"Minitrip ke tempat ini , ya ," gumam Naija. "Tempatnya , agak remang-remang , tapi lumayan bagus dan harga sewa dari sekolah juga terjangkau. Ini , langitnya gelap. Sepertinya , langit akan menangis hari ini. Eh aduh!!!" Naija tersandung dan jatuh. Ia bangun lagi , tapi karena lantainya licin , dia berkali-kali jatuh sampai kedua lutut kakinya memar. "Astaga , Naija! Jalannya hati-hati dong!" Ujar Fena yang mungkin kesal lihat Naija berulang kali jatuh. "Heheh ," tawa kecil Naija keluar , dan ia pergi dari dalam ruangan itu. Ia melewati bangunan yang berdiri secara vertikal , dan bentuknya seperti bentuk kaki Menara Eifell. Sungguh aneh , tapi , Naija mengabaikannya. Ia melihat guru-guru sedang asyik outbound di kolam renang. Bahkan , artis pun ikut outbound bersama mereka. "Waduh !!!" Teriak salah satu artis tersebut yang tercebur kedalam kolam. Para guru tertawa , di ikuti Naija. Dan suara itu terdengar...
BRUUUDAKKK!!!!!!!!!!!
Semua pun terkejut mendengar suara itu , termasuk Naija. Dan yang membuat terkejut , bangunan vertikal tersebut sudah jatuh menimpa sebagian ruangan yang terdapat banyak teman-teman. Sontak , Naija dan para guru segera menuju TKP. Tapi , mereka akhirnya pergi menuju rumah sakit terdekat. "Eh , Fena , Elyn?" Sapa Naija. Elyn adalah teman SMP Naija dan Fena. "Lho , ini kenapa?! Ada apa ini?!" Tanya Naija panik. "Teman-teman kecelakaan , dan sebagian sudah meninggal , Naija ," ungkap Elyn sambil menangis. "Lho , ini tu kenapa?!" Tanya Naija. "Naija , ini ,.... ," Fena tak dapat menyelesaikan kata-katanya , dan ia kembali menangis. Naija melihat ke dalam ruang kamar , banyak teman-teman yang kritis. Hati Naija berdegup kencang. "Ah , ternyata tidak ada Niel ," ujar Naija dengan lega. Ia melihat ke kerumunan di belakangnya , dan ia tidak menemukan Niel. Dia kembali panik , dan , dia mencoba masuk ke ruangan yang terdapat banyak teman-temannya yang kritis. Dan , di pinggir , dia menemukan , Niel, yang terbaring lemah di kasur. "Lho?! Niel?! Dia kenapa?!" Tanya Naija dengan panik. Jantungnya semakin memompa darah dengan cepat , hingga Naija berkeringat dingin. "Anak ini kritis. Jempol tangannya putus 100% ," ujar dokter yang menjaganya. Dan , reflek , Naija menangis histeris , hingga ia di bawa keluar kamar rawat untuk di tenangkan. Setelah tenang , dokter yang menjaga Niel keluar. "Anak itu sudah meninggal ," ujar sang dokter. "Anak? Siapa...?" Tanya Naija sambil mengatur nafasnya. "Niel ," ujar dokter itu , lalu , sang dokter pergi. Naija yang baru saja tenang pun kembali histeris. Ia bahkan terlihat lebih menyedihkan dari sebelumnya.
"NIEL!!! NIEL!!! BANGUN NIEL , WOY!"
"HIDUP LAGI DONG , NIEL!!!!!!! NIEL!"
"GAPAPA NIEL SAMA ORANG LAIN , GAPAPA , YANG PENTING NIEL HIDUP , ASTAGA!!!!'
Kata-kata itu yang dapat di lontarkan Naija di sela-sela tangisnya. Ia masuk ke dalam ruang kamar , dan melihat Niel yang sudah ditutup oleh selimut seutuhnya. Naija tak bisa melakukan apapun selain menangis , hingga terduduk lemas. Dan ,....
"Naija! Naija!!" Teriak Erika. Naija pun terbangun dari mimpinya , dan nyawanya belum mengumpul 100% , karena ia menganggap mimpi tadi adalah sebuah realita , apalagi saat ia menangis , terlihat sangat nyata. "Naija , nenek pergi membeli sayur ya , sehabis itu , terserah sayurnya mau kau masak apa , karena nenek akan pergi sebentar , ok?" Ujar Erika dengan lembut. "Engh , nenek , sama siapa?" Tanya Naija yang masih mengumpulkan nyawa. "Oh , nenek sama supir kok nanti. Tenang saja , ya , " jelas Erika. Lalu , Erika pun pergi membeli sayur. "Heran aku. Kenapa aku mimpi Niel ... , dan , mimpinya , mimpi Niel meninggal lagi. Haduh. Perasaan , mikirin dia juga enggak , Naija kenapa sih? Duh...perasaan lama jadi kembali kan , jadi kangen ," timpal Naija. Ya , Naija pun bangun dan melakukan aktifitas biasa , dan kini dia sedikit terganggu oleh teman yang ia add nomor WhatsUpnya dari sebuah game.
~~~~~×××××~~~~~