Pada saat tengah malam, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang membuat Yu Dai terkejut.
Jantungnya pun berdebar kencang, lalu ia menghela nafas yang tidak teratur. Akhirnya ia berkata, "Apa yang ingin kamu lakukan? Mengetuk pintu di tengah malam hingga membuatku takut."
Lan Qingling pun terdiam di luar kamar lalu berkata, "Aku ingin memberitahumu kalau aku sekarang ingin keluar. Aku akan kembali lagi besok siang."
Hal itu membuat Yu Dai merasa resah. Ia sebelumnya pernah mengeluh bahwa Lan Qingling menghilang secara diam-diam, sepertinya ia mengingat perkataannya.
Kemarahannya yang dipicu oleh rasa takut pada akhirnya menghilang dengan sekejap.
Yu Dai merasa bahwa mereka sekarang merupakan teman sekamar yang istimewa. Semenjak pihak yang lain menyampaikan maksud baiknya, jadi ia tidak bisa bersikap terlalu dingin padanya.
Setelah merenung, Yu Dai akhirnya membuka pintu. Ketika ia membuka pintu, ia sengaja berdiri menjauh dari pintu, lalu mengulurkan tangannya dan maju ke depan. Hal ini ia lakukan untuk memastikan bahwa ia lebih dekat dengan bagian tengah rumah yang merupakan jarak yang aman.
"Kalau begitu kamu…" Lalu ia berhenti di tengah-tengah percakapan, Yu Dai terdiam.
Tidak ada siapapun di luar pintu.
Kemudian ia berteriak untuk beberapa kali, tetapi tidak ada tanggapan. Lalu ia menyentuh pintu dan melihat keluar, di luar terasa sangat sunyi. Dan entah bagaimana, ia merasakan sesuatu dengan nalurinya yang tajam. Lan Qingling tidak berada di sini dan ia baru saja pergi. Hanya ada sedikit auranya yang tertinggal di dalam rumah.
Itu kan hawanya…Yu Dai mengerutkan keningnya dengan rasa jijik. Ia merasa dirinya seolah memiliki indra penciuman setajam anjing.
Tetapi ia yakin ada sesuatu yang terjadi.
Yu Dai mendengus kemudian menutup pintu.
Lan Qingling jelas-jelas mengingat perkataannya dan menghilang secara diam-diam. Namun, ia hanya tidak bersuara saja. Tapi lihatlah, bukankah ia pernah bertemu dengan Yu Dai?
Yu Dai ingin membalas kebaikan Lan Qingling sekalipun pria itu berhati dingin.
Yu Dai berpikir dengan mengejek, lalu ia dengan marah berbalik dan mencari senjata ajaib yang dikatakan oleh Lan Qingling.
Lemari samping tempat tidur, lemari baju, koper, dan rak buku semuanya digeledah tapi ia tidak menemukannya.
Kamar Yu Dai tampak bersih dan ia pun mengetahui barang-barangnya dengan jelas. Ia tidak melewatkan satu barang pun saat memeriksa. Namun ia tetap tidak menemukan apapun. Hal itu membuatnya bertanya-tanya, apakah Lan Qingling salah menduga keberadaan benda itu?
Ia percaya dengan Lan Qingling, tetapi ia lebih mempercayai dirinya sendiri.
Meskipun ia berpikir begitu, tetapi ia belum menyerah. Sebaliknya, ia justru bersikap keras kepala dan tidak melakukan apapun!
Ia menghela nafas dalam-dalam, lalu berjalan ke belakang pintu dan menghadap ke seluruh bagian kamar. Tatapannya pun tertuju pada kamar yang mulai diperiksa dari bagian langit-langit. Ketika ia menatap tempat-tempat yang telah diperiksa, ia dalam pikirannya secara otomatis mengingat apa yang telah dilihatnya, dan mengingat jika ada sesuatu yang ia abaikan.
Ia melihatnya sambil memikirkannya. Kamarnya tidak terlalu besar dan juga tidak berantakan, lalu ia segera memeriksa semuanya.
Pada akhirnya, tatapannya tertuju pada tempat tidur.
Lebih tepatnya, tertuju pada bagian atas bantal yang berada di atas tempat tidur.
Tempat tidur adalah satu-satunya tempat yang belum diperiksa olehnya, karena semua tempat tidurnya dibeli di Mal. Karena itulah ia mengesampingkan kemungkinan adanya senjata ajaib di tempat tersebut.
Tetapi hanya ada satu perkecualian, yaitu bantalnya atau mungkin sarung bantalnya. Sarung bantalnya sangat tebal dan bermotif yang sangat indah——ia sampai sekarang tidak mengenali motif hiasannya, tetapi ia pikir motif hiasannya terlihat indah.
Bantal ini dibuat oleh Neneknya ketika ia masih anak-anak, dan benar-benar dibuat dengan tangan. Kainnya ditenun oleh Neneknya dan bunga-bunganya disulam oleh Neneknya. Selama bertahun-tahun, ia telah mengganti bagian dalam bantalnya, tetapi ia tidak pernah mengganti sarung bantalnya. Ia selalu menyukai sarung bantalnya, kualitas sarung bantalnya juga sangat bagus dan tidak rusak sama sekali.
Selain itu, selama bertahun-tahun, sejak ia kecil hingga akhirnya tumbuh besar, sarung bantalnya tidak terlihat tua sama sekali, tetapi selalu terlihat mengagumkan. Dosen di universitasnya pernah melihatnya. Sarung bantal tersebut tampak sangat menakjubkan dan Dosennya benar-benar menyukainya.
Bantal ini sudah bersamanya selama sepuluh…puluhan tahun?
Yu Dai kemudian menuju ke tempat tidur dan memegang bantalnya, lalu ia mengambil bagian dalam bantalnya sambil berpikir. Namun, ia tidak dapat mengingat waktunya yang tepat sama sekali.
Ia seolah-olah memiliki kenangan, bantal ini selalu bersamanya. Ia bahkan ingat bahwa sarung bantal ini agak kebesaran untuknya ketika ia masih anak-anak, ia suka memegangnya seperti memegang boneka.
Tetapi ia tidak ingat kapan ia memiliki bantal ini.
Dan jika ia tidak memikirkannya, ia bahkan tidak tahu jika ia begitu sayang dengan bantalnya. Ketika ia pergi untuk menginap selama sehari, ia akan secara tidak sadar membawa bantalnya, tetapi ketika ia merasa kerepotan untuk membawa bantal, ia cukup membawa sarung bantalnya saja. Selama bertahun-tahun, ia tidak pernah melupakannya.
——Oh, mungkin ia pernah melupakannya satu kali. Itu ketika malam di mana ia bertemu dengan Lan Qingling. Meskipun pada akhirnya ia sepertinya tidak menginap.
Ia sangat menyukai dan menghargai sarung bantal ini, tetapi jika dipikir-pikir, itu tampaknya agak konyol jika bisa sampai sesayang ini. Apalagi sampai membawa sarung bantal saat pergi menginap.
Tampaknya setiap ia ingin tidur di luar, ia secara alami akan mengambil sarung bantalnya.
Sarafnya pun menegang ketika ia memikirkan hal ini. Ia hampir menentukan jawabannya——jika benar-benar ada senjata ajaib di dalam ruangan ini, maka pasti ada hubungannya dengan sarung bantal ini!
Lalu Yu Dai menaruh sarung bantalnya ke samping dan berlutut di samping tempat tidur. Ia menaruh sarung bantal di atas tempat tidur dengan berhati-hati, lalu merapikan semua sudut-sudutnya.
Kemudian ia mengeluarkan HP nya dan ia mengambil foto dari motif sarung bantalnya.
Setelah ia mengambil foto, ia mengulurkan tangannya dan bersiap untuk memeriksa sarung bantalnya dari sudut, memeriksa jika ada sesuatu pada sarung bantalnya yang tebal.
Lalu kembali terdengar suara dari pintu.
"Tok, tok, tok."
Tetapi kali ini, tidak ada siapapun yang berbicara di luar.
Hal itu membuat Yu Dai semakin tegang. Ketukan pintu tersebut, membuat pikirannya menjadi tak karuan. Dan itu bukan saat yang baik baginya.
Ia pun bangkit dengan perasaan kaget dan marah, lalu ia bergegas ke arah pintu beberapa langkah dan membuka pintu dengan marah. "Lan Qingling! Jika kamu tidak memiliki urusan, jangan menggangguku…."
Ketika ia selesai bicara, ada asap hitam dengan bau yang agak menyengat datang padanya seperti kumpulan awan hitam. Awan tersebut tampak seperti kabut biasa, tapi ada campuran hawa dingin yang terasa membunuh, bagaikan pisau tajam yang berdarah.
Ketika pintunya hampir terbuka, bulu kuduk Yu Dai langsung berdiri, dan saraf-saraf kepalanya pun seakan-akan diikat oleh tali dengan rapat, hingga ia kesakitan. Pikirannya pun menjadi mati rasa dan punggungnya terasa dingin——ini merupakan reaksi naluriah yang dirasakannya ketika menghadapi bahaya yang ekstrim.
Namun karena ia merasa marah, ia membuka pintu dengan keras. Namun ia gagal menutup pintu dengan cepat.
Pada saat yang kritis seperti ini, ia mendobrak dengan sekuat tenaga. Ia menendang pintu dan terlempar kembali hingga ia terjatuh ke tanah. Ia bangkit kembali sekalipun ia kesakitan, lalu akhirnya ia meraih sarung bantal yang berada di atas tempat tidur.
Sambil memegang sarung bantalnya, ia dengan berani melihat ke arah pintu.