Chereads / Story of Naija / Chapter 12 - Mimpi Fantasi

Chapter 12 - Mimpi Fantasi

Setelah 2 hari mengikuti acara itu , Naija tidak masuk sekolah. Dia capek dan badannya panas , ditambah , dia sedang datang bulan hari kedua. Itu memperburuk keadaannya. Ia pun berbaring , mengistirahatkan diri. "Hah , mending tidur kalau gini ," gumam Naija. Naija memejamkan matanya. Belum ada 10 menit , Naija terbangun , dan dia sudah ada di tempat yang berbeda , yaitu , di sekolah tua yang sudah ditinggalkan.

"Lho?! Kok aku ada disini?!" -Naija

"Woooy! Apakah ada orang disini??!" -unknow

"Seperti suara Marsha? Marsha!!!" -Naija

Naija segera mengikuti asal suara itu. Dan benar saja , ia bertemu dengan Marsha , ditambah , ia juga bertemu dengan Niel.

"Naija! Kau disini juga?!" -Marsha

"Ya! Kau kenapa ada disini?!" -Naija

"Aku tidak tahu , Naija!" -Marsha

"Dan....kau.... Niel , kenapa kau...?" -Naija

"Oh , aku tidak tahu , Naija ," -Niel

Naija menghela nafas. Ketakutannya sirna dan berganti menjadi rasa jengkel karena bertemu dengan Niel.

"Niel , mengapa kamu tiba-tiba menghilang begitu saja dariku , huh?! Kau tau , rasanya sangat sakit di hati! " -Naija

"Eh? Jadi , kamu sedikit notice aku ya? Ah , maaf , Naija. Maaf sekali , aku tiba-tiba menghilang darimu." -Niel

"Maaf , maaf! Memang kamu bisa membuat perasaanku dan mindset ku kembali seperti dulu hanya dengan kata maafmu?!" -Naija

"Tidak , Naija. Ada hal yang membuatku harus menjauhi dirimu." -Niel

"Kau menjauhiku disaat aku mulai notice sikapmu itu! Salah fatal! Seharusnya....seharusnya kau menjauh dariku disaat aku tidak notice dirimu!" -Naija

"Maafkan aku , Naija..." -Niel

"Aku begini karena aku cinta , aku sayang denganmu! Mengerti?!" -Naija

Sontak kagetlah Niel. Di saat bersamaan , turun hujan deras dengan petir membara. Marsha melihat ke arah belakang , dan terdapat zombie laki-laki membawa besi untuk menusuk atau menikam korbannya.

"Teman-teman!!! Ada zombie! Lari!!!" -Marsha

"Astaga , makhluk mitos itu juga ada?! Tempat macam apa ini?!" -Naija

"Sudah ayo lari!" -Niel

Mereka pun lari sampai lantai tiga , dan bersembunyi dibalik ruangan kelas yang sudah rusak.

"Jadi.... Naija....kau cinta denganku?" -Niel

"Menurutmu sendiri?" -Naija

"Jadi akan ada drama cinta. ." -Marsha

"Ya...aku tau kau suka denganku." -Niel

"Tapi mengapa kamu menjauhiku?!" -Naija

"Karena—" -Niel

Belum sempat Niel melanjutkan kata-katanya , tiba-tiba zombie yang sama pun datang menghampiri mereka. Mereka bertiga terjebak di ruang kelas tersebut. Naija ketakutan.

"Ini lantai 3 kan , teman-teman?!" -Marsha

"Marsha , apa yang akan kau lakukan?!" -Naija

"Teman-teman , maafkan aku. Semoga kalian tidak saling menjauhi lagi. Semoga kalian dekat lagi seperti dulu." -Marsha

*Hey! Jangan berkata seperti itu! Marsha!" -Naija

Terlambat. Marsha segera meninju zombie itu , melempar besi yang dibawa , memeluk zombie itu , dan , Marsha menabrakkan dirinya ke jendela yang telah rapuh sambil memeluk zombie dengan erat. Marsha , mengorbankan , dirinya.

"Naija?" -Niel

"....Uh .... Marsha!?" -Naija

"Naija , tenangkan dirimu!" -Niel

"Tapi , Marsha..." -Naija

"Jangan bicarakan orang lain sekarang!" -Niel

Suara Niel membuat Naija terdiam. Dia ingat , bahwa dia pingsan setelah ia melihat Marsha bunuh diri demi mereka. Naija pun menangis.

"Seandainya saja aku bisa membasmi zombie , mungkin Marsha masih ada disini....seandainya...saja...." -Naija

".... Naija , orang lain mengorbankan dirinya karena ia sayang pada kita..." -Niel

"Tapi ... Marsha ...." -Naija

"Sudahlah....Marsha pasti bahagia karena ia berhasil membuat kita selamat..." -Niel

Naija pun menjadi sedikit tenang. Niel melihat ke sekitarnya. Tidak ada tanda-tanda kehadiran zombie. Niel pun segera merebahkan dirinya.

"Ah , akhirnya bisa sedikit istirahat..." -Niel

"Bagaimana cara kita keluar?" -Naija

"Yah , aku baru saja mau istirahat." -Niel

"Kau kira aku nyaman disini? Sudah kotor , banyak zombie nya...." -Naija

"Baru juga satu zombie yang keluar , eh udah protes minta pulang. Setidaknya istirahatlah. Kasihan otakmu itu , kebanyakan mikir." -Niel

"Tapi..." -Naija

"Sudahlah cepat istirahat mumpung tidak ada zombie!" -Niel

Naija pun akhirnya beristirahat. Dia menatap keluar jendela. Masih turun hujan. Malah , semakin lama , hujan semakin deras. Naija dan Niel menghela nafas bersamaan. 2 menit saat mereka istirahat , muncul zombie lain , dengan membawa besi juga. Ia berjalan menuju ke arah mereka.

"N Niel! Zombie!" -Naija

"Ck! Aku sedang ingin istirahat lama , dasar zombie!" -Niel

Niel bangun. Naija berada di belakangnya. Mereka terjebak. Niel mengepalkan kedua tangannya , dan melihat Naija.

"Naija. berjanjilah padaku satu hal." -Niel

"A apa itu?" -Naija

"Jika aku memberitau hal sesungguhnya , mengapa aku menjauhimu , janganlah kamu marah. Ok?" -Niel

"M mungkin aku akan marah!" -Naija

"Hm....kau ini..." -Niel

Niel pun maju , melawan zombie itu , sampai besi yang dibawa pun terpental. Zombie itu semakin marah , dan kemudian memeluk erat Niel dengan kekuatannya , hingga terdengar suara-suara tulang yang retak , atau mungkin sudah patah akibat pelukan zombie itu.

"Niel!!!" -Naija

"Aaakhhhh!!!!" -Niel

Darah keluar dari mulut Niel. Niel pun diam , dan seketika , zombie itu melepas pelukan dahsyatnya , sehingga Niel jatuh , dan tentunya mencium lantai. Naija semakin ketakutan. Air matanya mengalir sambil melihat zombie yang perlahan mendekatinya. Tapi , tiba-tiba , Niel bangun , dan dengan seluruh tenaganya , ia menusuk zombie tersebut , hingga zombie itu jatuh , dan tidak bergerak lagi. Naija melihat Niel yang berdiri tegak menahan sakit , untuk , terakhir kali.

"Niel!? N Niel!!!" -Naija

"Naija...." -Niel

"Niel! Bertahan! M maafkan aku Niel!" -Naija

"Tidak apa-apa....." -Niel

Naija yang terlanjur panik pun sudah tidak bisa berkata hal lain. Mungkin juga , Naija tidak bisa diajak bicara secara nyambung , saking paniknya ia.

"Niel! Aku—" -Naija

"Jangan....mati....." -Niel

Setelah berkata itu , Niel pun kembali jatuh. Kali ini , Niel tak kembali bergerak. Ia tak bernafas. Naija kini melihat kembali kematian yang merenggut Niel. Naija melihat ke arah Niel yang sudah terbujur kaku. Naija kini tak bisa menahan emosinya. Ia mendekati Niel , dan memeluknya. Di sela-sela tangis , ia menghapus darah dari mulut Niel dengan ujung bajunya. Ia berteriak karena kini Niel , telah , mati.

"NIEL!!!!!!!" Naija terbangun. Ia langsung duduk di tempatnya , dan melihat sekeliling. Ia masih ada di rumahnya. Ia melihat ke arah jam , dan jam menunjukkan pukul 16.00 , Naija melihat bajunya , tidak ada darah di ujungnya. Hanya matanya yang sembab , karena , jika Naija mengigau , ia bisa saja menangis tanpa sadar , atau mungkin tertawa hingga terbangun jika mimpi itu sangat menggelikan. "Oh...hanya mimpi....dan yang kupeluk adalah...." Naija melihat guling yang ia peluk. Basah karena terkena air mata. "Jadi...tadi aku menyatakan perasaan ke...guling? Wow , Naija , kau sungguh hebat ," gumamnya. "Ya sudah , saatnya mengerjakan hal lain."

~~~~~¢¢¢¢¢~~~~~