Mendengar peringatan dari Bai Ziyuan membuat Ning Mojian berhenti melangkah, "Masalah ini cepat atau lambat harus segera diselesaikan! Sejak aku sudah memulai ini, berarti aku juga harus melanjutkannya sampai akhir. Kalau tidak begitu, lukamu itu akan menjadi tidak ada artinya, sia-sia saja!" katanya. Kemudian, dia berkata lagi dengan suara pelan, "Jangan khawatir, aku akan segera kembali!"
Setelah mengatakan itu, Ning Mojian pun langsung pergi meninggalkan Rumah Tabib Jia, membuat Bai Ziyuan ingin berdiri dan mengejarnya. Tapi, seluruh tubuhnya sudah tidak mempunyai tenaga sedikitpun, dia hanya bisa menatap Ning Mojian yang saat ini sudah pergi meninggalkannya.
Setelah keluar dari Rumah Tabib Jia, sebenarnya Ning Mojian tidak tahu, kalau bunga hitam itu ada di tempat mana lagi. Namun, aroma bunga itu masih menutupi seluruh Kota Jia Ding, membuatnya hanya bisa mencari setiap jejak bunga itu di setiap tempat dengan mencium aromanya.
Ning Mojian menutup matanya sambil berjalan, karena dengan menggunakan penciumannya itu, dia bisa menentukan posisi bunga hitam itu ada di mana. Tidak tahu sudah berjalan berapa lama, namun aroma bunga yang sangat tajam mulai tercium di langit-langit dan masuk ke hidungnya, dengan segera dia mencarinya.
Lalu ketika membalikkan badannya, Ning Mojian melihat tiga anak kecil yang saat ini sedang berjongkok di sebuah batu. Mereka terlihat seperti sedang melingkari sesuatu, membuatnya merasa keheranan, lalu dengan segera dia pergi menghampirinya.
"Kalian sedang melihat apa?" tanya Ning Mojian, dia berusaha membuat suaranya selembut mungkin.
Seorang anak botak mendongakkan kepalanya, namun karena melihat ke bekas luka warna merah yang ada di sekitar wajah Ning Mojian. Seketika itu juga, anak botak itu terlihat mundur selangkah karena ketakutan. Karena Ning Mojian tahu apa yang membuat mereka takut, kemudian dia berusaha tersenyum dengan lembut.
"Mereka bilang ini adalah sebuah bunga, tapi menurutku bukan." kata anak kecil yang lainnya. Namun, dia tidak melihat langsung ke arah Ning Mojian, dia diajarkan untuk tidak menatap langsung ke arah orang dewasa, karena itu artinya tidak sopan. Jadi, dia terus menundukkan kepalanya, sambil menunjuk ke bunga hitam yang berada di tengah-tengah mereka. Lalu, dia bertanya sambil mengedip-ngedipkan matanya karena bingung, "Kakak, menurutmu ini benda apa?"
Ning Mojian kemudian melihat ke arah yang ditunjuk oleh anak kecil itu, dan ternyata itu adalah bunga hitam. Lalu, karena teringat luka yang diderita oleh Bai Ziyuan, dengan segera dia menarik ketiga anak kecil itu ke sampingnya. Setelah itu, anak kecil botak yang melihat Ning Mojian dengan ketakutan, langsung berkata pada kedua temannya, "Coba lihat kan! Aku kan sudah bilang itu bukan bunga, mana ada bunga warna hitam, pasti itu benda aneh!"
Dua anak kecil lainnya terlihat hanya menggigit mulutnya, walaupun tidak ingin mengakuinya, tapi mereka berdua mengerti bahwa memang tidak ada bunga yang berwarna hitam. Apalagi bunga itu tumbuh di batu dan bukan di tanah, semakin membuatnya tampak lebih aneh lagi.
"Kakak, apakah benda ini hantu atau siluman?" tanya anak kecil yang satunya, lalu dia berkata lagi, "Akhir-akhir ini aku bertemu banyak sekali bunga seperti ini."
Ning Mojian yang mendengar ucapan anak itu merasa sangat senang, kemudian dia membalikkan badannya di hadapan ketiga anak itu, lalu bertanya, "Kalian benar-benar melihat banyak bunga seperti ini?"
"Iya!" kata ketiga anak kecil itu bersamaan, lalu secara bersama-sama menganggukkan kepala mereka.
Ning Mojian lalu mengambil sekitar satu sampai dua perak dari kantongnya, kemudian memberikannya ke ketiga anak kecil itu. "Kalian pakai uang ini untuk membeli makanan yang menurut kalian enak, kemudian tunggu aku di depan gang itu. Setelah itu, tunjukkan kepadaku dimana bunga hitam yang lain berada untuk mengganti uang kakak ini, bagaimana?" katanya mengajak mereka bernegosiasi.
Ketiga anak kecil itu belum pernah melihat uang sebanyak itu, lalu mereka membayangkan kalau bisa makan makanan enak yang belum pernah dimakan sebelumnya. Membuat ketiga anak itu, kemudian memancarkan cahaya kebahagiaan di mata mereka, seketika itu juga mereka langsung menganggukkan kepala tanda setuju.
"Ketemu di depan gang itu ya sebentar lagi!" kata Ning Mojian sambil tersenyum lembut, membuatnya terlihat menyipitkan mata. Kemudian, dia mengulurkan tangannya dan mengelus kepala ketiga anak kecil itu, "Kalian pergi dulu sana!" katanya.
Setelah menunggu ketiga anak kecil itu pergi, tiba-tiba wajah Ning Mojian berubah menjadi dingin lagi. Kemudian, dia memegang sabit di tangannya dengan sangat erat. Saat ini, bunga hitam itu sudah mengarah ke arahnya, kelopak bunganya tampak bergetar satu dua kali, kemudian munculah duri tajam yang seperti gigi dan tampak sebagai sebuah ancaman untuknya.
Ning Mojian memicingkan matanya dan langsung mengayunkan sabitnya, untuk menebas bunga itu dengan sangat cepat. Namun, belum sempat bunga hitam itu meresponnya, seketika itu juga dia langsung menguncup, lalu perlahan-lahan terlihat layu dan berubah menjadi seperti serbuk. Hal itu berarti, saat ini Ning Mojian sudah memusnahkan tiga bunga hitam, namun dia tidak tahu, masih ada berapa banyak lagi jumlah dari bunga hitam itu.
Ning Mojian langsung berdiri, kemudian berjalan ke depan gang, dan dia melihat ketiga anak kecil itu belum berada di sana. Dia berpikir, kalau sepertinya anak-anak itu masih membeli makanan yang mereka inginkan. Lalu, dia memutuskan untuk duduk dan minum teh di sebuah kedai teh yang ada samping gang itu...