ada absensi dan kami juga tidak diminta untuk mengumpulkan esai. Zhao Hui sepertinya lupa mengenai esai tersebut. Tapi kami berdua yang berinisiatif maju mengumpulkannya…"
"..."