Chereads / Story of Naija / Chapter 28 - Niel (lagi !)

Chapter 28 - Niel (lagi !)

"Kriiing!!!!!!" Suara telepon rumah pun berbunyi. Segera , Erika menghentikan kegiatan merajutnya , dan mengangkat telepon tersebut , dan , menjawab juga tentunya. "Halo , dengan Keluarga Akirani di sini ," sapa Erika dengan ramah. "Ah , halo , saya temannya Naija. Nama saya Niel. Boleh saya telepon dengannya?" Tanya seseorang dibalik telepon yang mengaku Niel. "Ooh , Naija sedang belajar. Apa Nak Niel ingin menitip pesan?" Tanya Erika. "Ah , iya , ehm , begini , saya ingin ketemu dengan Naija di taman , jam 3 sore. Naija tidak ada kegiatan kan di jam segitu?" Tanya orang itu lagi. "Ah , tidak kok. Naija tak ada kerjaan. Biasanya dia bantu nenek siang-siang , dan kemudian dia ngebo , ajak saja dia keluar.... Eh!!! Nenek lupa! Ini pandemi! Naija tak boleh keluar , Nak Niel ," jelas Erika kembali. "Ah , begitu , boleh Niel minta nomor hp Naija? Nomor WhatsUp ?" Pinta Niel. "Ah boleh. Nomornya Naija itu 08xxxxxxxxxxxxxxx , " jawab Erika. "Baiklah nek , sudah Niel catat dan simpan. Terimakasih nenek , " ucap suara itu dari balik telepon. "Iyaa , sama-sama.... ," balas Erika. Setelah bertelepon , Erika melanjutkan membuat rajutan kembali.

"Hmm...dasar anak muda yang dimabuk asmara."

"Ah , sudah selesai belajar , walau mungkin gak masuk di otak semua. Sekarang....karena tidak ada cucian dsb , nenek hanya merajut , maka , aku bisa tidur nyenyak !" Naija segera membenarkan diri. Ia langsung mendarat pada kasurnya yang empuk , se empuk sindiran teman-temannya yang ia terima pada waktu dulu. "Tinggal tidur , kelar... ," baru saja Naija hendak memasuki dunia mimpi , ia mendapat Vidcal WhatsUp dari nomor tak dikenal. "Astagaaaaa!!!!!!! Apaan sih....ini nomor sapa lagi , ngajak vidcal. Kameranya ku hadapin langit-langit saja... ," Naija mengangkat telepon itu , dan dia menghadapkan kamera depannya ke langit-langit kamarnya. "Halo? Naija? Ini Kak Niel ," ujar suara itu yang langsung membangunkan Naija seutuhnya. 'Ngapain sih Niel lagi , Niel lagi , Niel lagi. Kayak , aku gak boleh move on dari dia! Padahal dia sudah menyakiti hatiku!' Protes Naija dalam hatinya. "Uhm.... Naija?" Tanya Niel dari telepon. "Hm ," balas Naija dengan malas. "Kamu sibuk gak?" Tanya Niel. "Ya. Aku mau tidur. Daah ," ujar Naija dengan badmood yang kembali meluap hingga ke ubun-ubunnya. "Eh! Tunggu-tunggu!!! Sebelum itu , aku mau bilang!!!" Kata Niel dengan panik. "Bilang apa? 1 menit dari sekarang. Jika tak penting , pergilah dari hidupku ," balas Naija dengan jutek. "Jutek sekali....baiklah....aku mau tanya.... apakah kau sudah memaafkan diriku , soal sikapku ?" Naija terdiam , dan menghela nafasnya. "Hah....kalau aku sudah bilang bahwa aku butuh waktu....itu artinya....aku butuh waktu yang sangat lama , sampai aku dapat melupakanmu dan kejadian yang telah menimpaku , mengerti? Aku bukanlah orang yang dengan mudah dapat memberi maaf ke orang lain , kecuali kalau aku hanya memberi kata-kata 'maaf' nya saja tanpa ada niat ," jelas Naija. Hati Niel pun langsung tercampakkan , seperti , 'kemana saja diriku di saat Naija masih berjuang untukku ,' atau 'aku membuat harga diriku terjatuh sendiri ," dan Niel pun hanya bisa diam. "Kamu mengerti kan , maksudku , Niel?" Tanya Naija lagi. "Iya , aku ngerti kok ," jawab Niel dengan lesu. "Oh iya , btw , congrats karena udah lulus ya. Seneng banget dong pasti masuk kuliah , dan kembali melakukan hal yang pernah kakak lakukan padaku ," sindir Naija. "Aku...uh....makasih ya Naija , tapi , aku sadar perbuatanku salah ," sesal Niel.

Suara jam terdengar menjadi penengah antara Niel dan Naija. "Kakak menyesal?" Tanya Naija sambil tiduran. Ia masih tak menyentuh handphone nya selama vidcall. "Jelas aku menyesal , Naija. Laki-laki macam apa aku , yang menghilang di saat perempuan tak bersalah jatuh cinta padaku. Aku sangat menyesal telah melakukan hal ini , hanya karena aku cemburu kau sangat dekat dengan teman laki-laki mu ," terang Niel. "Yah , itu juga salahmu sedikit , kenapa kamu tak bertanya padaku tentang temanku itu yang sangat dekat denganku. Kenapa kamu malah lebih menuruti otakmu daripada hatimu. Oh aku lupa , kebanyakan laki-laki cenderung pake otak saja , tanpa menggunakan hati ," sindir Naija kembali dengan nada jutek. "Tidak semua laki-laki seperti itu , Naija ," jawab Niel. "Lalu sekarang apa maumu telepon aku? Vidcall pula. Aku benci di telepon orang lain , apalagi vidcall , itu hanya akan memperlihatkan ke orang luar bahwa diri kita itu gak se perfect atau se menawan orang luar. Dan apa yang orang luar lakukan? Nyindir , sama sepertiku , bully , hingga ada korban , bukan hanya korban hidup , tapi korban mati juga ada ," ujar Naija. "Tapi aku bukan cowok seperti itu! Aku masih memiliki perasaan , tidak seperti orang-orang yang mulutnya sengaja di buat sakit biar mereka senang nyindir dan bully. Kau harus percaya , aku bukan orang yang asal njeplak tidak sesuai fakta ," terang Niel. "Jadi mendingan ya , njeplak tapi sesuai fakta walau menyakitkan?" Tanya Naija. "Lebih mending seperti itu , daripada harus menjadi musuh dalam selimut? Apalagi itu dilakukan oleh teman-teman sekelasmu yang mulutnya nyinyir dan mengakibatkan mulutnya ndower kesana kemari , mulut ember , mulut fitnah ," jelas Niel dengan gentle. "Kakak benar. Jadi , apakah aku harus mempercayai kakak yang juga turun tangan dalam menyakiti hatiku?" Tanya Naija kesal. "Terserah padamu , tapi aku sudah bilang waktu itu , aku minta maaf. Dan sekarang , akan ku buktikan , aku bukanlah laki-laki yang sama seperti yang kau lihat sampai kau alami hal bully... Ok? Sudah ya , Naija , jaga dirimu ," ujar Niel dengan senyum tipis yang tidak dapat dilihat Naija. "Ya ," jawab Naija dengan singkat. Setelah vidcall berakhir , Naija pun berpikir.

"Apakah aku harus ikuti kata hatiku yang egois ini?"

~~~~~∆∆∆∆∆~~~~~