Chereads / Mata Hantu Istriku / Chapter 11 - Kebenaran

Chapter 11 - Kebenaran

Walaupun hari masih siang, tapi gedung rumah sakit terlihat gelap dan suram.

Ketika berjalan keluar dari lift Xue Miaomiao melihat Zhong Haotian sedang duduk seorang diri. Dia bersandar ke tembok dengan kepala menunduk ke bawah, tangannya menutupi wajahnya. Bahkan saat Xue Miaomiao mendekatinya, Zhong Haotian tidak bergeming.

Xue Miaomiao mengetahui bahwa berita megenai kecelakaan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kebenaran yang baru saja terungkap. Wanita yang dia cintai telah meninggal sejak 2 tahun yang lalu dan dia bahkan tidak sadar bahwa selama ini dia telah bersama dengan seorang penipu. Zhong Haotian juga pasti sedang meragukan cintanya kepada Xia Sang.

Xue Miaomiao tidak bergerak, juga tidak bersuara. Dia hanya berdiri di samping Zhong Haotian sambil berdiam hingga dia merasa cukup.

Malam itu 10 tahun yang lalu, jika bukan karenanya Xue Miaomiao pasti sudah meninggal. Xue Miaomiao telah menyukai Zhong Haotian sejak berumur 8 tahun, bahkan selama 10 tahun terakhir ini Xue Miaomiao berpindah dari kota satu ke kota yang lain untuk mencari Zhong Haotian. Siapa sangka dia menemukan Zhong Haotian di kota ini saat dia akan menikah.

Zhong Haotian tentu saja sudah tidak mengingat kejadian 10 tahun yang lalu, tapi Xue Miaomiao masih mengingatnya dengan sangat jelas. Xue Miaomiao bersumpah jika ia menemukan Zhong Haotian, Xue Miaomiao akan mengabdikan dirinya kepada Zhong Haotian.

Siapa sangka hal pertama yang dilakukannya adalah mencari pembunuh calon istri Zhong Haotian. Xue Miaomiao tidak tahu apakah ia beruntung atau tidak.

Xue Miaomiao berdiri seharian di rumah sakit hingga dia tidak dapat merasakan kakinya.

Jiang Yun melihat sorot mata Xue Miaomiao yang kacau. Awalnya dia mengira tuan Zhong akan mengusirnya. Namun ternyata Xue Miaomiao masih ada di sini dari tadi dan tuan Zhong membiarkannya berdiri di sebelahnya sepanjang hari. Sepertinya berita itu cukup mempengaruhi tuan Zhong.

Zhong Haotian bergumam dengan suara kecil sambil perlahan mengangkat kepalanya.

Matanya terlihat sangat lelah.

Melihat Zhong Haotian memegang gelang Xia Sang dengan erat membuat hati Xiao Miaomiao sakit dan sedih.

"Kamu pulanglah."

Wajahnya, bibirnya, dan matanya menunjukkan ekspresi dingin. Zhong Haotian berjalan menuju lift. Dia bahkan tidak sedikitpun menoleh ke arah Xue Miaomiao.

Jiang Yu menatap Xue Miaomiao dengan pandangan kasihan, tetapi dia tidak berkata apapun dan segera mengikuti Zhong Haotian.

Xue Miaomiao mengusap ujung matanya dengan jarinya untuk menghapus air matanya, kemudian dia memaksakan diri untuk tersenyum dan bergumam kepada dirinya sendiri, "Ada waktu yang tepat untuk segala hal."

Selama berusaha semua dapat dicapai. Seperti air yang dapat menghancurkan batu, aku akan menggunakan keceriaan dan antusiasku untuk meluluhkan hati Zhong Haotian yang dingin seperti bongkahan es.

Semua hanya masalah waktu.

Setelah melihat Zhong Haotian pergi, Xue Miaomiao tidak langsung pergi. Dia masih memiliki hal lain yang harus dilakukan.

Ketika membuka sebuah pintu ruangan, saat itu dia langsung dapat merasakan bahwa ada hantu di sekitar sana. Xue Miaomiao menggigit ujung jarinya untuk berjaga-jaga kemudian dia masuk dengan langkah kecil.

Xia Sheng bukan wanita yang mudah dihadapi, Xue Miaomiao harus tetap waspada. Xue miaomiao menarik gorden yang ada di atas sofa kemudian duduk di atasnya.

Tidak lama kemudian angin dingin bertiup dan wanita dengan pinggang yang penuh darah itu melayang di udara dan mendekati sofa.

Xue Miaomiao mengangkat jarinya dan saat wanita itu melihat darah pada ujung jari Xue Miaomiao, dia mundur.

"Xia Sheng." Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun saat namanya disebut.

Xia Sheng tersenyum sinis dan duduk di atas kasur dan berkata, "Walaupun kamu memiliki kemampuan tapi aku tidak menyangka kamu dapat menemukan tubuh Xia Sang. Sepertinya aku telah meremehkanmu."

"Mayat yang ditemukan kemarin pagi itu karena hujan deras, ini adalah takdir. Di dunia ini tidak ada bukti yang dapat dihancurkan sepenuhnya dan kamu akan menerima hukuman atas perbuatanmu."

"Hukuman?" Xia Sheng tertawa,ia menganggap hal tersebut sangat konyol, "Jika aku harus menerima hukuman, lalu bagaimana dengan wanita yang membuangku 24 tahun yang lalu? Itu artinya mereka juga harus menerima hukuman bukan? Di saat mereka hidup dengan nyaman dan berkecukupan, aku hidup dengan sengsara bahkan tidak bisa bersekolah. Bukankah mereka berdua layak untuk mati?!"

"Tapi Xia Sang tidak melakukan kesalahan apapun, kenapa kamu membunuhnya? Bukan Xia Sang yang membuangmu."

"Dia! Jika aku tidak memiliki kakak, jika aku adalah anak tunggal, aku tidak mungkin dibuang. Itu semua karena dia merenggut seluruh kebahagiaanku! Sejak kecil dia selalu mendapatkan apa yang dia mau, saat dewasa dia bahkan bertemu dengan laki-laki seperti Zhong Haotian. Atas dasar apa dia dapat memiliki hidup yang nyaman sedangkan aku hanya menjadi seorang pelayan di restoran kecil! aku tidak rela! Aku tidak rela!"

"Wanita itu, walaupun dia lebih baik daripada aku di segala aspek, tapi dia malah tidak sepintar diriku. Dia bahkan tidak sadar aku perlahan-lahan mendekatinya, dia bahkan menjaga ku agar aku tidak merasakan kesulitan lagi di kemudian hari. Dia selalu membicarakan hal-hal yang baik saja. Jika kami memiliki wajah yang sama, tentu saja aku memiliki hak untuk memiliki laki-laki yang sama kan?!"

"..."

Sebenarnya alasan Xia Sheng membunuh Xia Sang dan ibunya cukup sederhana, karena cemburu dan dendam. Dia juga ingin membunuh Zhong Haotian karena dari awal Xia Sheng tidak pernah mencintainya. Dia hanya ingin mengambil apa yang menjadi milik Xia Sang satu per satu dan kemudian menghancurkannya.

Karena dendam dia pergi ke apartemen Ye Xin, yang juga merupakan ibu kandungnya, kemudian membunuhnya.

Xue Miaomiao melihat berkas di kantor Liu Hao tentang keadaan keluarga Ye Xin. Dua puluh empat tahun yang lalu, Ye Xin melahirkan sepasang anak kembar, namun dia hanya merawat salah satu dari mereka dan membuang anak yang satunya. Padahal pada saat itu kondisi anak bungsunya sehat dan keluarga Ye Xin juga tidak sedang mengalami kesulitan ekonomi.

Pada hari keempat setelah kematian Xia Sheng, Xue Miaomiao pergi ke apartemen kediaman Ye Xin. Akan tetapi karena kejadian kematian Ye Xin, pengamanan di sana menjadi lebih ketat dan membuatnya tidak dapat menyelinap masuk seperti sebelumnya.

"Xue Miaomiao, kenapa kamu ada di sini?" Seseorang memanggilnya.

Dia menoleh ke arah suara itu berasal, dia melihat seorang gadis yang sepertinya seumuran dengan Xue Miaomiao. Matanya bersinar, suaranya lembut dan halus.

Xue Miaomiao merasa gadis ini tidak asing, tapi dia tidak dapat mengingat siapa.

Gadis itu seolah dapat menebak apa yang dipikirkan Xue Miaomiao, kemudian dia tertawa dan memperkenalkan diri, "Namaku Song Yu, kita bersekolah di tempat yang sama. Aku tinggal di asrama sekolah sama seperti dirimu. Aku tinggal di kamar nomor 422."

Pantas saja gadis itu terlihat tidak asing, ternyata dia adalah teman seasramanya! 

"Maaf ya mataku rabun jauh, hari ini aku lupa memakai kacamata jadi aku tidak dapat mengenalimu. Maaf ya."

Song Yu tertawa kecil, "Sejak awal masuk sekolah kamu sering tidak berada di asrama, kamu juga tidak mengikuti latihan militer jadi wajar saja jika kamu tidak mengenalku." ucapan Song Yu seolah mengatakan dia mengetahui bahwa Xue Miaomiao berbohong.

"Lalu bagaimana kamu dapat mengenaliku hanya dengan melihat sekilas saja?" Ia menghabiskan 20 yuan untuk merubah penampilannya agar terlihat lebih berkelas, agar para penjaga tidak dapat mengenalinya. Hal ini membuat Xue Miaomiao kebingungan, bagaimana mungkin orang yang tidak sering melihatnya dapat mengenalinya dengan sangat mudah.

Song Yu tertawa, "Sebenarnya itu karena saat pelajaran kak Zhaohui kamu ketahuan bolos, lalu dia menunjukkan fotomu kepada seluruh murid di kelas sebagai peringatan bagi kami tentang konsekuensi melanggar peraturan kelasnya. Aku rasa… banyak siswa yang sekarang mengenalimu sejak hari itu."

Xue Miaomiao kaget seperti tersambar petir, rencananya untuk tidak menjadi siswa yang menonjol di sekolah gagal sudah. Semuanya berkat ulah Tao Yiqiu.