Wei Chihan melambaikan tangannya pada pelayan, "Tolong kirimkan semua makanan ringannya."
"Baiklah Tuan, aku akan mengirimkannya segera." Pelayan tersebut tidak berani mengatakan apapun, dan ia memperhatikan bahwa sepertinya pikiran wanita itu sedang kacau.
Ketika Ming Yue'er hendak mengambil secangkir teh di atas meja, pria itu menahannya.
"Yue'er, apakah kamu begitu membenciku? Apakah kamu ingin mencelakaiku?" Wei Chihan berkata dengan nada serius, dan tatapannya menunjukkan ekspresi yang tak bisa dijelaskan.
Ming Yue'er menoleh dan menatap pria itu dengan tatapan marah, lalu mencibir, "Apakah kamu masih berpura-pura? Jika seandainya saja aku memiliki sebuah pisau, aku akan menusukmu hingga mati!"
Ketika Wei Chihan mendengar perkataan wanita itu, ia menyipitkan matanya dan tiba-tiba merasa sakit hati, ini adalah pertama kalinya ia merasa sakit hati.
Lalu Wei Chihan berdiri di depan wanita itu dan menatap wanita itu, kemudian ia tersenyum samar-samar.
Wei Chihan menarik belati, lalu sarung pedangnya terjatuh dan ia memberikannya kepada wanita itu.
"Ini! Berdirilah jika kamu berani menusukku." Pria itu berkata dengan nada yang terdengar sedikit ragu, seraya menatap wanita itu dengan tatapan menghina.
Tatapan Ming Yue'er tertuju pada belati tersebut, lalu ia mengambilnya.
"Wei Chihan, apakah ini yang kamu minta?!"
Ming Yue'er merebut belati tersebut dari Wei Chihan, ujung belati tersebut memancarkan aura yang dingin.
"Komandan!" Ajudan Zheng segera mengeluarkan pistol dan mengarahkan pistolnya ke arah Ming Yue'er, "Nona Ming, letakkan pisaunya segera!"
Kemudian Wei Chihan melambaikan tangannya pada Ajudan Zheng, dan berkata dengan suara tenang, "Ajudan Zheng, singkirkan pistolmu dan mundurlah."
Pria itu menatap wanita yang berada di depannya, setelah itu ia mengambil kotak rokok dan mengeluarkan sebatang rokok, kemudian menjepit rokok di antara jari-jarinya.
"Jika kamu ingin membunuhku, cepat lakukan!" Wei Chihan berkata dengan suara yang berat.
Pria itu menundukkan kepalanya untuk menyalakan rokoknya dengan pemantiknya yang mengeluarkan cahaya biru.
Ketika Ming Yue'er melihat Wei Chihan, ia mengarahkan belatinya ke dada pria itu dan menatap pria itu dengan marah.
Lalu Ming Yue'er menusukkan belati itu.
"Komandan!!" Ajudan Zheng berteriak dan mengangkat pistolnya. Lalu para prajurit yang berada di sekeliling, langsung mengeluarkan senapan mereka dan mengarahkan tombak mereka pada Ming Yue'er.
Ujung belati yang tajam tersebut menembus pakaian tebal pria itu dan mengenai kulitnya, tetapi ia belum menusuk pria itu.
Wei Chihan menghela nafas dalam-dalam dan menghembuskan asap dari mulutnya, lalu ia menatap mata Ming Yue'er yang tampak berbinar, dan tangan Ming Yue'er yang bergetar.
"Sayang, mengapa kamu belum menusukkan pisau ini?"
Kemudian Ming Yue'er mendongak dan menatap wajah tenang pria itu. Pria itu meletakkan rokoknya, lalu menghisap cerutunya dan mengeluarkan asapnya.
Ming Yue'er melihat pria itu menanggapinya dengan tenang.
Tangan wanita yang memegang belati tersebut semakin bergetar, reaksi pria itu terlalu mengejutkan baginya.
"Aku akan menghitung selama tiga kali. Jika kamu tidak menusukku, maka kamu tidak akan memiliki kesempatan lagi di kemudian hari. Mengerti?" Tanya Wei Chihan lalu menyeringai.
"Satu!"
Tiba-tiba lingkungan di sekeliling teater menjadi terdiam, semua orang di dalam teater menatap adegan ini dengan gugup.
Ajudan Zheng berpikir jika Komandan tampak gila ketika menghadapi wanita itu.
"Dua!"
Belati di tangan Ming Yue'er semakin mendekati pria itu, dan mulai menusuk permukaan kulit pria itu.
Wei Chihan mengerutkan sedikit alisnya saat merasakan sakit, akibat tusukan di kulit dadanya.
Ia berpikir bahwa wanita ini kejam! Wanita itu benar-benar ingin menusuknya.
"Tiga!" Hitungan yang terakhir disebutkan dengan nada yang berat.
Tangan Ming Yue'er bergetar dan ia merasa kehilangan nafas.
"Kling~" akhirnya belati tersebut jatuh ke tanah, wajah Ming Yue'er menjadi pucat dan tangannya terasa lemas.