Saat itu, Ning Mojian kemudian membalikkan badannya dan langsung berlari dengan cepat ke arah pohon itu. Tumbuhan rambat itu pun terkejut dengan gerakannya yang sangat cepat, sampai-sampai mereka tidak bergerak sedikitpun karena terkejut. Setelah menyadari Ning Mojian berlari, barulah mereka bergerak ke arahnya, namun sayangnya sudah terlambat.
Ning Mojian terlihat sudah naik ke atas batu yang menjadi pijakan kakinya tadi, dia langsung menggenggam bunga itu dengan tangannya. Duri yang ada di bunga itu seketika itu juga langsung menyerang telapak tangannya. Walaupun Ning Mojian merasakan sangat sakit sampai ingin pingsan, tapi dia tetap berusaha bertahan. Karena dia tahu, sekalinya menyerah dan melepas bunga itu, maka dia dan anak kecil itu akan tewas seketika.
Kelopak bunga hitam itu bergetar seakan-akan sedang kesakitan, tumbuhan rambat hijau itu kemudian terlihat bergerak dengan cepat ke arah Ning Mojian. Mereka mencoba membungkus keduanya sampai mirip seperti jangkrik upa. Tiba-tiba, aura di sekitar bunga hitam itu perlahan-lahan menggelap, lalu bunganya berubah menjadi kekuningan dan akhirnya layu.
Di saat itu juga, tumbuhan rambat yang membungkus Ning Mojian dan anak kecil itu perlahan-lahan menarik diri, lalu menjadi serbuk dan terbang tertiup angin. Akhirnya dia bisa bernapas lega, karena hampir saja dia kelelahan dan jatuh ke tanah.
"Sudah! Sudah aman sekarang!" kata Ning Mojian sambil menepuk-nepuk tangan anak kecil yang melingkar di lehernya itu.
Setelah mendengar ucapan Ning Mojian, anak kecil itu perlahan-lahan mendongakkan kepalanya. Lalu, dia membuka matanya dan melihat di sekelilingnya sudah tidak ada lagi tumbuhan rambat itu, akhirnya dia pun tersenyum bahagia.
"Kakak kamu hebat sekali, seorang diri mengalahkan siluman itu!" kata anak kecil itu senang, dia kagum sekali dengan Ning Mojian. Lalu, dia menepuk-nepuk tangan Ning Mojian dan berkata lagi, "Kakak, apa kamu bisa mengajariku, nanti kalau aku bertemu siluman seperti itu lagi, aku tidak akan takut!"
"Nanti saja, tunggu sampai lukamu sembuh ya!" kata Ning Mojian, dia menatap luka anak kecil itu lalu berkata lagi, "Aku akan membawamu ke tabib ya!"
"Tidak ada masalah besar kok, rasanya hanya sangat sakit saja." kata anak kecil itu, dia lalu melihat lukanya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian dia terkejut, karena melihat baju Ning Mojian yang penuh akan bekas darah lalu berkata, "Justru kakak lah yang lukanya sangat parah!"
"Aku tidak apa-apa kok." jawab Ning Mojian, karena luka-lukanya yang tadi sakit, kini sudah tidak berasa lagi, seperti sudah mati rasa.
Ning Mojian menggendong anak kecil itu, kemudian dengan segera, mereka pergi meninggalkan tempat tersebut. Namun, baru beberapa langkah, Ning Mojian melihat sekelompok laki-laki dan perempuan yang membawa cangkul dan tongkat kayu berlari ke arahnya. Dia melihat kedua anak kecil yang tadi lari, juga berada di antara sekelompok orang itu.
"Ayah, ibu!" teriak anak kecil itu, ketika melihat orang yang sangat dikenalnya, saat ini matanya terlihat berbinar. Dia pun melambaikan tangan dan berkata dengan keras, "Kakak, ayah dan ibuku datang menjemputku!" Ning Mojian menganggukkan kepalanya, lalu dia menggendong anak kecil itu, dan berjalan menghampiri sekelompok orang tersebut.
"Wanita siluman, lepaskan anakku!" teriak laki-laki yang berada paling depan, dengan kejam dia menunjuk-nunjuk Ning Mojian, dan memakinya dengan suara keras, "Kalau tidak kamu lepaskan anak itu, kami tidak akan melepaskanmu juga!" katanya mengancam.
Ning Mojian memicingkan matanya merasa bingung, dia tidak tahu mengapa laki-laki itu berkata seperti itu padanya. Tapi, dia juga merasa sangat bahagia, kerena bisa melihat anak kecil itu akan kembali dengan selamat ke samping ayah dan ibunya. Dia lalu menurunkan anak kecil yang sedang digendongnya itu, kemudian berkata, "Sana pergi!"
Anak kecil itu melihat ke arah Ning Mojian, lalu memegangi lukanya dan berlari dengan cepat ke arah ayah dan ibunya. Dia langsung melompat ke pelukan ibunya dan menangis sangat kencang, dia terlihat masih ketakutan karena kejadian yang baru dialaminya.
Semua orang melihat ke luka di kaki anak kecil itu, yang terus mengucurkan darah tanpa berhenti. Karena melihat anak kecil itu masih menangis dengan sedih, tatapan mereka pun langsung beralih ke wanita yang memiliki bekas luka warna merah di wajahnya.
"Kamu melakukan apa pada anakku?" kata ayah dari anak laki-laki itu, dia terlihat marah, dan langsung berteriak-teriak sambil mengangkat cangkulnya ke arah Ning Mojian. Karena melihat anaknya yang menangis dan terluka seperti itu, kemudian dia berkata lagi, "Aku beritahu kepadamu, selama aku masih ada di sini, jangan berani-beraninya kamu mengganggu anakku sedikit pun!"
"Aku kira kamu salah paham." kata Ning Mojian, dia terlihat mundur selangkah untuk menghindari cangkul yang akan di arahkan padanya, "Aku tidak melakukan apa-apa terhadap anakmu." katanya...