Aku tidak mempedulikan apa yang dilakukan oleh dua teman sekamarku dan segera berbaring untuk tidur.
Tetapi, aku terbangun di tengah malam karena ingin buang air kecil.
Jarang sekali aku terbangun di tengah malam begini. Aku merasa menyesal, tidak seharusnya aku minum teh susu sebelum tidur.
Saat itu juga aku berjuang untuk bangkit dan menyingkap selimut, lalu berjalan menuju kamar mandi asrama, tetapi ternyata toiletnya rusak.
Jadi aku harus mengenakan mantelku dan berjalan ke toilet umum yang berada di koridor.
Malam di bulan September udara sudah dingin. Jendela koridor yang terbuka membuat angin dengan bebas masuk dan menggoyang-goyangkan tirai. Saat dilihat dari jauh dalam kegelapan, tirai itu terlihat seperti jiwa putih yang berkeliaran dengan penuh dendam. Dengan segera aku menutup jendela.