"Rumahku udah agak beda ya. Tapi , itu kenapa ventilasinya.... ," gumam Naija dengan kesal. Ia memutuskan untuk keluar rumahnya. "Akhirnya , menjadi tentara , impianku ," ungkap Naija dengan senang. Naija melihat ke arah laki-laki yang tampan , dan memakai jas. Sebut saja X , pacarnya Naija. Ia sangat cocok mengenakkan jas itu. "Oh ya ampun , kamu!" Teriak Naija. Ia segera memeluk laki-laki itu dengan erat , di depan teman-temannya yang hanya bisa melongo. Mungkin heran kenapa Naija bisa mendapat cowok tampan seperti itu. Dan , yang lebih membuat Naija senang , cowok yang membiarkan Naija memeluknya pun bereaksi dengan membelai rambut Naija dengan lembut. "Ya udah , masuk ke rumah hayuk?" Ajak Naija. Mereka pun masuk ke rumah Naija. Saat di dalam , Naija melihat kucingnya membawa seekor tupai , dan keluar menuju halaman belakang melalui ventilasi. Segera Naija berusaha meraih kucingnya , tapi tak sampai. "Mungkin kucingnya sudah jauh. Ya sudah ," Naija pun menuju halaman belakang , dan dia tak menemukan kucingnya. "Mungkin di tempat berbatu itu ," timpal Naija. Ia segera berbalik , tapi tak sampai 180° , dan kembali ke dalam.
"Naija , ikut aku sebentar yuk?" Ajak X yang memakai kaos biru tua. "Ah ok. Cepat sekali kamu gantinya ," ujar Naija. Segera , X jalan , di ikuti Naija. Naija sedikit kaget karena halaman depan rumahnya berubah menjadi halaman depan rumah neneknya , tapi Naija tak peduli. Ia terus mengikuti X mengitari rumah , sampai ia lelah , sementara X terus jalan , dan Naija tertinggal di belakang , di dekat lemari 3 pintu , yang pintunya ditarik gitu. Ah , laci. "Tunggu! Jangan tinggalkan aku!!!!" Teriak Naija. Tapi sayang , X sudah jauh. Naija nyaris menangis , tapi kemudian ia melihat laci itu , dan menarik pintu yang ada di tengahnya. "Pintunya berat ," ujar Naija. Baru saja Naija mau mendorong pintu itu , tiba-tiba pintu laci itu "menyeruduk" paha Naija kuat , hingga Naija terduduk , sambil memegang area pahanya , dengan meringis kesakitan. "Naija!!!! Kamu kenapa?!?!?" Tanya teman Naija , sebut saja A , dia gadis tomboy. Naija tak menjawab pertanyaan A. Dia terus menahan sakit hingga ia membuat posisinya telentang (tidur telentang) sambil menahan sakit , sementara A menelepon rumah sakit. "Sudah .....ini....cuma memar biasa kok ," ujar Naija sambil menahan sakit , tapi , A tidak menggubrisnya. "Naija!!!! Kamu kenapa?! Kok memar pahamu?! Kamu gapapa?!" Tanya X yang kembali , tapi , ia memakai jas hitam. X mendekati Naija , dan memegang tangan Naija , dan terlihat ia sangat khawatir. Naija sedikit kaget karena , ia mengikuti laki-laki mirip X (seperti pinang dibelah dua) , tapi laki-laki itu memakai kaos biru tua. "Naija , siapa yang melakukan ini semua padamu?!" Tanya A setelah telepon rumah sakit. "Aku ingat. Tapi mungkin kalian gak akan percaya ," ujar Naija. "Memangnya siapa?"
"Ini seperti misi. Dan semua terjadi karena tupai itu. Ya! Tupai itu! Aku pernah kesini dulu , saat tempat ini masih lumayan sepi! Dan tupai itu berusaha mencelakai diriku! Dia membuatku memar seperti ini!" Ujar Naija. "Tupai?! Ya sudah , ayo ke rumah sakit!" Ujar A dengan khawatir. Naija melihat pahanya yang biru , birunya ...yah ...seperti itu lah. Sangat biru. Maka , Naija dibawa ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit , dokter berkata , "terlambat sedikit saja , kakinya harus di amputasi semua. Tapi dia masih selamat sekarang , hanya perlu di operasi untuk rekonstruksi ulang tulang-tulangnya yang retak-retak itu ," Naija melihat keluar , dan melihat teman waktu dia masih sekolah dasar , Kimbie , dia jalan dengan memakai tongkat untuk membantunya berjalan. Ya....dia jalan pincang. "Astaga! Aku gak mau pincang kayak dia!" Teriak Naija. Dan , tak lama kemudian , Naija pun di operasi.
"Oh , sudah selesai operasi , kakiku sudah tak apa-apa. Sudah di rumah untungnya ," ujar Naija. Hari sudah malam. Naija berjalan , sementara A duduk di kursi dekat meja makan. Tiba-tiba , ada yang mendorong Naija. "Duh! Apaan sih!?" Naija menoleh ke belakang , dan kaget , karena , tak ada orang di belakangnya. Sementara A masih duduk di kursi dekat meja makan. Segera saja , Naija masuk ke kamarnya dan tidak menutup pintu , karena lampu kamarnya tidak ia nyalakan. "Poltergeist , kah?" Tanya Naija dalam hati dengan ketakutan. Di sela-sela ketakutannya , Naija mengingat sesuatu. "Oh , mungkin , poltergeist hanya berlangsung selama , sebulan , atau , dua bulan..... ,"
"Naija! Nih cucian pakaian dalam milikmu. Sudah nenek angkat , tinggal kau lipat , dan taruh di keranjang pakaian untuk kau setrika! Nenek akan menyapu halaman sebentar ," ujar Erika yang membangunkan Naija dari...mimpi sedikit indahnya. Naija membuka matanya , dan melihat Erika keluar untuk menyapu halaman , dan Naija terdiam. Yah , nyawanya belum ngumpul 100% , dan Naija masih memikirkan laki-laki alias X yang ia peluk. Mungkin pacarnya atau suaminya , tapi , ia masih mengingat , saat ia memeluk laki-laki itu , ia merasa hangat , dan , terlindungi tentunya. Yang sangat di sayangkan adalah , mukanya buram hingga Naija tak begitu bisa melihat lebih detail mukanya , hingga Naija hanya bisa merasakan bahwa laki-laki itu tampan , tapi , ah entahlah , Naija sangat menyayangi laki-laki yang ia peluk di mimpi , dan ia seperti mempertahankan laki-laki itu. Setelah beberapa menit , Naija bangun , dan melipat pakaian dalamnya seperti biasa.
~~~~~πππππ~~~~~